Jati memutuskan berhenti bekerja sebagai Mafia misterius bernama Blood Moon. Organisasi bayangan dan terkenal kejahatannya dalam hal hal kekayaan di kota A.
Namun Jati justru dikejar dan dianggap pengkhianat Blood Moon. Meski Jati hanya menginginkan hidup lebih tenang tanpa bekerja dengan kelompok itu lagi justru menjadikannya sebagai buronan Blood Moon didunia bawah tanah.
Sekarang Jati menjalani hidup seperti orang normal seperti pada umumnya agar tidak berada dibayang bayang kelompok tempatnya mengabdi dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyerah Saja
Disuatu hari. Baskara bergegas mengejar Cila yang berjalan menuju kelasnya, dikelas sebelah. Baskara begitu sumringah melihat cewek yang disukainya itu, Baskara dengan cepat mencegahnya.
Baskara merapikan seragam sekolahnya sesekali menyisir rambutnya menggunakan sisir milik maminya yang dia curi.
"Hai Cila, kita ketemu lagi? Jangan jangan kita berjodoh ya, Hahaha."
Tawa Baskara percaya diri bisa memikat gadis yang terkenal cantik dan pintar tentunya... lumayanlah kalau ujian dia bisa menyontek gratis.
Dimana Cila mendelik malas menatap cowok yang terkenal berandalan itu.
"Gak usah ganggu gue, gue gak mau dekat dekat sama lo."
Baskara kecewa mendengar perkataan Cila barusan tapi sebisa mungkin dia menahannya.
"Cila, gue... gue suka sama lo dari lama-- kenapa lo gak mau sih terima cinta gue?"
Baskara memelas dan berharap Cila mau mengasihani perjuangan sehidup sematinya ini.
Cila menatap cowok itu sejenak.
"Dengarin gue, Baskara Ireng."
Cila melanjutkan ucapannya.
"Gue ingin fokus belajar aja biar gak ada yang menganggu, gue harap lo mengerti."
Baskara yang sudah bosan mendengar alasan basi itu segera menunjuk kearahnya.
"Eh, alasan lo itu basi dan seharusnya lo bersyukur anak rumahan seperti lo disukai cowok seganteng gue."
Baskara kembali berkata dengan tegas.
"Gue menolak banyak cewek lain karena ingin terus bersama lo, jadi cewek seperti lo itu tidak tau diuntungnya sama sekali."
Ucapan Baskara berhasil menarik perhatian banyak siswa lain.
Mereka berkerumun menyaksikan perdebatan mereka berdua termasuk duo Ayu dan Rara, tak lupa anj*ng gilanya Baskara.... Gio dan Ray.
"Terserah lo mau bilang gue apa tapi yang pasti gue bukan cewek murahan yang cuma hobi menggoda banyak cowok."
Ayu dan Rara terdiam mendengar perkataan teman mereka itu.
Sepertinya Cila menyinggung mereka berdua karena hobi menggosip cowok ganteng, atau cogan. Begitupun banyak siswa lain terutama para cewek yang mendengarnya tidak bisa mengelak lagi.
Baskara menggertakan giginya penuh amarah.
"Jangan jangan lo menolak gue karena lo sudah punya pacar?"
"Kalau memang iya kenapa? Lo gak berhak mencampuri masalah gue."
Sontak semua siswa tercengang mendengar pengakuan Cila yang ternyata sudah memiliki pacar.
Baskara mengepalkan tangannya, dia tidak terima jika Cila menemukan cowok selain dirinya. Dengan tegas Baskara berkata.
"Memangnya siapa yang mau sama anak rumahan seperti lo itu? Om om? Haha, pastinya iya kan?"
Cila terdiam seketika, lalu dengan terbata bata Cila berucap.
"Gak usah kepo, yang jelas dia cowok baik dan tidak berandalan seperti lo."
"Dasar cewek mura--
"Bos sabar bos"
Gio dan Ray segera menyeret paksa Baskara yang ingin menggampar Cila. Saat diseret kedua anak buahnya... Baskara berkata penuh ancaman.
"Siapapun dia maka gue bakal singkirin dia!"
"Sudah bos, ayo kita ke kelas saja."
Gio dan Ray menyeret paksa Baskara menjauh dari keramaian. Begitupun siswa lain yang juga bubar karena tidak seru lagi.
"Se- serius Cil, lo punya pacar?"
Rara bertanya tidak percaya.
Setahunya temannya itu orang yang jarang sekali keluar apalagi liburan. Aneh saja rasanya jika punya pacar padahal kan dia cuma bolak balik di kamar saja.
"Terserah kalian mau percaya atau tidak, gue mau ke kelas duluan."
Cila bergegas menuju kelas dengan wajah murung setelah disindir Baskara habis habisan.
"Sudah, biarin aja Cila pergi... mungkin saja papanya kali yang menjodohkan? Gimana coba dia punya pacar jika jarang ikut nongkrong sama kita?."
Bunga menepuk pundak Rara agar tidak menganggu teman mereka dengan banyak pertanyaan.
Rara menganggukkan kepalanya.
"Iya sih, tapi gue ikut senang karena Cila udah punya pacar-- tinggal lo doang yang jomblo, Eaaa."
"Heh, awas lo Ra."
Ayu menghentakkan kakinya melihat Rara asal pergi saja setelah meledeknya.
"Tungguin gue... awas lo Ra, lo bakal nyesal nanti ngatain gue jomblo."
Ayu ikut berlari mengejar Rara, mereka berlari menuju kelas dengan tergesa gesa.
"Dih, lo kebanyakan makan buah kecubung."
Sahut Rara secepat mungkin menghindari Ayu, takut rambutnya dijambaknya.
Saat tengah berlari kejar kejaran dan saling meledek, tanpa sengaja Ayu menabrak seseorang misterius hingga hampir terjatuh.
Dengan seribu langkah seseorang itu mengambil tubuh ramping Ayu agar tidak terjatuh.
"Tidak apa apa neng?"
Tanya seseorang itu yang ternyata seorang cowok misterius... wajahnya tertutupi rambut panjangnya.
Ayu mendadak salah singkah menatap cowok itu.
"Iya bang, makasih ya sudah nolongi--
"AKKKH!
Ayu sontak berteriak keras melihat siapa cowok itu.
Revan tersenyum lebar dengan memperlihatkan gigi emasnya yang mengkilau. Tak lupa mengedipkan satu matanya kearah cewek cantik itu.
"Rejeki anak soleh emang gak kemana mana."
Gumam Revan meneguk ludahnya melihat body Ayu yang aduhai.
"Plak!
Ayu segera melepaskan diri dari pegangan Revan, lalu menampar pipinya karena ngeri ditatap seperti itu.
"Lo cuma menghalangi jalan gue aja."
Setelah berucap sepert itu Ayu segera cabut dari sini, dia harus ke kelas menyelesaikan debatnya dengan Rara.
"Jahat banget sih neng sama abang?"
Ucap Revan sedih sambil memegangi dadanya yang terasa dipanah hidup hidup.
Dengan langkah gontai Revan berjalan menuju kelas. Revan tidak mengerti kenapa banyak cewek takut didekatnya terutama Ayu. Revan terus memikirkan tutorial menaklukkan cewek tanpa root secara ampuh.