NovelToon NovelToon
Ibu Sambung Kekasihku

Ibu Sambung Kekasihku

Status: tamat
Genre:Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:384
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sabtu yang padat

Semalam asisten Mas Javar kembali menelpon untuk memberitahu jika dia sudah menemukan les memasak yang berada di dekat sini dan dia juga memberitahu jika aku bisa datang ke sana jam dua siang ini. Tinggal setengah jam lagi menuju jam dua siang, kini aku sedang berada di depan meja rias sambil memastikan bahwa penampilan ku sudah benar.

"Cuma mau les masak Amira, gak usah rapih-rapih begitu." Itu suara milik Mas Javar yang sedang duduk di atas ranjang sambil menatapku.

"Aku takut penampilan aku ke banting sama penampilan orang-orang yang les disana juga." Jelas ku padanya.

"Mau kayak gimanapun kamu tetep cantik Amira." Ucapannya itu sontak saja membuat kedua pipiku memanas.

Aku pun beranjak dari tempat dudukku karena aku merasa penampilan ku yang sudah rapih dan mengajak Mas Javar untuk segera mengantarkan ku sekarang ke tempat les memasak.

"Mas, ayo anterin aku sekarang!"

"Udah selesai?"

"Udah, ayo."

"Iya-iya bentar."

Dia pun beranjak dari kasur dan mengambil kunci mobil miliknya yang ada di atas nakas. Kami berjalan beriringan keluar dari unit apartemen menuju ke basemen dimana mobil miliknya terparkir.

"Oh iya Mas, sekretaris kamu kasih tau juga gak les memasaknya berapa jam?"

"Dia gak kasih tau itu, mungkin hanya sekitar dua jam."

"Lumayan lama ya."

"Iya, mangkanya kalo kamu capek jangan takut-takut buat bilang ke tutor nya."

"Iya."

Tidak lama kemudian kami sampai di basemen dan dia langsung mengendarai mobil miliknya keluar dari kawasan apartemen, hanya memerlukan waktu sekitar dua puluh menitan untuk kami berdua datang ke tempat les memasak tersebut.

"Mau sekalian saya antar sampai ke dalam?" Tanya nya saat mobil miliknya berhenti di area parkiran tempat les memasak.

"Mau, aku takut buat ngomongnya."

"Padahal tinggal ngomong aja Amira, ya udah ayo turun."

Kami berdua pun turun dari mobil dan berjalan ke arah pintu masuk gedung yang menjadi les memasak, memang sepertinya di kawasan ini khusus untuk bangunan-bangunan mewah, lihat saja tempat les memasak ini, terlihat sangat mahal.

Sembari berjalan aku terus menerus mengagumi setiap inci yang ada di gedung ini dan aku tidak henti-hentinya dibuat takjub oleh itu, sampailah kita di depan meja resepsionis yang ada di tempat les ini. Aku sudah seperti anak kecil yang akan didaftarkan ke taman kanak-kanak, dari awal pendaftaran sampai masuk ke ruang les memasak terus ditemani oleh Mas Javar.

"Mas, kamu pulang aja deh, nanti kalo udah selesai telpon."

"Saya mau tunggu disana aja, sambil awasi kamu." Ucapnya sambil menunjuk ke arah dimana terdapat sebuah kursi.

"Ya ampun Mas, aku bukan anak kecil lagi."

"Saya takut gedung ini kebakaran gara-gara kamu."

"Ya nggak lah! Emangnya Mas gak ada kerjaan?"

"Nggak, ini hari minggu kalo kamu lupa. Udah sana, mau mulai tuh."

Aku pun meninggalkannya dengan wajah sebal menuju ke tempat pantry yang ada di tempat les memasak ini dan mulai mengikuti setiap arahan yang diberikan oleh chef yang menjadi tutor memasak.

Masakan yang sedang aku masak sekarang adalah tongseng daging, ini baru pertama kalinya aku membuat dan melihat proses pembuatannya, biasanya aku membeli yang sudah matang di warung makan.

Saat sedang memasak, tidak ada obrolan antara aku dan juga ibu-ibu lain yang sedang belajar memasak juga, sampai pada akhirnya wanita yang ada di samping ku mengeluarkan suara.

"Itu suaminya ya Mba?"

"Eh? Oh iya Bu, suami saya." Jawabku dengan kaku.

"Jangan kaku gitu Mba, kita bakalan sering ketemu disini." Ucapnya sekali lagi yang membuat aku tersenyum kikuk mendengar perkataannya.

"Iya Bu, maaf ya." Ucapku tidak enak.

"Nggak usah minta maaf Mba, kayak yang punya salah aja."

Aku pun hanya membalas perkataan itu dengan senyuman dan kembali fokus kepada instruksi yang diberikan oleh chef. Aroma harum khas tongseng sudah tercium dan sebentar lagi to tongsengnya akan matang, aku sudah tidak sabar untuk menyicipinya.

Beberapa menit kemudian, chef memberitahu jika tongsengnya sudah selesai dimasak dan tinggal disajikan saja, aku pun menyajikannya sebisa ku dan secantik mungkin. Akhirnya masakan pertama ku di tempat les ini sudah matang dan siap untuk disantap, aku pun menyendok sesendok tongseng itu dan menyuapkannya ke dalam mulut, ternyata rasanya tidak terlalu buruk untuk seseorang yang baru pertama kali memasaknya.

Di ujung sana, di tempat kursi tunggu berada, ada seorang pria yang sedang memperhatikanku, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Mas Javar. Aku pun memberikan kode lewat tangan agar dia menghampiri ku, menangkap kode dari ku, dia pun berjalan mendekat ke arah pantry dimana aku berada.

"Kenapa?" Tanya nya saat baru saja sampai di depanku.

"Ini, cobain deh, rasanya enak." Ucapku sambil menyodorkan satu sendok tongseng yang aku buat tadi ke hadapannya.

Tanpa ragu-ragu dia pun langsung melahapnya, aku menatapnya penuh harap semoga dia suka dengan tongseng buatan ku ini.

"Enak." Mendengar ucapan itu membuat senyumku langsung mengembang, aku merasa bangga dengan usaha ku sendiri.

"Bener kan apa yang aku bilang, rasanya enak."

"Iya, rasanya enak. Nanti bikinin saya masakan ini lagi ya di apartemen."

"Siap! Nanti aku belajar buat bikin masakan yang lainnya juga."

"Ini udah selesai semua kan? Kalo udah, ayo kita pulang."

"Udah deh kayaknya, tapi bentar, aku mau pamitan dulu sama yang lainnya."

"Ya udah, saya tunggu diluar ya."

"Iya."

Aku pun menghampiri chef yang tadi menjadi tutor memasak ku bermaksud untuk berpamitan, tidak lupa juga aku berpamitan pada ibu-ibu yang ada di les memasak hari ini. Setelah berpamitan, aku langsung keluar dari ruangan tersebut dan langsung menangkap sosok Mas Javar yang sedang menunggu ku, aku pun langsung menghampiri nya.

"Gimana? Udah pamitannya?"

Aku pun mengangguk-anggukan kepala.

"Ya udah, ayo kita pulang."

Setelah mengatakan itu, dia langsung menggandeng tanganku dan berjalan keluar dari gedung tempat les memasak ini menuju ke arah tempat parkir yang dimana mobil miliknya berada. Saat sudah berada di dalam mobil, dia langsung menjalankannya. Namun, aku dibuat bingung karena dia memilih jalan bukan yang ke arah apartemen.

"Loh? Bukannya jalan pulang ke apartemen yang itu ya?" Tanyaku sambil menunjuk ke arah jalan yang menuju ke apartemen.

"Oh iya saya lupa kasih tau ke kamu. Kita ke mall dulu ya Amira, kita belum beli cincin buat pernikahan kita."

"Ohh gitu, ya udah." Setelah aku mengucapkan itu, tidak ada lagi percakapan diantara kami berdua, mobil yang kami tumpangi terus melaju membelah jalanan kota di sore ini.

Hanya memerlukan waktu beberapa menit untuk kita berdua sampai di mall yang dituju, aku dan juga Mas Javar pun langsung turun dari mobil setelah memarkirkan mobil tersebut dan masuk ke dalam mall.

Toko perhiasan menjadi tujuan kita berdua, sampai lah kita di salah satu toko perhiasan yang ada di dalam mall ini, kita pun langsung memasuki toko perhiasan ini dan lagi-lagi aku dibuat terkagum-kagum dengan jejeran perhiasan yang menyambut kita berdua dari awal datang ke toko ini.

Seorang pegawai di toko ini menghampiri kita, ah lebih tepatnya dia menghampiri Mas Javar dan membicarakan sesuatu. Tidak lama kemudian pegawai itu pergi meninggalkan kita berdua.

"Mas kenal sama pegawainya?" Tanya ku untuk mengobati rasa penasaran.

"Nggak, tapi sebelumnya sekretaris saya udah buat janji sama dia."

"Ohh gitu, aku kira dia temen Mas juga kayak Krystal." Aku bisa berfikir demikian karena memang bisa saja pegawai tadi juga teman Mas Javar, sama halnya dengan Krystal yang memiliki butik kemarin.

Tidak lama dari itu, pegawai tadi kembali lagi dengan membawa sebuah kotak perhiasan dan memperlihatkannya kepada kita berdua.

"Ini perhiasan yang dipilih oleh sekretaris Bapak kemarin, jika ingin menggantinya dengan yang lain juga masih bisa." Ucapnya ramah.

"Amira, gimana sama cincinnya? Kamu suka? Saya ikut pendapat kamu."

"Eumm yang ini aja udah bagus, aku suka. Desain nya simpel tapi kelihatan mewah."

"Ya udah. Saya jadi ambil yang ini ya."

"Baik Pak, silahkan selesaikan transaksi ke sebelah sana." Ucapnya sambil mengarahkan Mas Javar ke tempat kasir.

"Kamu tunggu disini ya Mir, saya mau urus pembayarannya dulu."

"Iya." Aku hanya membalas sebisanya.

Setelah Mas Javar menyelesaikan transaksi nya dan juga berhasil membawa pulang cincin pernikahan milik kita, aku dan dia pun langsung keluar dari toko tersebut dengan membawa sebuah paper bag yang tidak kalah mewah dengan isinya.

Jika biasanya ketika kita berdua sedang berada di mall akan makan terlebih dahulu sebelum pulang ke apartemen, tapi kali ini kita berdua langsung pulang ke apartemen karena memang tadi di tempat les memasak sudah memakan masakan buatan ku.

"Mumpung kita masih ada disini, gak ada yang mau kamu beli?" Tanya nya tiba-tiba.

"Nggak ada, langsung pulang aja."

"Oke, pasti capek ya abis masak?"

"Ya ampun Mas, aku tuh gak yang secapek itu cuma karena abis masak doang."

"Ya kan daya tahan tubuh tiap orang beda-beda."

"Iya-iya, aku capek tapi gak yang secapek itu."

"Hm, kalo gitu nanti di apartemen saya pijitin."

"Nggak perlu deh, aku mau langsung bersih-bersih terus tidur aja."

Obrolan kita pun terus berlanjut sampai di tempat parkiran mobil miliknya berada, tanpa banyak basa-basi lagi, mobil milik Mas Javar langsung melesat membelah jalanan kota sore ini untuk kembali ke apartemen.

"Besok aku ada jadwal senam juga." Aku membuka topik pembicaraan.

"Oh iya, saya lupa. Kalo kamu masih capek, senam nya bisa di mulai minggu depannya aja."

"Nggak deh, pasti besok aku udah fit lagi."

"Jangan lihat diri kamunya aja Amira, lihat juga anak yang ada di dalam kandungan kamu."

"Dia juga gak kenapa-kenapa, malah dia sekarang udah gak rewel yang bikin aku mual-mual terus tiap hari."

"Emang yang kamu bilang itu bener, tapi saya cuma khawatir sama kamu dan juga anak kita Amira."

"Iya-iya aku paham, aku juga gak bakalan maksain sesuatu yang bisa bahaya buat diri aku sama anak aku."

Setelah perdebatan kecil itu, tidak ada lagi percakapan antara kami di dalam mobil yang terus melaju menuju apartemen. Jalanan di sore ini cukup ramai karena mungkin ini adalah hari libur jadi banyak orang yang pergi keluar dari rumah.

Waktu berjalan begitu cepat, kini aku sudah berada di basemen apartemen, sehabis Mas Javar memarkirkan mobil miliknya, kita berdua pun langsung berjalan ke arah unit apartemen milik Mas Javar.

_____________________________________

Jangan lupa buat tinggalin jejak di bab ini ya! Ditunggu komentarnya...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!