NovelToon NovelToon
AKU HANYA ISTRI WASIAT

AKU HANYA ISTRI WASIAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Menikah Karena Anak / Ibu Mertua Kejam / Naik ranjang/turun ranjang
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hare Ra

Aluna ditinggal mati suaminya dalam sebuah kecelakaan. Meninggalkan dia dengan bayi yang masih berada dalam kandungan. Dunianya hancur, di dunia ini dia hanya sebatang kara.
Demi menjaga warisan sang suami, ibu mertuanya memaksa adik iparnya, Adam, menikahi Aluna, padahal Adam memiliki kekasih yang bernama Laras.
Akankah Aluna dan Adam bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hare Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

“Pa!” panggil Adam, suaranya tegas, penuh penolakan.

Bagaimana mungkin ia harus menikahi Aluna? Aluna—kakak iparnya sendiri, istri dari kakak kandungnya yang baru saja meninggal? Ia bukan hanya merasa terganggu secara emosional, tapi juga secara moral. Baginya, ini bukan sekadar pilihan, ini adalah pelanggaran terhadap batas yang selama ini ia junjung tinggi.

Bahkan, berpikirpun Adam tidak pernah menikah dengan Aluna.

Apalagi, ia sudah memiliki kekasih, Laras. Seorang perempuan yang tinggal di kota, cantik, dan yang selama ini menemani hidupnya sejak kuliah. Meski belum diperkenalkan ke orang tua, Adam sudah berencana melamarnya tahun depan. Ia bahkan sudah memilih cincin dan menabung untuk masa depan mereka. Semua sudah dipersiapkan olehnya.

Tapi kini, semua rencana itu hancur dalam sekejap.

Dimas menatap putranya dengan mata tajam, tapi tenang. “Ini adalah solusi terbaik, Adam.”

“Terbaik buat siapa?” tanya Adam, suaranya gemetar. “Buat Mama? Buat Papa? Atau buat Aluna? Karena buat ku, ini bukan solusi. Ini kehancuran!”

“Apa kamu tega membiarkan keponakanmu tumbuh dan dibesarkan orang lain kalau Aluna menikah dengan orang lain?” tanya Dimas.

Adam terdiam, pesan terakhir Arman kembali terngiang di telinganya.

Ratna yang duduk di samping suaminya terdiam sejenak. Ia terkejut mendengar keputusan Dimas. Selama ini, ia memang tidak menyukai Aluna, dan ia tidak pernah membayangkan harus mengorbankan Adam menikahi Aluna. Karena itu artinya, Aluna akan terus menjadi menantunya.

“Papa gila?!” Ratna akhirnya meledak. “Mana mungkin Adam menikahi Aluna yang sudah janda? Itu tidak masuk akal! Mama tidak setuju!”

“Tidak ada yang salah secara hukum maupun agama, Ma,” jawab Dimas dingin. “Pernikahan bisa dilakukan antara Adam dan Aluna setelah anak yang dikandung Aluna lahir. Yang penting, cucu kita tetap dalam perlindungan keluarga. Kalau Mama punya solusi lain, silakan katakan. Tapi jangan hanya protes tanpa tawaran.”

Ratna terdiam. Ia memang tidak punya alternatif. Ia hanya ingin Aluna pergi—pergi jauh, agar semua warisan tetap di tangan keluarga murni mereka.

“Mama pikir, setelah melahirkan, Aluna bisa pergi dari rumah ini,” lanjut Ratna. “Rumah ini milik Arman, tapi sumber modalnya dari kita. Dia bukan istri anak kita lagi. Arman sudah tiada. Tidak ada lagi ikatan antara kita dan Aluna.”

“Lalu bagaimana dengan cucu kita?” tanya Dimas. “Anak itu darah daging Arman. Apakah kita akan biarkan dia dibesarkan tanpa keluarga?”

“Kalau Aluna mau, biar kita yang rawat,” jawab Ratna dingin. “Kalau tidak mau, ya paling kita cukupi kebutuhannya. Beli pampers, susu, baju. Apa susahnya membeli perlengkapan seperti itu setiap bulan?”

Dia seorang wanita juga seorang ibu, entah bagaimana Ratna bisa berpikir seperti itu. apakah sedikit saja tidak ada pikiran ibanya melihat Aluna?

“Terus, Aluna makan apa? Sedangkan dia harus merawat anaknya?”

“Ya usaha dong, Pa. Aluna kan bisa berpikir harus gimana menghasilkan uang. Masa mau berpangku tangan, jangan keenakan selama ini menjadi istri Arman,” jawab Ratna mulai habis kesabarannya.

“Anaknya bagaimana kalau Aluna kerja?”

“Ya makanya serahkan saja sama kita. Kan beres!”

Aluna menggelengkan kepalanya. Dia tidak akan menyerahkan anaknya, bagaimanapun keadaannya. Kini, hanya anaknya satu-satunya keluarganya.

“Di rumah Mama mau merawatnya?” tanya Dimas lagi.

“Kan ada Bi Karti, Pa.”

“Mama mau merusak mental cucu sendiri. Papa tidak setuju.”

Aluna bersyukur, di dalam kondisi seperti ini ayah mertuanya masih berada di pihaknya. Meskipun mungkin bukan demi dirinya, semua itu demi cucunya. Tapi, setidaknya itu yang terbaik bagi Aluna.

Dia tidak mengharapkan warisan dari harta yang dimiliki suaminya, karena dia sadar, semua itu modal awalnya dari sang mertua. Tapi, dia tidak ingin dipisahkan dengan anaknya. Sekalipun dia harus keluar dari rumah ini tanpa membawa apapun, dia akan rela daripada harus meninggalkan anaknya.

Memang, mereka adalah nenek kandung bagi anaknya. Tapi, dia adalah ibu kandungnya. Demi anaknya, apapun akan dia lakukan.

Aluna mengelus perutnya yang membesar. Dia membatin. “Nak, Mama tidak akan pernah meninggalkanmu.”

Enam bulan kemudian…

Malam itu, lampu-lampu di rumah Aluna menyala terang. Taman depan dihiasi bunga dan lampion kecil. Para tetangga berdatangan, berpakaian rapi, membawa doa dan senyum. Mereka tidak tahu, di balik tarian tawa dan ucapan selamat, ada luka yang tersembunyi dalam diam.

“Saya terima nikah dan kawinnya Aluna Salsabila binti Teguh Nugroho dengan mas kawin tersebut. Tunai!”

“Sah!”

Suara ijab kabul menggema di ruang keluarga. Adam menikahi Aluna. Bukan karena cinta, bukan karena pilihan—tapi karena wasiat, tekanan, dan mempertahankan warisan Arman.

Aluna mengenakan kebaya putih bersih. Wajahnya menunduk, memandang putrinya yang tertidur pulas di pangkuannya—Azkiya Armadani, bayi perempuan berusia empat bulan, cantik, kulit putih, pipi tembam, dan selalu tersenyum meski belum mengerti dunia.

Sebuah tetes air mata jatuh di pipi Aluna. Ia merasa telah mengkhianati Arman. Ia merasa telah mengubur cinta mereka dalam-dalam, hanya untuk bertahan hidup.

Namun, ia tidak punya pilihan.

Dia tidak diberi hak untuk bersuara, dia tidak bisa menolak. Sebab, jika dia menolak menikah dengan Adam, Ratna mengancam akan mengambil Azkiya darinya. Beliau tidak mau memberikan warisan Arman kepada Aluna.

“Ini lebih baik, apalagi kan anaknya perempuan. Daripada bapak tirinya orang lain, lebih baik Adam,” ujar para tetangga berbisik.

“Iya. Bu Ratna dan Pak Dimas bijak sekali ya.”

Pujian itu terdengar di telinga Aluna. Dia hanya diam, karena dia tahu pernikahan ini bukan karena mereka bijak. Tapi, demi mempertahankan warisan anaknya.

Setelah acara selesai, Ratna mendekat. “Mulai malam ini, Bi Karti kembali ke rumah Mama. Kiya sudah besar, masa Aluna mau pakai pembantu terus?”

“Iya, Ma,” jawab Aluna pelan.

Sementara itu, Adam yang baru saja beberapa jam lalu menjadi suami Aluna hanya diam. Tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Entah, mungkinkah dia menyesal atau akan menyalahkan Aluna atas pernikahan ini?

Saat semua tamu pulang, rumah kembali sunyi. Hanya lampu teras yang masih menyala, menerangi dua sosok yang kini terikat oleh ikatan pernikahan yang dipaksakan.

“Masukkan Kiya ke kamar. Ada yang harus aku bicarakan dengan kamu,” ujar Adam, suaranya datar.

“Iya, Mas.”

Kiya memang sejak tadi sudah terlelap dalam pelukan sang ibu. Setelah beberapa saat ijab kabul selesai dia tidur, dia tidak tahu bagaimana perasaan ibunya yang sedang berperang dengan pikirannya. Acara pernikahan ini memang dilakukan di malam hari, saat ini waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam.

Setelah mengantarkan Kiya ke kamar, Aluna kembali duduk di meja makan. Keduanya kini duduk saling berhadapan,.

Adam tidak menatapnya. Ia sibuk dengan ponselnya, seolah ingin menghindari tatapan yang bisa membongkar perasaannya.

“Aku menikahimu hanya karena wasiat Mas Arman,” kata Adam akhirnya, tanpa emosi. “Tepat sebelum dia meninggal, dia menitipkan kamu dan Kiya. Aku tidak bisa menolak.”

Aluna menunduk. Hatinya perih. Ia tahu ini bukan pernikahan cinta, tapi mendengarnya langsung dari mulut Adam terasa seperti pisau yang mengiris pelan-pelan.

“Aku akan bertanggung jawab. Sebagai suami, sebagai ayah. Aku akan mencukupi kebutuhanmu dan Kiya. Tapi, jangan pernah menuntut lebih dari itu,” lanjut Adam. “Jangan harap aku bisa mencintaimu. Aku punya kekasih. Namanya Laras. Aku tidak akan meninggalkannya.”

1
Iin Wahyuni
pusing aku kok lemah banget pemeran utamanya,tolong Thor bt pemeran utamanya aluna lebih tegas lagi SM suami dan keluarga nya jgn kyk gini Thor JD nggk berdebar bacanya,JD gregetan sorry Thor sblmnya menurut aku sih heee
Hare Ra: siap kak. terima kasih sudah mampir, setelah ini dia akan bangkit kak.
total 1 replies
Haris Saputra
Baper mode on. 😭💔
Hare Ra: Terima kasih kak sudah mampir..
total 1 replies
Alucard
Kagum banget! 😍
Hare Ra: Hai kak, terima kasih sudah mampir..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!