NovelToon NovelToon
Menikahi Paman Kecil Pacarku

Menikahi Paman Kecil Pacarku

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Beda Usia / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta setelah menikah / Romansa
Popularitas:12.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sept

Menikah dengan pria usia matang, jauh di atas usianya bukanlah pilihan Fiona. Gadis 20 tahun tersebut mendadak harus menerima lamaran pria yang merupakan paman dari kekasihnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu

Pagi itu Fiona memancing kemarahan Arga dengan mengatakan kata cerai untuk kesekian kalinya. Sampai Fiona harus mendapatkan hukuman dari suaminya itu. Tentu bukan hukuman berat atau menguras fisik dan mental, hanya hukuman yang mampu membuat Fiona diam tak berkutik.

"Jika kamu mengatakan kata itu lagi, aku tidak bisa jamin hukuman apa yang nantinya akan aku berikan," bisik Arga lembut di telinga Fiona.

Di usapnya bibir Fiona yang merah dan bengkak dengan jemarinya. Arga sudah gila, hanya gara-gara kata cerai, dia langsung menguasai bibir Fiona dengan ganasnya. Sampai Fiona merasa kebas dan tak bisa berkata-kata.

"Jadi ... Aku harap kamu tidak mengatakan itu lagi .... Paham?"

Mendapatkan tatapan lembut, meskipun nadanya mengancam, Fiona hanya bisa mengangguk sebagai tanda sepakat.

Tidak mau berdiri saja di situ, Fiona pun melanjutkan acara sarapannya yang sempat tertunda. Keduanya duduk di meja yang sama, makan dengan tenang, meskipun beberapa kali Arga terus-menerus menatap Fiona diam-diam.

Jelas Fiona merasa canggung, apalagi barusan terjadi kontak fisik yang intens, meskipun cuma lidah ketemu lidah, tetap saja itu membuat Fiona malu dan canggung. Beda dengan Arga, sepertinya dia bersikap biasa, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Aku mau balik ke kamar," ucap Fiona saat menyelesaikan sarapan.

Arga hanya mengangguk, sempat melihat pipi Fiona yang memerah. Wanita muda itu sepertinya benar-benar pemalu, hanya di sun saja reaksinya sudah seperti itu.

...----------------...

Pagi ini Arga tidak ke kantor, justru minta Tara sang sekertaris membawa beberapa berkas penting yang perlu diperiksa. Sembari bertanya kabar Davin apakah sudah ada kabar.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Arga disela-sela memeriksa berkas-berkas di depannya.

"Harusnya masih di sekitar kota ini, tidak ada catatan penerbangan yang terekam."

Arga mengangguk. Dia tahu, tapi tidak akan membiarkan Davin dan rombongan bersembunyi selamanya. Lambat laun pasti akan segera ketemu.

"Ya sudah, kamu selidiki saja terus. Kalau ada perkembangan, langsung hubungi!"

"Baik, Pak."

"Sekarang kamu boleh kembali. Oh ya ... Jangan lupa, buatkan janji temu dengan Clara. Ada yang ingin aku konsultasikan dengannya."

"Baik, Pak. Apa ada tugas lagi?"

"Cukup, kamu boleh pergi."

"Baik, Permisi."

Kebetulan Fiona lewat, apalagi saat mendengar nama Clara disebut. Telinganya langsung terpasang lebar-lebar.

"Sebenernya siapa Clara? Apa kekasih Om Arga? Lalu kenapa dia tadi pagi berbuat seperti itu padaku?"

Fiona jadi kesal sendiri, mungkin cemburu tapi kadarnya masih kecil.

"Sudahlah ... Bukan urusanku!"

Fiona ke kulkas, mengambil beberapa makanan dan membawanya ke kamar. Malas bertegur sapa dengan Arga, yang dalam pikirannya nyatanya hanya lelaki sok perhatian dan menebar pesona di mana-mana.

Sambil makan camilan di kamar, Fiona tiba-tiba melamun.

"Wajar kalau Om Arga suka Clara. Mereka sangat serasi. Usianya pun sepadan. Pasangan yang sempurna," gumamnya lalu merebahkan tubuhnya di sofa.

Fiona menggeleng cepat kemudian.

"Lalu kenapa dia mentiumku tadi? Kenapa gak mau cerai juga??? Laki-laki serakah ... Ah, sudahlah ... Aku tidak mau pusing, Fiona ... Fiona ... Kemarin di ngajak nikah karena kamu hamil. Sekarang anak itu sudah gak ada, mungkin Om Arga sudah tidak merasa perlu tanggung jawab lagi ... ya. Pasti itu, kalau masalah aku ditahan di sini sekarang...itu pasti karena merasa bersalah, bagaimana pun juga ini salah keluarganya. Ya ... Cuma rasa bersalah dan tanggung jawab. Setelah aku benar-benar pulih, mungkin aku bisa lepas dan menjalani kehidupan ku sendiri ... Ya .. Pasti seperti itu."

Fiona sibuk dengan pemikirannya sendiri, kemudian melihat-lihat ponselnya. Melihat galeri foto, kebetulan ada beberapa foto USG.

Mendadak dia jadi mellow, ia lalu mengambil tisu dan mengusap matanya yang basah. Tidak tahu kenapa, mendadak merasa sedih begitu saja.

...****************...

Malam itu hujan turun begitu lebat, disertai petir yang menyambar bersahutan. Arga duduk di ruang tamu sambil memainkan tabletnya, tidak lama kemudian muncul Fiona sambil memakai selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Ada apa? Belum tidur?" tanya Arga. Sudah jam 10, biasanya Fiona sudah mengunci pintu kamar.

Udaranya sangat dingin, AC kamar sepertinya rusak, tidak bisa diatur suhunya," kata Fiona.

"Benarkah? Coba aku periksa."

Arga kemudian masuk ke kamar, mencari remote dan memang benar AC nya tidak bisa di kontrol suhunya.

"Ya, sepertinya ada masalah. Sekarang hujan dan sudah malam. Besok aku panggilkan tukang servis. Kalau kamu mau tidur, bisa pakai kamarku, biar aku tidur di luar."

"Aku akan tidur di ruang tamu saja," tolak Fiona.

"Jangan, tidak bagus perempuan tidur di luar. Kamu tidur di kamarku, dan kunci saja pintunya dari dalam."

Fiona mengatupkan kedua bibirnya, kepalanya mengangguk paham. Akhirnya dia masuk kamar Arga, tidak lupa juga menguncinya dari dalam.

Beberapa menit, pintunya diketuk.

"Fiona, bisa carikan charger di laci?" tanya Arga di depan pintu. Tabletnya mau habis batrenya. Sebelum Fiona tidur, ia pun langsung mengetuk pintu kamarnya sendiri tersebut.

Tak lama, Fiona membuka pintu. Ia memberikan charger itu ke Arga. "Apa ada lagi?"

"Tidak ada, hanya itu saja."

Fiona mengangguk, ia sudah meraih gagang pintu, tapi Arga menahannya.

"Sebentar," ucap Arga kemudian melangkah sekali dan langsung mengecup kening Fiona.

"Selamat malam," ucap Arga lalu berbalik dan pergi.

Fiona terpaku, ia kemudian memegangi keningnya.

(Apa artinya ini?)

...****************...

Pagi yang cerah, Fiona bangun dan bersemangat. Hari ini dia sudah boleh masuk kuliah.

"Kamu nanti pulang jam berapa? Nanti aku jemput. Sekalian ... Kita bertemu Clara. Masih ingat wanita yang bertamu ke sini waktu itu?"

"Oh ... Iya. Ingat. Kalau boleh tahu, untuk apa aku harus ketemu dengannya?"

"Nanti kamu akan tahu sendiri."

Dalam hati, Arga tak enak kalau mengatakan Fiona harus konsultasi pada psikiater pasca keguguran dan guncangan mental waktu itu. Jadi biarkan Clara nanti yang menjelaskan sendiri. Namun, hal lain justru membuat Fiona masam. Jangan-jangan dia kembali dikenalkan pada Clara untuk mempublikasikan status mereka, Clara dan Arga. Jangan-jangan mereka memang pacaran, jangan-jangan... Banyak sekali pikiran-pikiran liar di dalam kepala Fiona saat ini.

......................

Akhirnya mereka bertemu bertiga, di sebuah cafe dekat kampus Fiona. Clara datang paling akhir. Begitu datang langsung menyapa ramah dan cipika cipiki dengan Arga. Disusul kemudian cipika-cipiki dengan Fiona.

"Maaf sedikit telat, tadi agak macet menuju sini."

"Tidak apa-apa, kami juga belum lama," kata Arga.

Muka Fiona jadi masam, dia memainkan sedotan dalam gelas, seperti anak kecil yang sedang dilanda kebosanan.

"Kami baru pesan minuman saja, kamu mau pesan apa?" tanya Arga.

Meskipun biasa saja, tapi terdengar sangat perhatian di telinga Fiona. Dia jadi agak muak pada Arga. Karena ternyata perhatiannya tidak sekedar untuk Fiona semata. Untuk perempuan lain juga Arga kelihatan lembut. Padahal dulu dikiranya Om Arga ini sosok pria dewasa yang kharismatik, dingin dan tidak suka tebar pesona.

"Minuman kesukaan aku ada?" tanya Clara balik sambil membuka buku menu.

"Oh, ada. Aku tadi sempat baca. Sebentar, aku panggilkan pelayan," kata Arga sambil mengangkat tangannya ke arah pegawai kafe yang kebetulan menatapnya.

Melihat keakraban keduanya, telinga dan mata Fiona makin panas, ia pura-pura main HP, pura-pura ada yang telepon. Ia bicara di telpon padahal telponnya mati, telpon sambil bisik-bisik. Setelah itu, menatap Arga.

"Om ... Aku balik duluan ya. Kebetulan di sekitar sini ada temenku. Aku mau pinjam buku tugas-tugas kemarin."

Arga mengerutkan dahinya, begitu juga dengan Clara.

Karena Fiona sudah langsung berdiri, Arga tak bisa menahannya. Ia pun mengijinkan Fiona. Padahal mau ngomong serius.

"Baiklah. Hati-hati."

"Hem."

Setelah Fiona beranjak pergi, dan tidak begitu jauh, terdengar suara tawa Clara. Dia terkekeh tak henti.

"Astaga ... OM?? Dia manggil kamu OM?" Clara terus saja menertawakan Arga.

Sedangkan Fiona yang mendengar suara tawa itu, hatinya langsung sakit. Bibirnya mengerucut, mengutuk Arga dalam-dalam.

"Playboy! Dasar laki-laki buaya buntung. Awas saja kalau dia main kontak fisik lagi."

...----------------...

Malam harinya, Fiona sampai duluan ke rumah. Sedangkan Arga pulang agak telat. Setelah janji temu dengan Clara, dia memang pergi ke sebuah tempat dengan Tara. Namun, Fiona sepertinya salah paham. Dikiranya pergi bersama Clara sampai malam.

"Sudah makan malam?" tanya Arga yang melihat Fiona baru keluar dari dapur.

"Sudah!" jawab Fiona ketus.

"Oh. Aku bawa sesuatu. Kalau lapar, kamu makan saja."

"Sudah kenyang!"

Fiona masuk kamar dan menutup pintu cukup keras.

Brakkk!

Arga kaget, dia menoleh. Kemudian mengetuk pintu kamar Fiona. Sudah tidur kamarnya sendiri, karena AC juga selesai di servis.

"Fiona? Ada apa? Kamu tadi membanting pintunya? Apa ada masalah?"

"Tidak ada!"

Tok tok tok

"Buka pintunya. Kita bicara sebentar, kalau kamu punya masalah, katakan saja. Jangan disimpan sendiri. Fio ... Fiona buka pintunya sekarang!"

Klek!

Fiona membuka pintu, jiwanya yang labil, tidak bisa kontrol emosi, langsung saja mendongak menatap wajah Arga tanpa takut.

"Kapan Om Arga cerain Fiona? Jangan serakah jadi pria. Kalau sama Clara ... Sama Clara saja. Gak usah nahan-nahan Fiona di sini!" ujar Fiona dengan berani.

"Clara? Siapa? Aku dan Clara? Maksud kamu?" Arga menatap bingung. Apalagi melihat muka cemberut Fiona yang tak seperti biasanya.

Detik berikutnya, bibirnya mengulas senyum. Jangan-jangan Fiona salah paham dan mulai cemburu. Langsung saja ia mengangkat tubuh Fiona dan menatap matanya lekat-lekat.

"Om! Turunin!"

"Tunggu, katakan padaku ... Apa kau cemburu?"

Fiona memalingkan wajahnya, membuang muka tak mau menjawab.

"Katakan, apa kau cemburu Fiona?"

"Tidak!" jawab Fiona tegas.

Arga cukup tersenyum, kemudian mengecup kening, lalu hidung dan bibir Fiona.

"Kau cemburu ... Kau cemburu Fiona," gumam Arga masih sambil mengangkat tubuh Fiona.

"Turunkan!! Turunkan sekarang!" Fiona meronta.

Arga pun menurunkan nya. Kemudian menyentuh kedua pundak Fiona.

"Terima kasih sudah cemburu padaku," ucap Arga.

Fiona merasa heran, Arga kelihatan begitu senang saat dirinya seperti ini, apa benar kalau Fiona cemburu?

"Om salah. Ini bukan cemburu. Tapi realistis! Kalau Om mau bersama wanita lain, tolong segera bebasin aku. Mari lepas ikatan pernikahan ini!"

Arga malah memeluknya, "Bagaimana bisa aku melepasmu? Wanita lain mana yang kamu maksud. Dia hanya teman biasa, tempat konsultasi mengenai kesehatan mu ... Tidak ada wanita lain."

"Kenapa kalian terlihat begitu akrab?"

"Karena kami teman lama, sewajarnya teman seperti itu."

"Wajar? Laki-laki perempuan bersentuhan pipi, cipika-cipiki, laki-laki bahkan sudah menikah, itu gak wajar."

Arga terkekeh, sampai terlihat gigi-giginya yang tapi. Baru kali ini Fiona melihat wajah penuh tawa lepas tersebut, terlihat tampan.

"Kenapa tertawa?"

"Kamu lucu," jawab Arga lalu mencubit pipi Fiona.

(Jadi mereka cuma teman ... Jadi aku benar-benar cemburu? Apakah aku suka sama om Arga? Apakah ...)

"Hei ... Malah bengong!" Arga kembali mengangkat badan Fiona, ia bawa Fiona ke ruang tengah, Arga duduk di sofa serta membiarkan Fiona duduk tepat di atas pangkuannya. Saat Fiona akan bergeser, pinggangnya langsung ditahan erat.

"Terimakasih sudah cemburu, aku senang sekali Fiona," ucap Arga dengan tatapan dalam.

Fiona menundukkan wajahnya, tangan Arga menyentuh dagunya. Selalu begitu, Arga kalau sudah menyentuh wajah Fiona, dia pasti akan mencicipi bibir ranum tersebut, bak candu, Arga ketagihan dengan rasa bibir yang mereka dan manis tersebut.

Tahu-tahu tautan bibir keduanya semakin dalam, sampai tangan Arga mulai merayap ke dalam piyama Fiona.

...****************...

1
Nurul
karya kak sept gak pernah gagal...😍😘🥰
SasSya
gak mungkin dr nyokap
SasSya
padahal....
SasSya
lho lho lhoooooo
mau sedot sedot aja ooommmm 😂
SasSya
udah bukan gadis ommmm
udah kau bobol sieee
🤣
Sept September: sebenernya belummm 🤭🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
SasSya
nahhhhh looooohhh
mlendung fiiiii
SasSya
kecebong mu kayanya jadi cambah ommm
😂
SasSya
heyyyy
pikiran mu liar sekali Tarrrr
😂🙆‍♀️
SasSya
mau minta pertanggung jawabannya fi
😃
SasSya
hooooooo
kang buaya
SasSya
di biang keroknya
SasSya
Iyaaaaa
beresiko kembung 9 bulan 🤣🤣🤣🤣😂
SasSya
siapa yg bangkit gaaaa
😃
Ila Lee
itu obat segala masalah perang ranjang hilang pusing kepala atas kepala. bawah 🤣🤣🤣🤣🤣
SasSya
hooooooo
kejadian 😱
SasSya
terjadikah anu?
SasSya
hiiiiiiiiiiiiiii 😬

Taraaaa gak usah dipikirin 😃
SasSya
gak tanggung jawab buanget ini buaya !!

hiiiiiiiiiiiiiii fio...
semoga tidak kenapa2
SasSya
hooooooo dasar garangan emang!😡
Ila Lee
wahdu ibu MCM apa ya sangup melihat anaknya susah sebagai ibu sepatut nya menerima pilihan anak asalkan anak bahagis harus nya begitu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!