Di negeri fantasi Qingya, seorang gadis bernama Lian Yue tiba-tiba membangkitkan Spirit Rubah Perak sebelum usianya genap 18 tahun—sesuatu yang mustahil dan sangat berbahaya. Kejadian itu membuat seluruh sekte mengincarnya karena dianggap membawa warisan kuno.
Saat ia kabur, Lian Yue diselamatkan oleh pewaris Sekte Naga Hitam, Shen Ryuko, lelaki dingin dan kuat. Namun ketika tubuh mereka bersentuhan, Qi mereka saling menyatu—tanda bahwa mereka adalah pasangan ritual yang hanya bisa diaktifkan lewat hubungan intim.
Sejak itu, keduanya terikat dalam hubungan berbahaya, penuh gairah, dan diburu para sekte yang ingin merebut kekuatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 — Usia Ke-18
Ryuko dan Lian Yue bergerak dalam keheningan yang mematikan. Setelah konfrontasi dengan Permaisuri Lin Yuying, mereka tahu Istana akan segera bertindak. Mereka tidak bisa lagi menggunakan Kereta Spiritual Naga Hitam. Ryuko memimpin Lian Yue melalui labirin terowongan layanan kuno, jalur rahasia yang ia pelajari dari catatan leluhurnya, yang dibangun untuk akses darurat ke luar tembok Istana.
Lian Yue, meskipun kelelahan, bergerak dengan ketangkasan yang baru. Ia mengenakan pakaian kulit yang sederhana, dan Tanda Sisik Naga di lehernya memancarkan Qi yang sangat hangat, menjadi kompas spiritualnya di tengah kegelapan. Qi Naganya, yang kini murni dan stabil, membungkus mereka seperti mantel pelindung.
Mereka mendekati titik keluar terakhir—sebuah katup air limbah spiritual kuno yang mengarah langsung ke parit di luar tembok luar. Udara di terowongan itu terasa dingin dan lembap, dan mereka harus menggunakan Qi mereka untuk mencegah air kotor spiritual meresap ke dalam tubuh.
"Hati-hati," bisik Ryuko, suaranya pelan tetapi mengandung peringatan tajam. Ia menyalakan Formasi Perlindungan Qi di sekitar mereka. "Kita hampir sampai. Begitu kita keluar, kita menuju pegunungan segera. Mereka tidak akan mengejar kita di sana."
Lian Yue mengangguk. Ia merasakan urgensi, tetapi juga keanehan dalam Qi-nya sendiri. Sejak ia menenangkan amukan Ryuko dan menolak Permaisuri, Qi Yin-nya telah menjadi terlalu tenang, seolah-olah ia sedang menahan napas dalam antisipasi.
Saat mereka berlutut di depan gerbang katup air, menunggu waktu yang tepat untuk menghancurkan kunci spiritualnya, Lian Yue melihat ke atas. Meskipun terowongan itu gelap, ia bisa merasakan keberadaan Bulan Purnama di atas mereka.
Ryuko melihat jam pasir spiritual di pergelangan tangannya. "Hampir tengah malam. Hanya satu menit lagi, Lian Yue."
Tepat saat Ryuko mengucapkan kata-kata itu, sensasi aneh melanda Lian Yue. Bukan rasa sakit atau gejolak, melainkan sebuah lonceng spiritual yang berdering lembut di alam rohnya.
Midnight.
Usia 18 tahun.
Warisan Purnama.
Energi Bulan Purnama yang agung, yang telah menjadi sumber kekacauan bagi Lian Yue selama berbulan-bulan, kini mengalir ke bawah, menembus batu dan Formasi pertahanan yang lemah di atas mereka. Qi itu langsung menuju Lian Yue.
Lian Yue tersentak. Ia menahan napas, menunggu ledakan Qi yang menyakitkan, gejolak naluriah yang biasa terjadi saat ia mencapai level Qi Yin yang tinggi.
Ryuko segera memeluknya dari belakang, mengunci Qi Naganya di sekitar tubuh Lian Yue, siap untuk menerima ledakan itu. "Tahan, Lian Yue! Aku akan menahan Qi-mu!"
Namun, ledakan itu tidak pernah datang.
Sebaliknya, Qi Yin Murni dari bulan itu memasuki Lian Yue, dan berinteraksi dengan Qi Rubah Peraknya, tidak dengan paksaan, tetapi dengan harmoni yang tenang.
Qi Rubah Perak Lian Yue, yang sudah diperkuat dan dipersiapkan oleh Tanda Kepemilikan Ryuko, kini mencapai kematangan. Spirit Rubah Yueyin di dalam dirinya tidak lagi memberontak. Sebaliknya, ia membungkuk, menerima energi itu dengan tenang.
Lian Yue merasakan Tanda Sisik Naga di lehernya bersinar lembut. Qi Yin yang Murni dari dirinya tidak lagi berusaha meledak keluar untuk mencari keseimbangan. Sebaliknya, ia berputar dengan lembut di dalam dirinya, dan tanpa diminta, ia mengalir dengan tenang melalui genggaman Ryuko.
Sinkronisasi yang Tenang.
Ryuko merasakan fenomena itu. Ia telah bersiap untuk menahan badai Qi Yin yang ganas, tetapi yang ia rasakan hanyalah aliran Qi yang halus, sedingin sutra dan semurni kristal. Qi itu menyentuh Qi Naganya, tidak dengan benturan, melainkan dengan pengakuan.
Ikatan mereka menguat, tetapi tanpa ledakan energi yang berbahaya. Itu adalah Ikatan Takdir yang terukir secara mendalam, bukan paksaan yang ganas.
Ini adalah pertama kalinya sejak Ritual Ikatan, Lian Yue mencapai tonggak spiritual yang penting dengan stabilitas total.
Lian Yue membuka matanya. Ia menyentuh Tanda Sisik Naga yang memanas. Ia merasakan kendali baru. Ia merasakan Spirit Rubahnya telah matang dan berada di bawah kendalinya—bukan lagi dorongan naluriah, tetapi kekuatan yang dapat digunakan.
"Ryuko," bisik Lian Yue, suaranya dipenuhi keheranan. "Aku... aku stabil. Tidak ada gejolak. Tidak ada rasa sakit."
Ryuko menoleh, mencium puncak kepala Lian Yue, Naganya kini dipenuhi kebanggaan. "Itu karena pilihan sadarmu, Lian Yue. Di Ruang Ritual Tua, kau menolak Qi yang lain. Kau memilih untuk menenangkan Nagaku. Ikatan ini tidak lagi hanya karena Tanda Kepemilikan. Ini adalah Ikatan yang disengaja. Kau telah mengubah takdir kita."
Ryuko merasakan peningkatan Qi yang luar biasa di dalam dirinya. Ia tidak menyerap Qi yang meledak, tetapi Qi yang murni. Dalam hitungan detik, ia melompat satu tingkat Kultivasi dalam Formasi Naganya. Ini adalah penguatan yang stabil, bukan peningkatan yang tidak terkendali yang dikhawatirkan Permaisuri.
Keduanya, baik Naga maupun Rubah, mencapai tingkat kekuatan baru berkat Ikatan yang disengaja ini. Lian Yue kini mengendalikan Qi Yin-nya, dan Ryuko kini mengendalikan Qi Yang-nya.
Ini adalah pemenuhan sebagian dari Warisan Purnama—bukan sebagai alat perusak, melainkan sebagai sumber kekuatan yang stabil.
Ryuko melepaskan Lian Yue. Matanya tajam dan fokus. Ia meraih kunci spiritual yang mengunci katup air.
"Mereka pasti sudah merasakan perubahan Qi ini," kata Ryuko, suaranya kembali ke urgensi yang dingin. "Kita harus cepat. Waktu kita habis."
WHOOSH!
Ryuko menyalurkan Qi Naga yang kini lebih kuat dan lebih murni ke kunci itu. Kunci spiritual itu hancur berkeping-keping. Pintu air terbuka dengan derit mengerikan, memperlihatkan parit yang gelap dan dinding batu Istana yang menjulang di atas mereka.
Mereka keluar dari terowongan dan mendarat di air parit. Ryuko segera mengangkat Lian Yue ke punggungnya.
"Pegangan erat!" perintah Ryuko.
Ryuko, dengan Qi Naganya yang diperbarui, melesat melintasi parit. Itu adalah risiko besar—parit itu diawasi. Namun, mereka tidak punya pilihan.
Saat mereka mencapai tepi parit dan mulai memanjat ke padang rumput yang gelap, suara genderang dan teriakan terdengar dari tembok Istana.
"Mereka tahu kita pergi!" Ryuko mendesis. "Lari! Kita menuju Hutan Roh Kuno di selatan!"
Lian Yue memeluk leher Ryuko. Ia tidak lagi ketakutan. Ia telah melewati batas spiritualnya, dan kini ia siap menghadapi tantangan fisik.
"Aku bersamamu," bisik Lian Yue, Qi Yin-nya kini menjadi perisai dingin di sekitar mereka berdua, menyamarkan jejak Qi Ryuko yang kuat.
Di belakang mereka, lampu obor Istana mulai menyala, dan teriakan peringatan bergema. Pelarian Malam telah dimulai.