(Novel sedang dalam tahap perbaikan. Akan ada perbaikan kata dan perubahan bab. Maaf untuk Season 2 yang saya hapus)
Demi membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya, Hanan Kourosh, Seorang Ceo pemilik perusahaan terkenal ibukota.
Rela menikahi seorang gadis yang tak ia cintai dan tak sesuai standarnya, Zara Altair. Seorang gadis yatim piatu, putri dari pembunuh kedua orang tuanya. Dengan rupanya yang jauh dari kata cantik dan memiliki tompel besar di pipinya.
Pernikahan tanpa cinta pun dijalani, tak terlihat sedikitpun bahwa pernikahan hanya didasari pada balas dendam
Akankah Zara mendapat kebahagiaannya, atau....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kleo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 (KENAPA?)
Semenjak itu, Zara lebih sering diam dan melamun. Walaupun begitu, ia tetap menyiapkan barang yang akan di bawa dengan baik. Semua memang sudah siap tapi dirinya tidak, namu apa salahnya jika mencoba.
Hari yang tentukan telah tiba, terlihat para pelayan sibuk memasukkan barang di mobil.
Hanan yang tidak bisa lepas dari berkasnya, ia masih saja sibuk di detik keberangkatannya. Jahan yang membantu keberangkatan kami tengah berbicara serius pada Arfan. Semua cukup sibuk hari itu.
“Lapor, Tuan. Mobil dan barang telah di siapkan” Ucap salah satu pelayan pada Jahan.
Jahan mengangguk, ia beranjak dari duduknya menghampiri Hanan yang tengah duduk di sofa sambil memeriksa banyak berkas.
“Tuan, semua sudah siap. Sekarang waktunya anda dan Kazar pergi”
Hanan berdehem kecil, dengan cepat merapikan berkas dan meletakkannya di koper.
“Ayo, kita pergi” Ucap Hanan pada Zara.
Zara yang sendari tadi telah siap, mengangguk kecil dan berdiri di samping Hanan.
Keduanya memakai mobil yang sama, hari itu Hanan tidak menggunakan seorang sopir. Justru ia sendiri lah yang mengemudi, dengan Zara duduk di sampingnya.
Mobil keduanya berangkat, di susul dengan salah satu mobil yang membawa khusus barang-barang keduanya.
Selama perjalanan Zara hanya diam, ia memandang keluar. Menatap pada pepohonan di tepi jalan. Dirinya memang diam tapi jantungnya berdegup kencang.
Beberapa jam kemudian, keduanya memasuki kota I. Walaupun tak sepadat Ibukota, kota ini juga cukup ramai. Zara melihat dari balik jendela, menatap jalanan trotoar dan bangunan di sepanjang jalan. Memang banyak yang telah berubah dari sepuluh tahun yang lalu.
Mobil terus melaju, sampai keduanya tiba di suatu kawasan elite. Di mana hampir seluruhnya adalah rumah bertingkat yang cukup mewah. Mobil memasuki halaman salah satu rumah di sana.
Zara turun dan memandang sekitar, rumah dengan gaya Eropa Klasik berdiri kokoh dengan cukup megah di depannya. Itu hampir mirip seperti rumah Hanan yang ada ibukota.
“Ini rumah yang ku beli beberapa tahun lalu, sering kosong karna aku lebih banyak berada di ibukota” Ucap Hanan yang melihat Zara memandang rumah
“Jadi, rumah ini hanya tempat persinggahan saja?”
“Mungkin” Balas Hanan langsung melongos pergi memasuki rumah.
Zara tetap berdiri di tempatnya, menunggu para pelayan dan seorang sopir mengeluarkan barang dari mobil ke dua. Tak berapa lama lima orang pelayan keluar memperkenalkan diri pada Zara dan langsung membantu yang lain membawa barang.
Zara dapat menyimpulkan, lima pelayan yang memperkenalkan diri padanya tadi adalah seorang yang menjaga dan merawat rumah ini.
Zara memasuki rumah, ia tidak terlalu terkejut dengan isinya semua barang dan interior hampir mirip dengan yang ada di ibukota, yang membedakan hanyalah warnanya. Mungkin, Hanan tidak terlalu menyukai perubahan sehingga semua di buat sama seperti yang ada di ibukota.
“Nona, kamar anda dan tuan berada di lantai dua. Apakah anda ingin pergi ke sana? saya akan mengantarkan anda” Ucap Lani, salah satu pelayan yang bekerja di rumah ini.
“Ya, aku ingin pergi. Bisakah kau mengantarkanku?”
“Dengan senang hati nona”
Zara tersenyum, ia mengikuti langkah Lani dari belakang.
“Nona, ini kamar anda dan tuan” ucap Lani ketika membukakan pintu kamar untuk Zara.
“Terima kasih Lani. Sekarang kau bisa pergi, aku akan mengurus barangku sendiri” jawab Zara
“Baik, Nona. Kalau begitu saya permisi, saya akan kemari jika nona membutuhkan sesuatu”
“Ya, sekali lagi terima kasih untuk pelayananmu”
Zara memasuki kamar, melihat bagaimana hanya kamar ini yang berbeda dari setiap ruangan yang lain. Zara membuka koper yang ia bawa, meletakan satu persatu pakaiannya di lemari.
Hingga tanpa sengaja Zara melihat sebuah foto yang terselip di antara pakaiannya. Tangannya membalik foto, tampak potret sebuah keluarga kecil yang bahagia di sana. Ayah, ibu, dan seorang anak perempuan di tengah keduanya.
Zara tersenyum getir melihatnya, itu foto ia dan kedua orang tuanya. Zara mengelus lembut foto kedua orang tuanya.
“Aku merindukan kalian berdua, tidak kah kalian juga sama. Papa, lihatlah putrimu ini, dia telah dewasa sekarang. Mama, lihatlah anak kesayangan mama ini, dia telah menikah sekarang”
Tanpa sadar, buliran air keluar dari balik kelopak matanya. Entahlah, kenapa sekarang ia lebih mudah menangis jika menyangkut masa lalunya.
“Mama tahu? Zara, Zara sangat bahagia dengan pernikahannya. Dia selalu tersenyum, Ma. Dia sangat bahagia dengan suaminya. Jadi jangan khawatirkan Zara"
Zara memeluk foto tersebut.
“Zara benar-benar... Bahagia”
🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋
Malam dengan cepat datang menggantikan senja. Zara sibuk mencatat pesanan di buku, semua pesanan itu akan di kirimkan pada Halima. Sehingga ia tidak harus mencatat lagi pesanan para pelanggan baru.
Hanan yang baru saja kembali entah dari mana, langsung duduk di samping Zara, ia melepaskan jasnya dan melemparkan ke sembarang arah.
“Huh, hari ini sangat panas” keluhnya
“Memangnya anda pergi ke mana?”
“Aku hanya berada di ruang kerjaku, tapi pendingin ruangan di sana rusak, dan besok baru akan datang yang baru”
“Ah, pantas saja”
“Aku lupa mengatakan padamu, besok malam kita akan pergi ke pesta mitra Teyze. Dia sangat mengharapkan kedatangan kita, jadi kau juga harus datang bersamaku ke sana” jelas Hanan.
“Baiklah, ngomong-ngomong pukul berapa pesta itu di mulai?”
“Pukul 19.00”
Zara mengangguk pelan tanda mengerti. Untuk beberapa saat Hanan terdiam, ia menatap intens pada Zara yang terlihat sibuk dengan pekerjaannya.
Sampai berbicara dengan nada serius dengan Zara.
"Tapi, aku meminta saat hal padamu, Zara. Di pesta kali ini, tampilah sebagai dirimu sendiri. Kau tahu maksudku, bukan? ini demi nama baik kau dan aku"
Zara terdiam mendengar perkataan Hanan, ia menghentikan pekerjaannya, berbalik menatap dalam pada Hanan. Kemudian secara perlahan menurunkan pandangannya yang kian redup .
“B, ba, baik, baiklah. Sa, ya, akan men, cobanya”
Hanan tersenyum, ia mengecup pelan kening Zara secara tiba-tiba. Membuat Zara tersentak dan menatapnya kembali, kali ini adalah tatapan penuh tanya dari Zara. Kenapa dia melakukan hal itu?
Hanan tidak menjawab apapun, walaupun ia tahu tanda tatapan itu ia hanya diam dan melemparkan senyum pada Zara.
Kenapa sekarang kau semakin aneh, tidak cukup membuatku bertanya-tanya tentang sikapmu, kau juga membuat aku bingung dan takut akan tindakanmu. Zara.
keren ceritanya
semangat