Paksaan sang ibu sukses merubah 'Status Hidup' Nadilla menjadi bertunangan.
Awalnya Nadilla punya rencana untuk membatalkan pertunangan karena si pria sudah mempunyai kekasih.
Semua situasi itu berubah saat mengetahui sisi baik pria yang ingin membahagiakan kedua orang tua melalui prestasi yang akan pria itu lakukan sendiri di sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 09. Satu Hati, Dua wanita. (Revisi)
Pada akhirnya... Nadilla masih terbayang saat ia lelah menunggu jemputan dari Disky, si laki-laki itu malah jemput Maurel.
Walau tadi Nadilla baru teringat kalau tidak lagi diantar jemput oleh Disky, justru si laki-laki malah berniat untuk mengantarkan pulang Nadilla ke rumah.
Pria itu sekarang tidak mau membuat Nadilla marah jika sampai rumah. Kalau kedua orang tua nya sampai tahu keadaan Nadilla, taruhan nya adalah perampasan semua aset nya yang berharga.
Disky berusaha untuk izin kepada Maurel, Kali aja gadis itu mengizinkannya.
"Maurel, hari ini saya mau antar pulang Nadilla, ini yang terakhir saya janji" Kata Disky.
Maurel mengerut kening "Anter Nadilla pulang lagi?"
"Iya"
"Kemarin kamu antar dia pulang, sekarang kamu mau antar juga, janji aja terus"
"Iya maaf, Tau sendiri kalau adilla bagian dari keluarga saya juga" Kata Disky. Pria itu memanfaatkan status hubungan dengan Nadilla sebagai sepupu dimata Maurel.
"Gak taulah mau sampai kapan saya ngertiin kamu, sedangkan kamu gak pernah ngertiin saya"
"Maaf tapi ini penting banget, ibu nya tadi bilang kalau pulang sekalian bawa Nadilla"
"IYA IYA IYA!!" Muak rasanya jika Maurel mendengar ribuan alasan dari Disky.
"Mau saya panggil Rahma gak?" Kata Disky tiba-tiba
Maurel mengerut kening "Untuk apa?"
"Biar dia yang antar kamu ke rumah"
"Saya bisa naik maxim!" Kata Maurel dengan nada ketus. Disky langsung mengeluarkan dompet sekaligus memberikan uang dua puluh ribu untuk Maurell.
"Ini saya yang bayarin ongkosnya" Kata Disky
'Ya allah sampe di kasih ongkos bukan nya nahan' Dalam hati Maurel dengan sabar.
Maurel mau marah tapi status Nadilla itu saudara Disky. jika ia tau hubungan Nadilla dengan disky yang sesungguhnya. Mungkin saja Maurel tidak akan menerima ongkos itu dari tangan disky.
"Sudah jangan cemberut" Kata Disky.
"Iya, tapi nanti malam janji kan mau ke kafe?"
"Iya, saya janji kok"
Membuat Maurel tersenyum. "Yaudah kalau gitu saya mau pesan ojol dulu" Katanya seraya mengambil ponsel untuk memesan ojol secepatnya.
Tak lama dari itu, driver maxim datang ke gerbang sekolah.
Namun anehnya adalah si driver menanyakan murid yang bernama Nadilla.
Disky mengerut kening seraya berkata dalam hati 'Nadilla?'
Begitu juga dengan Maurel, ia langsung bertanya kepada Disky. "Kok sepupu kamu mau naik ojol?"
"..." Disky memilih terdiam.
Yang dipanggil, orang nya muncul juga dari arah kantin. Disky pun langsung menghampiri Nadilla.
"Tolong itu orderannya kamu cancel aja" Pinta Disky.
"..." Dilla hanya menatap wajah Disky dengan singkat, sisanya mengalihkan pandangan lurus ke depan seraya berjalan menghampiri driver tersebut.
"Dilla!" Disky menahan tangan Dilla.
"Lepasin" Jawab Dilla. Kini gadis itu terdiam sambil menarik nafas sejenak.
"Enggak, tunggu dulu!"
"Saya bilang lepasin"
"Kamu sekarang pulang bareng saya"
"Gausah, saya ngertiin apa yang kamu mau"
"Tapi tolong kalau sampai rumah jangan pasang wajah sedih gitu"
"Ya itu tergantung mood, udah si lepasin" Kata Nadilla, kini berusaha melepaskan diri dari genggaman Disky. Sayangnya genggaman itu semakin Disky eratkan.
Dilla mulai mengambil aba-aba dengan berhitung "Satu"
"Dil, saya minta maaf kalau pagi tadi gak antar kamu ke sekolah"
"Dua"
"Dila, dengerin dulu"
"Tii.. "
Disky yang panik itu langsung menarik tangan Dilla hingga membuatnya membalik badan dan menabrak tubuh nya dari depan. "Dengerin dulu omongan saya, saya minta maaf kalau tadi pagi enggak antar kamu ke sekolah" Kata Disky.
"Gausah sok dramatis" Kata Nadilla.
"Dih! Apa-apaan sampai pelukan gitu!" Timpal Maurel dari belakang sana. Sayangnya Disky tidak sama sekali meladeni ocehan Maurel.
Disky melepas balutan tangan yang melingkar di kepala Nadilla, Ia berjalan menghampiri sang driver hanya untuk memberi ongkos nya Nadilla.
"Pak saya minta maaf, ini uangnya. Untuk penumpangnya biar saya yang anter"
"Loh mas?" Driver maxim itu bingung.
Tepat di sampingnya juga, Maurel ikut bingung dengan apa yang terjadi.
'Padahal kan hanya sepupu aja, kok sampai dipeluk segala ya?' Batin Maurel kemudian bertanya. "Sebenarnya Nadilla itu siapa kamu Disky?" Katanya dengan nada rendah namun tajam.
"Kan kamu sudah tau kalau dia sepupu saya?"
Kali ini Maurel sangat tidak percaya. "Kalau kalian sepupu, kelakukan kalian tidak over kaya gini"
"Terserah mau percaya apa enggak." Kata Disky, kemudian pria beralih pandangan ke driver maxim yang akan mengantar dilla pulang. "Jalanin aja orderannya pak, gak apa-apa"
"Saya mau kamu itu jujur Disky, padahal saya itu selalu ngertiin kamu, kok kamu tega banget sih" Timpal Maurel masih belum percaya.
"Jangan cengeng Maurel, beneran Nadilla itu sepupu saya" Disky tetap mengaku seperti itu.
"Enggak percaya saya, seengaknya jangan meluk-meluk lah kalau sepupu" Kata Maurel dengan wajahnya yang sendu.
Dibelakang sana, Nadilla masih tegak berdiri menatap ke arah gerbang sekolah, Nadilla hanya diam sambil tersenyum yang sudah terkontaminasi dengan kesedihan gara-gara jemputan.
"Kita di besarkan di tempat yang sama, wajar kan dari l kecil selalu akur sebagai saudara?" Alasan Disky ke Maurel.
Membuat Nadilla menggeleng kepala kecewa dan berjalan menuju ke musholla dekat area sekolahan.
'Saya merasa kalau saya ini jadi pelakor' Kata Nadilla dalam hati.
Sedangkan Maurel disana masih berdebat karena belum percaya dengan penjelasan nya Disky.
Maurel masih tertahan di hadapan Disky, dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Sakit hati jika yang Maurel pikirkan itu akan terjadi.
"Kamu enggak bisa bohong lagi Disky, saya tau kalau kamu itu bukan sekedar bohong. Tapi apa yang saya lihat itu mencerminkan kalau Nadilla itu pacar baru kamu!"
Sedangkan disana, Nadilla duduk di teras mushola dengan tenang. Sembari melihat perdebatan dua sejoli yang tak kunjung reda.
Ingin ikut campur tapi takut tersakiti. Selain menyakiti diri, Dilla juga takut kalau Maurel ikut tersakiti.
'Kenapa gak dari kemarin dia mutusin Maurel, inilah akibatnya mengulur keputusan' Nadilla menghela nafas kemudian melanjutkan bicara dalam hati. 'Mengulur keputusan, apa coba tujuan nya?' tatapan Nadilla pun mulai serius. melihat bagamaina cara Disky meredam emosi Maurel.
Hingga suatu keadaan yang membuat Nadilla frustasi itu terjadi. "Dil maaf, sekarang saya pulang sama Maurel ya" Kata Disky.
Nadilla tersenyum, yang bisa ia lakukan hanya berdiri dan pergi menjauh dari mushola tanpa menjawab perkataan Disky.
"Iya saya sudah tau kok, kalau mengharapkan sesuatu yang tidak pasti itu sakit"
"Maaf Dilla" Bisik Disky seraya ingin memegang puncak kepalanya, namun ditepis langsung oleh Nadilla.
"Sayang, buruan pulang!" Maurel berteriak.
"Sebentar Rel" Tahan Disky.
"Ih ayolah, tadi barusan kamu bilangnya bakal prioritaskan saya, tapi mana?"
"Iya udah iya!" Disky balik badan menghampiri Maurel ke sepeda motornya. "Saya duluan ya Dill" Pamit Disky, sebelum akhirnya pria itu beneran pergi.
Sesekali Nadilla menoleh, melihat Disky pergi membawa Maurel. Ia pun mempercepat langkah kaki menuju ke halte depan sekolah untuk menunggu angkutan umum.
Kedua mata Nadilla kini agak berkaca-kaca.
di beri harapan namun di hempaskan. Bukan karena melihat kepergian disky, tetapi ia sangat dongkol karena sudah pesan ojol untuk pulang di cancel begitu saja sama Disky.
"Dasar manusia enggak jelas, Engga bisa apa ya ngambil keputusan" Gerutu Nadilla sambil menarik nafas. Keputusan yang Dilla maksud adalah keputusan yang sebelum nya Dilla inginkan ke Disky.