"hana maaf, rupanya riko hatinya belum tetap, jadi kami disini akan membatalkan pertunangan kamu.. dan kami akan memilih Sinta adik kamu sebagai pengganti kamu" ucap heri dengan nada yang berat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30 hana dalam dilema
“Kapan kamu akan mempertemukan Sinta dengan Mama kamu?” tanya Romi.
“Sepertinya aku butuh waktu, Yah.” Andri tampak ragu mempertemukan Sinta dengan Maharani.
“Baiklah, kalau begitu aku serahkan ini padamu.” Romi berdiri dan menepuk pundak Andri.
“Terima kasih, Dad.” Andri memegang tangan ayahnya, kemudian mereka berpisah.
Andri melihat punggung ayahnya. Ia tahu ini berat bagi ayahnya. Namun, kebahagiaan ibunya juga harus ia perjuangkan.
Saat hanyut dalam lamunan, tiba-tiba ponsel Andri berdering.
“Hana sudah ketemu,” Jefri memberi kabar dari ujung telepon.
“Baik, aku akan ke rumah sakit sekarang.” Andri menutup telepon dan segera bergegas ke rumah sakit menemui Hana.
,,,
Di rumah sakit, Hana belum juga kunjung sadar. Jefri menunggu dengan sabar. Viona yang dirawat di samping Hana juga sering memperhatikan gadis itu.
“Tolong... tolong... jangan culik aku,” Hana mengigau.
“Ayah... tolong aku, Ayah...” Hana kembali mengigau.
“Sepertinya Hana mengalami trauma yang dia sembunyikan,” Viona merasa simpatik dengan kondisi Hana.
“Sepertinya begitu,” jawab Jefri singkat.
Seorang perawat masuk ke kamar perawatan.
“Pak, Felix sudah siuman. Dia mencari seseorang yang bernama Hana,” ucap perawat.
Jefri langsung keluar menuju ruang perawatan Felix. Tampak Felix sedang menatap ke langit-langit dengan wajah muram.
“Sayang...” Jefri mendekati Felix.
“Pih... mana Ate, Pih?” kata itu yang pertama diucapkan oleh Felix.
“Ate ada, Nak. Kamu jangan khawatir.” Jefri menatap sendu pada anaknya. Ia hanya ingin melihat anaknya sembuh. Setelah sembuh, Jefri bertekad tidak akan pernah melepaskan orang yang sudah mencelakai Felix.
“Aku nakal, ya?” tiba-tiba Felix berkata seperti itu, membuat hati Jefri terasa sakit.
“Kamu anak baik, Sayang... Felix anak yang sangat baik,” ujar Jefri lembut.
“Kalau aku baik, kenapa Mamah dan Ateu meninggalkan aku?” jawab Felix yang membuat hati Jefri tersayat.
“Ateu ada, Sayang. Ate kecapekan, sekarang lagi tidur sama Oma.”
“Di mana?”
“Di kamar sebelah,” jawab Jefri.
“Pindahkan aku ke sana,” pinta Felix memelas.
“Sayang, kamu harus beristirahat dengan tenang, ya.”
“Enggak mauuuu!” teriak Felix.
“Pindahkan aku sekarang juga atau aku enggak mau makan dan enggak mau minum obat!” Felix berkata dengan muka marah.
“Ok, tunggu dulu ya... kita siapkan dulu kamarnya,” Jefri mencoba memberi penjelasan pada anaknya.
“Ya,” jawab Felix singkat.
Dengan cepat para perawat mempersiapkan kamar untuk Felix. Semua peralatan dibawa ke ruangan tempat Viona dan Hana dirawat. Butuh waktu sekitar satu jam untuk menyiapkan semuanya, dan selama itu Felix tidak mau bicara dengan Jefri.
Setelah semuanya siap, Felix dipindahkan ke kamar tempat Viona dan Hana dirawat.
Viona yang sudah bisa bersandar terlihat tersenyum saat melihat Felix datang ke kamarnya. Ia merasa bersyukur cucu kesayangannya selamat.
“Oma, kok Ateu tidur terus?” Felix tidak menanyakan keadaan dirinya, melainkan langsung menanyakan Hana.
“Ateu mungkin kecapekan, Sayang. Dia habis memberi darahnya untuk kamu,” ucap Viona sambil menatap Felix.
“Oh, gitu ya...” Felix seperti mengerti.
“Tadi Ateu bilang, Felix harus mau makan dan minum obat, ya,” ucap Viona.
“Ya,” jawab Felix singkat.
“Sekarang Felix istirahat dulu, ya. Nanti kalau Ateu bangun, Oma bangunin Felix.”
“Janji ya, Oma?” Felix melirik sekilas ke arah Hana.
“Iya. Sekarang istirahat dulu, ya,” ucap Viona lembut.
Tak lama kemudian Felix tertidur.
Sesaat setelah itu, Hana mengerjapkan mata. Lampu neon menyilaukan pandangannya.
Orang pertama yang ia lihat adalah Jefri.
“Penculik!” seru Hana setengah berteriak.
“Berisik,” ucap Jefri dingin.
“Tolong... jangan culik aku,” ucap Hana lagi dengan suara bergetar.
“Hana...” suara lembut Viona terdengar dari samping.
“Mamah... sudah sembuh?” tanya Hana, matanya mulai berkaca-kaca.
“Mamah sudah melalui masa kritis, Nak,” jawab Viona menenangkan.
Viona memberi kode kepada perawat agar mendekatkan tempat tidurnya ke arah Hana. Setelah cukup dekat, ia menggenggam tangan putrinya erat-erat.
“Terima kasih sudah menolong Felix,” ucap Viona lembut.
“Karena aku sudah menolong Felix... aku mohon jangan culik aku. Biarkan aku hidup bebas,” kata Hana terbata-bata, tubuhnya sedikit bergetar.
“Hehehe... Hana pasti sudah bertemu Nela, ya?” tanya Viona, hampir saja ia terkekeh.
“Ke... kenapa Mamah bisa tahu?” Hana menatap heran.
“Nela itu orang yang sangat terobsesi dengan sepupuku, Andri. Makanya, jangan gampang menyimpulkan. Lihatlah berita dari dua sudut yang berbeda,” jelas Jefri tenang.
“Maksudnya gimana? Aku tidak mengerti,” tanya Hana dengan dahi berkerut.
“Nela itu sangat terobsesi dengan Andri, keponakan Mamah. Sejak SMP dia ingin memiliki Andri. Dia banyak melakukan manipulasi terhadap perempuan-perempuan yang mendekati Andri,” jelas Viona menimpali.
“Bagaimana aku bisa mempercayai kalian?” tanya Hana ragu.
Tiba-tiba Felix menyodorkan ponselnya. Sebuah video diputar.
“Ini Nela. Sekarang dia dirawat di rumah sakit jiwa. Sudah tiga bulan dia kabur dari sana. Dia memang anak yang jenius... tapi kalau sudah melihat Andri, dia berubah jadi seperti orang gila. Segala macam cara akan dia lakukan agar perempuan yang menyukai Andri menjauh,” Jefri menjelaskan dengan suara berat.
Hana termenung. Matanya masih ragu, pikirannya belum sepenuhnya percaya.
“Kamu kira keluarga Baskara bisa terlibat kasus penculikan? Kalau benar terlibat hal seperti itu, tidak mungkin keluarga Baskara bisa sebesar ini,” ucap Viona.
Hana menghembuskan napas berat, entah lega atau semakin bingung.
“Andri itu keponakanku. Aku tahu dia dari kecil. Dia anak yang baik, dan sangat dekat dengan Jefri. Mereka seperti adik dan kakak kandung,” jelas Viona.
“Jadi... Andri itu keponakan Mamah?” tanya Hana ragu.
“Iya, dia anak adikku. Namanya Maharani,” jawab Viona lembut.
Hana tampak termenung. Pikirannya kalut, antara percaya dan tidak.
Tiba-tiba suara pintu kamar perawatan terbuka. Tampak Andri masuk dengan wajah cemas.
“Hana, bagaimana keadaan kamu?” tanya Andri, melangkah cepat mendekat.
“Cih, Tante kok tidak ditanya sih,” ucap Viona pura-pura kesal.
Andri tersenyum tipis, hendak menanggapi, tapi tiba-tiba Jefri nyeletuk santai, “Andri, bagaimana kalau Hana kita jual saja?”
“Jefri!” seru Viona tampak tidak senang.
Hana menatap Jefri kaget, tubuhnya menegang. Ia belum tahu apakah Jefri bercanda atau serius.
“Hana, ini yang ingin aku jelaskan,” ucap Andri dengan wajah serius.
“Sudah aku jelaskan, Ndri,” potong Jefri datar.
Andri menatap Jefri sejenak, lalu menghela napas lega. “Syukurlah kalau begitu. Aku tak harus menjelaskan lagi.”
Hana menunduk, wajahnya memerah. “Ya… maafkan aku,” ucapnya malu-malu.
Andri tersenyum tipis, lalu menoleh pada Viona. “Tante.”
“Ya, ada apa, Nak? Tumben kamu manis begini. Pasti ada maunya, nih,” tebak Viona sambil mengangkat alis.
Andri memberanikan diri, suaranya sedikit bergetar. “Aku sudah bilang ke Kak Jefri… katanya Kak Jefri tidak punya perasaan pada Hana. Jadi… boleh tidak kalau aku yang memiliki Hana?”
Ruangan mendadak hening.
Viona menghela napas panjang. Hatinya bimbang. Di satu sisi, ia berharap Hana bisa menjadi istri Jefri, demi masa depan Felix. Tapi di sisi lain, ia tahu tidak bisa memaksakan perasaan yang tak ada. Apalagi sekarang, keponakan kesayangannya sendiri dengan tulus menyatakan cinta pada Hana.
Bagi Viona, ini adalah dilema yang berat.
“Tanya saja sama Hana, Tante pasti menghargai keputusan Hana,” ucap Viona sambil tersenyum.
Belum sempat Andri bertanya pada Hana, tiba-tiba terdengar suara Felix.
“Oma, kok nggak bangunin aku kalau Ateu udah bangun?” tanya Felix dengan wajah cemberut.
“Suster, tolong bangunkan saya dan beri saya kursi roda,” ucap Hana pelan.
Tak lama kemudian, seorang suster datang membawa kursi roda. Dengan hati-hati, perawat membantu Hana pindah dari ranjang ke kursi roda. Lalu, Hana didorong mendekat ke tempat tidur Felix.
“Felix, Ateu baru saja bangun, Sayang,” ucap Hana lembut.
Felix segera mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Hana erat-erat. Matanya berkaca-kaca.
“Ateu… jangan tinggalkan aku lagi. Ate jadi Mama Felix ya… please…”
secepatnya pasti terkuak dan Andri gak jadi sama Hana deh 😅😅