"Aku mati. Dibunuh oleh suamiku sendiri setelah semua penderitaan KDRT dan pengkhianatan. Kini, aku kembali. Dan kali ini, aku punya sistem."
Risa Permata adalah pewaris yang jatuh miskin. Setelah kematian tragis ayahnya, ia dipaksa menikah dengan Doni, anak kepala desa baru yang kejam dan manipulatif. Seluruh hidup Risa dari warisan, kehormatan, hingga harga dirinya diinjak-injak oleh suami yang berselingkuh, berjudi, dan gemar melakukan KDRT. Puncaknya, ia dibunuh setelah mengetahui kebenaran : kematian orang tuanya adalah konspirasi berdarah yang melibatkan Doni dan seluruh keluarga besarnya.
Tepat saat jiwanya lepas, Sistem Kehidupan Kedua aktif!
Risa kembali ke masa lalu, ke tubuhnya yang sama, tetapi kini dengan kekuatan sistem di tangannya. Setiap misi yang berhasil ia selesaikan akan memberinya Reward berupa Skill baru yang berguna untuk bertahan hidup dan membalikkan takdir.
Dapatkah Risa menyelesaikan semua misi, mendapatkan Skill tertinggi, dan mengubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Jebakan di Bunker Maut
Udara di dalam penthouse Arkan Mahendra terasa semakin menipis. Ketegangan antara dua singa alfa, Revano dan Arkan memang nyata, namun bagi Risa, ancaman yang paling mematikan justru tersimpan di balik senyuman santai Arkan. Layar biru Sistem di sudut matanya terus memberikan sinyal bahaya.
[SISTEM : DETEKSI SINYAL ENKRIPSI.]
[ARKAN MAHENDRA BARU SAJA MENGIRIM PESAN PADA MADAME L : "UMPAN SUDAH DI POSISI. SIAPKAN EKSTRAKSI."]
Risa berdiri dari kursinya, pura-pura merapikan gaun hitamnya yang sedikit kusut. "Diskusi ini sudah cukup untuk malam ini. Revano, kita harus segera kembali ke mansion. Ayah pasti khawatir jika kita menghilang terlalu lama."
Revano berdiri, tangannya secara instingtif merangkul pinggang Risa, seolah memberikan tanda wilayah pada Arkan. "Kita bertemu besok di titik koordinat yang disepakati, Mahendra. Jangan terlambat."
Arkan hanya mengangkat gelas wiskinya sebagai tanda perpisahan. "Tentu, Adhyaksa. Tidurlah yang nyenyak, karena besok mungkin akan menjadi hari terakhirmu sebagai penguasa Jakarta."
Hujan badai mengguyur Jakarta saat jarum jam menunjukkan pukul 23.00. Langit yang gelap seolah ingin menyembunyikan dosa-dosa yang akan terjadi di bawah tanah kota ini. Risa dan Revano telah sampai di sebuah bangunan tua yang tampak kumuh, sebuah panti asuhan terbengkalai yang sebenarnya adalah fasad bagi bunker rahasia Tuan Besar Adhyaksa.
"Risa, kau tetap di belakang tim penyapu," perintah Revano sambil memasang rompi antipeluru pada istrinya. "Jangan lepaskan masker oksigenmu. Tempat ini dipenuhi jebakan gas syaraf."
Risa menatap Revano dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia ingin memberitahu Revano tentang pengkhianatan Arkan, namun Sistem memberikan peringatan bahwa jika ia mengubah rencana sekarang, Tuan Besar akan melarikan diri selamanya.
[SISTEM : AKTIFKAN 'INSTING PREDATOR'.]
[DETEKSI 50 UNIT BERSENJATA DI DALAM BUNKER. 30 MILIK ARKAN, 20 MILIK MADAME L.]
"Revano," panggil Risa pelan. "Apapun yang terjadi di bawah sana, ingatlah bahwa aku mencintaimu... lebih dari dendamku sendiri."
Revano tertegun. Di tengah badai dan desing peluru yang mungkin akan datang, pernyataan itu terasa seperti wasiat. Ia mencium dahi Risa erat. "Aku akan membawamu pulang, Nyonya Adhyaksa. Itu janjiku."
Mereka turun melewati lift barang yang berderit. Saat pintu terbuka, mereka disambut oleh lorong panjang dengan dinding baja yang dingin. Arkan Mahendra sudah menunggu di sana bersama tim bersenjatanya.
"Waktunya tepat," ujar Arkan. "Pintu server utama ada di ujung koridor ini. Tapi butuh verifikasi biometrik darah dari Risa untuk membukanya tanpa memicu self-destruct."
Revano menatap Arkan curiga. "Darah? Kau tidak bilang soal darah tadi malam."
"Kakekmu sangat paranoid, Revano. Dia tidak butuh sidik jari yang bisa dipalsukan. Dia butuh DNA yang mengalir," jawab Arkan tenang.
Risa melangkah maju. "Aku akan melakukannya."
Saat Risa menempelkan telapak tangannya pada panel pemindai, sebuah jarum kecil menusuk telapak tangannya. Darah mengalir, dan lampu hijau menyala. Pintu baja raksasa itu bergeser terbuka dengan suara berat.
Namun, saat pintu terbuka, bukannya deretan server, mereka justru disambut oleh ruangan yang luas dengan pencahayaan putih yang menyilaukan. Di tengah ruangan, duduklah Tuan Besar Adhyaksa di atas kursi kebesarannya, dan di sampingnya berdiri Madame L dengan senyum kemenangan.
"Selamat datang, anak-anakku," suara Tuan Besar bergema di ruangan kedap suara itu.
Tiba-tiba, pintu di belakang mereka tertutup dengan dentuman keras. BRAKK!
Arkan Mahendra berjalan menjauh dari Revano dan berdiri di samping Madame L. "Maaf, Revano. Bisnis adalah bisnis. Liliana menawarkan bagian yang lebih besar dari tambang nikel jika aku membantunya mendapatkan Risa."
Revano segera menarik senjatanya, namun puluhan laser merah dari penembak jitu di balkon atas sudah terkunci di dadanya.
"Jangan bergerak, Revano," desis Madame L. "Atau istrimu akan melihatmu menjadi saringan sebelum dia sempat mengucapkan selamat tinggal."
Risa berdiri di tengah-tengah mereka, wajahnya tampak sangat tenang, hampir seperti tidak bernyawa.
"Bibi Liliana," ujar Risa. "Kau pikir Arkan adalah sekutumu? Dia adalah putra dari wanita yang dihancurkan Tuan Besar. Dia ingin kita semua mati di sini, termasuk kau."
Wajah Madame L sedikit berubah, ia menatap Arkan dengan curiga.
"Jangan dengarkan dia, Bibi!" sahut Arkan. "Dia hanya mencoba memecah kita!"
Tuan Besar tertawa, suara tawa yang menyerupai gesekan logam. "Kalian semua hanyalah tikus-tikus kecil. Hari ini, 'Proyek Lilith' akan mencapai tahap finalnya. Risa, darah yang baru saja kau berikan pada sensor itu... itu bukan hanya untuk membuka pintu. Itu adalah starter untuk proses ekstraksi sumsum tulang belakangmu secara otomatis melalui gas yang akan memenuhi ruangan ini."
Asap putih mulai keluar dari ventilasi di langit-langit. Revano mulai terbatuk, ia mencoba melindungi Risa, namun tubuhnya mulai melemas akibat gas syaraf.
"TIDAK! RISA!" teriak Revano sambil terjatuh.
Risa menatap suaminya yang tak berdaya, lalu menatap ketiga iblis di depannya. Ia merasakan panas yang luar biasa di punggungnya, tanda lahir naga itu mulai berdenyut menyakitkan.
[SISTEM : PERINGATAN! ENERGI KRITIS TERDETEKSI!]
*[PROTOKOL '**DEWA PEMBALAS**' DAPAT DIAKTIFKAN DENGAN MENUKAR SELURUH DATA SISTEM.]*
[APAKAH ANDA BERSEDIA MENJADI IBLIS UNTUK MENGHANCURKAN IBLIS?]
"Lakukan," bisik Risa dalam hati.
Tiba-tiba, tubuh Risa diselimuti cahaya biru elektrik yang luar biasa terang. Rambut hitamnya berubah menjadi putih dalam sekejap, dan matanya memancarkan cahaya perak yang menyilaukan. Tekanan udara di dalam bunker itu berubah drastis, hingga kaca-kaca pelindung server pecah berantakan.
"APA INI?!" Tuan Besar berdiri dari kursinya dengan ketakutan.
Risa melayang beberapa sentimeter dari lantai. Ia mengangkat tangannya, dan seluruh senjata di tangan para pengawal Arkan meledak secara bersamaan. Jeritan kesakitan memenuhi ruangan.
"Paman Adrian... Bibi Liliana... Kakek..." suara Risa kini terdengar seperti ribuan frekuensi yang menyatu, menggetarkan fondasi gedung. "Kalian bicara soal darah? Aku akan tunjukkan pada kalian apa artinya darah Adhyaksa yang sebenarnya."
Dengan satu lambaian tangan, gelombang energi menghantam rak-rak server, menghanguskan seluruh data Proyek Lilith dalam hitungan detik. Madame L mencoba lari, namun Risa menggunakan 'Manipulasi Ruang' untuk mengunci kakinya ke lantai.
"Revano... pegang tanganku!" teriak Risa.
Meskipun lemas, Revano berhasil menggapai tangan Risa. Risa menggunakan sisa energi terakhirnya untuk meledakkan dinding belakang bunker yang berbatasan dengan gorong-gorong kota.
BOOOOOOMM!
Ledakan itu sangat besar hingga meruntuhkan seluruh bangunan panti asuhan di atasnya, mengubur Tuan Besar, Madame L, dan Arkan di bawah jutaan ton beton.
Tepi Sungai Ciliwung - 04.30 Pagi
Risa dan Revano terkapar di pinggir sungai yang kotor. Risa terengah-engah, rambutnya kembali menjadi hitam, namun ia merasa sangat kosong. Layar biru Sistem di matanya perlahan meredup dan menghilang.
[SISTEM : PROTOKOL SELESAI. SISTEM REBOOT DALAM MODE TIDUR...]
[SELAMAT, ANDA TELAH MEMBEBASKAN DIRI DARI BELENGGU DARAH.]
Revano merangkak mendekati Risa, memeluknya dengan sisa tenaganya. "Kau... kau apa sebenarnya, Risa?"
"Aku... aku hanya seorang istri yang ingin hidup tenang, Revano," rintih Risa sebelum pingsan di pelukan suaminya.
Namun, di kejauhan, di antara reruntuhan yang masih berasap, sesosok tangan muncul dari balik beton. Bukan Tuan Besar, bukan Liliana. Tapi Arkan Mahendra. Dengan wajah yang hancur setengah, ia mengambil sebuah chip memori yang berhasil ia selamatkan dari server sebelum meledak.
"Belum berakhir, Risa..." desis Arkan dengan suara parau. "Dunia akan tahu apa yang kau lakukan malam ini."
Fase Jakarta telah berakhir dengan kehancuran klan Adhyaksa, namun benih musuh baru telah muncul. Risa kini harus menghadapi dunia luar tanpa bantuan Sistem yang sedang reboot.
Dapatkan Risa mempertahankan cintanya saat Revano mulai takut akan kekuatan istrinya? Dan siapakah pria misterius yang memotret mereka dari kejauhan saat ini?
GIMANA GAIS? PLOT TWIST-NYA KEREN KAN?!
Risa akhirnya berubah jadi 'Mode Dewi' tapi harus kehilangan Sistemnya sementara! Apakah Risa bakal tetap kuat tanpa bantuan layar biru di matanya?
💖 LIKE kalau kamu merinding pas Risa jadi rambut putih!
💬 KOMEN "HANCURKAN ARKAN" kalau kamu pengen Arkan Mahendra beneran tamat! Menurut kalian, Revano bakal takut nggak sama Risa yang sekarang?
📢 SHARE cerita ini ke grup WA atau sosmed kamu biar makin banyak yang tahu kekuatan asli Nyonya Adhyaksa!