NovelToon NovelToon
Dulu Kakak Iparku, Kini Suamiku

Dulu Kakak Iparku, Kini Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / CEO / Janda / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:10.9k
Nilai: 5
Nama Author: Itz_zara

Selena tak pernah menyangka hidupnya akan seindah sekaligus serumit ini.

Dulu, Daren adalah kakak iparnya—lelaki pendiam yang selalu menjaga jarak. Tapi sejak suaminya meninggal, hanya Daren yang tetap ada… menjaga dirinya dan Arunika dengan kesabaran yang nyaris tanpa batas.

Cinta itu datang perlahan—bukan untuk menggantikan, tapi untuk menyembuhkan.
Kini, Selena berdiri di antara kenangan masa lalu dan kebahagiaan baru yang Tuhan hadiahkan lewat seseorang yang dulu tak pernah ia bayangkan akan ia panggil suami.

“Kadang cinta kedua bukan berarti menggantikan, tapi melanjutkan doa yang pernah terhenti di tengah kehilangan.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itz_zara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Bertemu Teman

Pagi itu, aroma tumisan bawang putih memenuhi dapur. Selena berdiri di depan kompor, sendok kayu di tangan kanan, sementara Bi Nana sibuk memotong sayuran di sebelahnya. Rutinitas pagi seperti ini selalu membuat Selena merasa tenang—sejak memilih menjadi ibu rumah tangga, ia menikmati setiap proses kecil yang mengisi hari-harinya.

Yang ia pikirkan sekarang hanyalah dua hal: suaminya, dan kebahagiaan Arunika.

Tak ada beban lain.

“Selamat pagi, Mama!” Suara ceria itu terdengar dari pintu dapur.

Selena menoleh sambil tersenyum. Arunika—yang masih memakai piyama berwarna pink—tampak berada di gendongan ayahnya. Rambutnya berantakan, matanya masih sembap karena baru bangun tidur.

“Morning, sayang…” jawab Selena lembut.

Aru melebarkan senyum kecilnya. “Ma, hari ini Aru sama Ayah mau jalan-jalan ke mall. Boleh?”

Selena mengusap pipi putrinya.

“Boleh banget, sayang. Tapi Aru harus janji sama Mama… nggak boleh nakal, dan nggak boleh beli mainan kebanyakan.”

Arunika mengangguk cepat. “Siap, Mama! Satu aja, dua boleh nggak?”

Selena tertawa kecil. “Satu.”

Daren menurunkan Arunika ke kursi makan, lalu berjalan mendekat ke arah istrinya. Tangannya melingkari pinggang Selena dari belakang, dagunya bertumpu di pundaknya.

“Sayang… kamu sama dedek gimana pagi ini?” bisiknya lembut.

Selena menyender sedikit ke tubuh suaminya.

“Baik. Aku udah nggak mual. Dedek juga nggak nakal lagi. Dia anteng sekali hari ini.”

Daren mencubit gemas pipi Selena. “Dedeknya atau mamanya yang anteng?”

Selena memutar bola mata. “Keduanya.”

Daren tertawa kecil. “Hari ini aku mau ajak Aru ke mall sebentar. Kamu ikut atau nggak?”

Selena menggeleng. “Nggak, Mas. Hari ini aku mau me time di rumah… mau beberes dikit, mau maskeran, mau santai.”

“Aku setuju,” balas Daren sambil mencium puncak kepalanya. “Kamu butuh istirahat.”

Selena tersenyum. Tetapi sebelum ia sempat menjawab, tangan kecil Arunika terangkat.

“Maaa! Aru lapar!”

“Yaudah, ayo sarapan dulu,” jawab Selena.

Bi Nana segera menyiapkan piring kecil Arunika, sementara Selena dan Daren duduk di meja makan bersama.

---

Setelah sarapan, Daren berdiri dan mulai menyiapkan tas kecil Arunika—yang isinya selalu terlalu banyak, menurut Selena.

“Mas, itu mau jalan-jalan ke mall atau mau pindahan rumah?” goda Selena sambil menyilangkan tangan di dada.

Daren menengok sebentar. “Ini penting semua. Tisu, minum, snack, cardigan, pita cadangan, hand sanitizer, vitamin—”

“Mas…” Selena menahan tawa. “…itu kebanyakan.”

“Biarin,” jawab Daren cepat. “Anak ayah harus lengkap.”

Aru berlari ke arah Selena sambil menggenggam boneka kecil.

“Ma, nanti Aru bawain Mama donut ya!”

Selena menunduk, mengusap rambut anaknya.

“Wah, Mama seneng banget. Makasih ya, sayang.”

Arunika tersenyum bangga lalu kabur lagi, entah ke mana.

Daren menghampiri Selena, mengusap pipinya.

“Kamu beneran nggak mau ikut? Lumayan jalan-jalan dikit.”

Selena menggeleng pelan. “Aku capek. Tapi kamu hati-hati ya. Jangan lupakan donut Mama.”

“Yes, my queen,” Daren menjawab pura-pura hormat sambil menunduk.

Selena mencubit perutnya pelan. “Dasar.”

---

Ketika Daren memasangkan sepatu Arunika, Selena berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan keduanya. Ada rasa hangat di dadanya—melihat suami dan anaknya rukun seperti itu adalah kebahagiaan tersendiri.

Namun di sela momen itu, Selena memperhatikan sesuatu.

Daren sempat memegang pelipisnya, mengusapnya perlahan, seperti sedang menahan pusing.

Selena mendekat.

“Mas? Kamu sakit?”

Daren cepat menggeleng. “Nggak, sayang. Cuma kurang tidur.”

“Sering banget kurang tidur belakangan ini,” gumam Selena lirih.

Daren tersenyum samar. “Kerjaan lagi banyak.”

Ada sesuatu di balik senyum itu.

Sesaat Selena ingin bertanya lebih jauh… tapi urung.

Tidak mau mengawali pagi dengan kecemasan.

Daren meraih tangannya.

“Nanti kalau butuh apa-apa, telepon aku ya.”

Selena mengangguk.

Aru mengangkat tangan kecilnya. “Mamaaa! Dadah!”

“Dadah, sayang. Hati-hati ya.”

Pintu tertutup pelan.

Sunyi.

Selena memeluk perutnya sambil menghela napas kecil.

“Yuk, Nak… Mama hari ini me time dulu, ya…” bisiknya sambil tersenyum.

Ia tidak tahu bahwa hari tenang itu…

akan berubah menjadi awal dari sesuatu yang pelan-pelan mengganggu ketenangan rumah tangga mereka.

---

Sampai di mall, Arunika langsung menarik tangan Daren menuju Timezone—tempat favoritnya. Gadis kecil itu bahkan sampai berjinjit saking bersemangatnya, membuat Daren hanya bisa tertawa melihat tingkah putrinya.

“Cepat, Ayah! Aru mau main yang tembak-tembakan!” serunya sambil berlari kecil.

“Pelan-pelan, Nak. Jangan sampai jatuh,” ujar Daren sambil menyusul dengan langkah panjang.

Begitu masuk, lampu warna-warni dan suara mesin permainan menyambut mereka. Arunika langsung memilih game pertamanya: menembak zombie di layar besar.

Daren memasukkan kartu permainan, menyerahkannya pada Arunika, lalu berjongkok di sampingnya.

“Aru siap?”

“Siap!”

Arunika menembak layar dengan penuh konsentrasi, lidahnya sedikit menjulur—kebiasaan kecilnya sejak balita. Daren tersenyum melihat itu. Ia jarang bisa menghabiskan waktu santai seperti ini.

Beberapa permainan berhasil mereka taklukkan: basket, pancing ikan, lempar bola, bahkan game menari yang membuat Arunika terbahak-bahak melihat Daren bergerak kaku.

Setelah hampir satu jam, Arunika terengah tapi bahagia.

“Ayah, Aru haus…”

“Oke, kita istirahat dulu. Mau minum apa?”

“Taro milk tea!”

Daren mengusap kepala putrinya. “Aru itu masih kecil, sayang, nggak boleh minum yang banyak gulanya.”

“Ya sudah… jus jeruk?”

“Nah, ini baru boleh.”

Mereka menuju food court. Daren memesan jus jeruk untuk Arunika dan es teh tawar untuk dirinya. Ia juga mengirim pesan singkat pada Selena:

Aku & Aru lagi istirahat. Aru hepi banget. Kamu gimana di rumah?

Tak lama Selena membalas:

Aku baik. Lagi santai sama Bi Nana. Belanja yang bagus buat Aru ya, Yah. Jangan terlalu banyak jajan.

Daren tersenyum kecil membaca isi pesan itu.

Saat mereka hendak kembali ke area permainan, seseorang tiba-tiba menghampiri dari sisi kanan—seorang wanita muda dengan make up rapi, rambut panjang terurai, dan tatapan yang terlalu percaya diri.

“Daren?” panggilnya.

Daren menoleh… dan sempat terdiam sejenak.

“Raina?”

Wanita itu tersenyum lebar, seolah-olah pertemuan itu memang ia tunggu-tunggu.

“Wah… nggak nyangka banget ketemu kamu di sini. Sudah lama ya?”

Daren mengangguk sopan. “Iya, sudah lama.”

Arunika menarik kaus ayahnya, menatap wanita itu dengan rasa ingin tahu.

Raina melirik Arunika dan tersenyum.

“Ini anak kamu? Mirip kamu banget.”

Daren mengusap kepala putrinya. “Iya. Ini Arunika.”

Raina menatap Daren dengan tatapan yang sulit dibaca—antara nostalgia atau sesuatu yang lain.

“Kalau gitu… semoga bisa ngobrol lagi ya kalau ada waktu.”

Ia mengedip ringan sebelum berlalu.

Arunika langsung memandang ayahnya.

“Ayah… itu siapa?”

Daren terdiam satu detik sebelum menjawab pelan, “Teman lama ayah.”

Namun hatinya mengeras.

Ia tahu ini akan jadi cerita lain ketika ia pulang ke rumah.

Dan ia hanya bisa berharap… pertemuan singkat itu tidak menimbulkan salah paham apa pun bagi Selena.

---

Sore harinya, ketika Daren sedang mandi, Selena duduk di tepi ranjang sambil menguncir rambut Arunika yang masih basah setelah mandi sore. Gadis kecil itu tampak sangat bersemangat, pipinya memerah karena terlalu banyak bercerita tentang permainan di Timezone.

“Tadi seru banget, Ma! Aru main tembak-tembakan terus ayah kalah! Hahaha!”

Selena tersenyum, menikmati energi putrinya. “Wah, Aru hebat dong.”

“Iya! Terus… Aru juga makan jus jeruk, Ma. Sama ayah!”

“Bagus dong. Aru nggak rewel?”

Arunika menggeleng cepat. Lalu tanpa sengaja, ia menambahkan satu kalimat yang membuat tangan Selena terhenti di udara.

“Oh iya, tadi ayah juga ketemu sama tante cantik di mall.”

Selena spontan mengerutkan kening.

“Hah? Tante cantik? Siapa?” Nada suaranya naik sedikit tanpa ia sadari.

Arunika mengangkat bahu polos.

“Nggak tahu. Tapi ayah bilang itu temen lama. Namanya… Raina! Iya, tadi tante itu bilang ‘semoga bisa ngobrol lagi ya’ gitu, Ma.”

Tangan Selena menegang.

Raina?

Teman lama?

Dan mengatakan ingin ngobrol lagi?

Selena menghela napas perlahan, mencoba menetralkan ekspresinya. “Aru lihat ayah ngobrol lama?”

Arunika menggeleng. “Nggak lama kok, Ma. Tapi tante itu cantik banget. Rambutnya panjang… terus pake baju yang begini—” Arunika menirukan gaya rambut dan cara berdiri yang terlalu anggun.

Selena tersenyum kecil… tapi itu bukan senyum nyaman.

Hatinya menghangat dengan sesuatu yang ia kenal baik: cemburu.

---

Tidak lama setelah itu, Daren keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk melingkar di leher.

“Hari ini capek ya, Nay?” tanya Daren sambil mengeringkan rambut.

Selena berdiri, menyilangkan tangan di dada.

Daren terdiam.

Dari posisi itu saja, ia sudah tahu ada yang tidak beres.

“Ada apa?” tanyanya hati-hati.

Selena memiringkan kepala sedikit.

“Nanya balik? Kenapa nggak kamu ceritakan saja dulu… siapa tante cantik yang kamu temui di mall?”

Daren mengedip.

“…Aru cerita, ya?”

“Yap.”

Daren menghela napas, duduk di tepi ranjang. “Sayang, itu cuma teman lama. Nggak ada apa-apa.”

“Teman lama?” Selena mengangkat alis. “Terus kenapa Aru bilang tante itu bilang ingin ngobrol lagi sama kamu?”

Daren mengusap wajahnya. “Itu cuma basa-basi—”

“Daren,” potong Selena, suaranya halus tapi tajam, “aku nggak suka kalau ada perempuan asing bilang begitu ke suamiku.”

Daren menatap istrinya, lalu mendekat sambil memegang tangannya.

“Nay… kamu cemburu?”

Selena ingin bilang tidak… tapi ia terlalu buruk untuk pura-pura.

Jadi ia menjawab jujur.

“Sedikit.”

Daren tersenyum kecil, menunduk, lalu mencium punggung tangannya.

“Gini, ya. Aku nggak tertarik sama siapa pun. Kamu satu-satunya. Kalau aku nggak langsung cerita tadi… itu karena aku nggak mau kamu kepikiran.”

Selena memalingkan wajah, pipinya memanas.

“Ya malah bikin aku kepikiran sekarang.”

Daren mengusap pipinya lembut.

“Maaf. Lain kali aku bilang duluan. Tapi serius… kamu nggak perlu takut atau cemburu. Aku milik kamu. Full.”

Selena akhirnya luluh, meski masih manyun kecil.

“Ya udah… tapi kalau nanti kita ke mall lagi dan ketemu tante itu, kamu jangan senyum-senyum ke dia.”

Daren tertawa. “Siap, Bos.”

Arunika yang dari tadi mendengarkan sambil memeluk boneka tiba-tiba berkata,

“Ayah… Mama… jangan berantem ya. Aru nggak suka.”

Selena dan Daren saling menatap… lalu sama-sama tertawa.

Ketegangan pun mencair.

Meski di dalam hati Selena masih ada sedikit penasaran tentang siapa sebenarnya Raina itu… namun yang lebih kuat adalah rasa percaya pada suami yang selalu berusaha menjaga hatinya.

---

Gimana bab hari ini? Seru?

1
Favmatcha_girl
Seru💪
Favmatcha_girl
Excited banget kamu
Favmatcha_girl
Lucu banget si kamu Aru
Favmatcha_girl
Daren😍
Favmatcha_girl
bagus thor 😍
Favmatcha_girl
apapun akan daren lakukan untuk kamu Sel🤭
Favmatcha_girl
ngidam mu gak susah ya😊
Favmatcha_girl
hahaha ketahuan kamu Daren
Favmatcha_girl
so sweet amat
Favmatcha_girl
lanjutkan thor 💪
Favmatcha_girl
sksd banget ya🤭
Favmatcha_girl
Ganggu banget nih orang
kalea rizuky
istri g punya basic bisnis yg g bs bantu apapun bisanya diem. aja di rmh dih
Itz_zara: punya dong, kan dia punya butik🫠
total 1 replies
kalea rizuky
klo selingkuh buang aja nay
Itz_zara: 🤭daren ijo neon kak
total 1 replies
kalea rizuky
abis ne keguguran karena g jujur halahh
Favmatcha_girl
jendela nya gue gembok Ray🤭
Favmatcha_girl
yah kasihan nggak diterima 🤭
Favmatcha_girl
ternyata ada udang di balik batu🤭
Favmatcha_girl
ada bau-bau aneh nihh
Favmatcha_girl
waduh🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!