NovelToon NovelToon
JURUS-JURUS TERLARANG

JURUS-JURUS TERLARANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Persahabatan / Penyelamat
Popularitas:22.4k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Magisna

Dimana masih ada konsep pemenang, maka orang yang dikalahkan tetap ada.

SAKA AKSARA -- dalam mengemban 'Jurus-Jurus Terlarang', penumpas bathil dan kesombongan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AKSARA 14

Pak RT dan dua orang warga Kampung Jenggala sudah datang sekitar jam 10.05 pagi ini, menggantikan Saka menunggui Faaz di rumah sakit.

Gotong royong dan saling peduli mereka sungguh sangat luar biasa, lebih tinggi apresiasi dari sebatas acungan jempol.

Saka sendiri dijemput Aryani yang datang bersama mereka. Aryani hanya menyapa Faaz sebentar lalu membawa Saka pulang.

Faaz meminta Saka dan mamanya untuk istirahat saja di rumahnya sebelum pulang ke Jakarta dan sekolah di hari senin. Saka sangat nampak kelelahan dengan posisi tidur yang tidak bagus semalam suntuk. Aryani setuju mengingat kesehatan Saka juga sangat dicemaskannya.

Sampai di Kampung Jenggala 25 menit kemudian, Saka langsung merebah dan tidur di kamar yang dulu biasa dia tempati saat menginap di rumah Faaz. Sementara Aryani sekalianーanggap saja pulang kampung, dia mengunjungi beberapa kenalan yang dulu akrab dengannya.

Kampung Jenggala bukan kampung halaman asli Saka dan Aryani. Mereka asli Jakarta, hanya beda antara timur dan pusat saja.

 Dulu di Jenggala hanya mengontrak sebuah rumah kecil terhubung tempat kerja Aryani tak jauh dari daerah ini, sebelum dimutasi kembali ke ibukota saat sekarang.

Namanya ibu-ibu, Aryani keterusan asyik dengan para tetangga sesama emak-emak. Membuat seblak, nasi liwet, hingga rujak-rujakan yang buahnya dipetik segar di halaman rumah-rumah penduduk. Mereka kaya sekali, saking kaya, buah pala dan cabe pun tumbuh di halaman rumah.

Sementara Saka mulai bangun di waktu hampir menjelang ashar. “Buset! Udah sore dong,” cicitnya sambil mengucek mata, sementara tangan menggenggam ponsel usai melihat pergerakan waktu di sana.

Saka belum taat urusan ibadah seperti Faaz yang mirip santri. Lewat satu waktu shalat, dia belum merasa terbeban karena mangkir dari sebuah tanggung jawab besar.

Pun Aryani, dia tidak berhijab. Rambut sepunggungnya dicat ungu setengah hitam, tidak mengikuti arus janda pirang yang terkenal itu. Aryani sopan dan humble, tidak centil dan kegatalan.

Cukup!

Back to Saka Aksara yang baru siuman dari tidur yang setara pingsan.

Anak muda itu keluar kamar dan mendapati ibunya masih belum kembali.

“Mama kemana, yak?” tanyanya pada diri sendiri. Langkah diseretnya lamban menuju dapur, meja makan didekati untuk meneguk segelas air yang sudah ada di sana.

Saat itu Saka tercenung, mengingat kembali ucapan Faaz tadi pagi sebelum Pak RT datang ke ruang rawatnya, lalu ... “Bukunya!”

Satu detik memekikkan itu, tubuhnya langsung segar dan mata lebar, melanting seperti ditiup angin menuju pintu halaman belakang, keluar dari sana dengan serampang.

Ada sebuah sumur yang rapi dicor bersama kandang ayam kecil yang tidak ada penghuninya, Saka tidak memerhatikan itu, langkahnya terdorong ke arah lain setelah celingukan sebentar saja.

Satu yang membuatnya tersenyum, ada kenangan di sanaーsebuah lahan tempatnya berlatih dalam bimbingan Faaz.

Lewat dari kenangan, anak itu bergegas lagi pada tujuan.

Sebuang pot besar yang ditanami bunga monstera tak kalah besar, berdiri di ujung halaman bersama beberapa pot lain dengan bunga berbeda termasuk daun pandan yang besar daunnya setara tiga jari Saka. Bunga-bunga itu dipayungi genteng, tidak terkena hujan, segera Saka ke sana.

“Di bawah pot, terus gali," gumam Saka, mengulang pemberitahuan Faaz.

Pot monstera itu diangkatnya dengan sedikit tenaga, memindahkan ke tepi, lalu menatap tanah yang sepertinya lumayan gembur tilas pantat pot.

Sekarang matanya mengedar sekeliling untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan sebagai alat penggali.

“Ada pacul!”

Benda itu terkait gantung di dinding bagian luar dapur, Saka mengambilnya lalu bergegas menggali.

Gerakannya tidak lihai seperti memukul dan adu tinju. Dia memainkan pacul malah terlihat seperti joget si Komo, tetangga Faaz di sana yang setengah waras.

Tak apa, yang terpenting tujuan Saka sudah selesai setelah beberapa menit bergaya dengan paculnya.

*Pacul itu cangkul ya, Sayang.

Sebuah peti kayu kecil persegi panjang dengan ukuran luas: panjang, lebar dan tinggi masing-masing 40 x 30 x 15 sentimeter, diangkatnya dari kedalaman gali setara lebar.

Tanah di muka peti dibersihkan Saka dengan sapuan tangan, lalu dia berdiri. Bangku kayu panjang tanpa sandaran dihampirinya kemudian duduk. Peti di tangan dia geletakkan tepat di hadapannya lalu siap membongkar.

Ada sebuah kunci kecil yang terkait di bagian pinggir. Gembok di depan, Saka membukanya dengan kunci tersebut.

Setelah resmi terbuka, bertemulah pandangan Saka dengan sebuah buku yang dibalut kantong plastik bening di dalamnya.

Buku itu ditatapnya setelah mencampakkan plastik pelindung di penutup peti.

Buku yang aneh, lusuh dan tua. Jilidnya dari bahan serat kasar serupa kulit pohon atau mungkin kulit yang lain.

Tulisan yang tertera di jilid serupa tulisan sansekerta, namun Faaz sudah menerjemahkan dengan bahasa latin tulisan tangannya sendiri yang ditempel terpisah di kertas putih.

Tajuk pendorong di bagian atas jilid; 𝕵𝖀𝕽𝖀𝕾-𝕵𝖀𝕽𝖀𝕾 𝕿𝕰𝕽𝕷𝕬𝕽𝕬𝕹𝕲 (ᴊᴜʀᴜs-ᴊᴜʀᴜs ᴛᴇʀʟᴀʀᴀɴɢ)

Tajuk utama dengan tulisan besar di tengah: 𝕭𝕬𝕿𝕳𝕬𝕽𝕬 𝕶𝕬𝕹𝖀𝕽𝕬𝕲𝕬𝕹 (ʙᴀᴛʜᴀʀᴀ ᴋᴀɴᴜʀᴀɢᴀɴ)

Pembuat: 𝕿𝕬𝕷𝕴𝕹𝕲𝕲𝕬 𝕯𝕳𝕬𝕽𝕸𝕬 (ᴛᴀʟɪɴɢɢᴀ ᴅʜᴀʀᴍᴀ)

Saka mengusap jilidnya dengan perasaan bergetar. Dengan hati-hati dan pelan, halaman pertama disibaknya kemudian.

“Bang Faaz kok bisa paham tulisan sejarah kayak gini, ya?" gumamnya, bingung sekaligus bangga di saat sama.

Bagian depan sampai halaman tiga hanya berupa tulisan sambutan pembuat.

Masuk ke halaman berikutnya ....

“SAKA KAMU DI MANA?!”

DOENG!

Terganggu sudah kegiatan Saka, suara Aryani membelah keheningan di rumah Faaz yang memang jauh dari tetangga.

Buru-buru Saka menutup buku dan mengembalikan pada tempatnyaーke dalam peti dan menutupnya tanpa mengunci. Gembok dan kuncinya dimasukkan semua ke dalam termasuk plastik pelindung.

Sementara dia sembunyikan benda kotak itu di sela atap kandang ayam yang ada di dekat sumur.

“Saka di sini, Ma!" serunya sembari berjalan memasuki rumah.

“Mama bawa makan nih! Makan dulu!”

“Iya.”

Nasi bakar di daun pisang, buatan Aryani dan ibu-ibu tetangga, wanginya menyeruak ke hidung Saka.

“Waa, mantep ni, Ma." Sampai meneguk liur.

Karpet spon bergambar puluhan anak ayam yang terbentang di depan televisi jadul, diduduki ibu dan anak itu.

“Cepet makan," kata Aryani sambil membuka menu yang lain di dalam ompreng. “Ada ikan kembung bakar juga ni, isi perutnya urap daun singkong. Enak banget lho, Sak.”

Saka tak banyak bicara lagi, langsung sibuk melahap semua menu. Ibunya memang paling bisa memanjakannya.

Selepas maghrib, Saka harus mengalah pada ajakan Aryani untuk kembali ke Jakarta. Besok dia harus sekolah dan Aryani juga harus bekerja.

Sekarang sedang mengemas barang, berupa satu potong kaos ganti ke dalam tas selempang kecil yang dia bawa, termasuk buku warisan Faaz yang disembunyikan di kandang ayam, tidak beserta kotak kayu apalagi kandang ayamnya, merepotkan dan Aryani akan banyak bertanya.

Sebelum pulang, lebih dulu dia mengunjungi Faaz di rumah sakit sekalian pamit.

Aryani menunggu di dekat pintu sembari mengobrol dengan kerabat Faaz yang baru datang dari TangerangーFahmi.

Sementara Saka bicara khusus bersama Faaz.

“Bang, Saka pulang dulu, ya. Libur nanti, Saka ke sini lagi.”

Faaz yang saat ini sendiri tersenyum manis. “Iya, Sak. Makasih, ya," ucapnya yang dibalas Saka dengan seutas kata, “Sama-sama, Bang.”

Faaz lalu berpesan, “Bukunya tolong dijaga, ya, Sak. Maaf Abang gak bisa dampingi latihan kamu lagi. Pelan-pelan kamu pelajari sendiri, ya."

Saka mengangguk seiring getir menyelinap ke dalam hati. “Iya, Bang.”

Pesan penting Faaz, “Dua jurus akhir adalah jurus mematikan yang bisa merenggut nyawa hanya dengan satu gerakan. Yang itu ... kamu gak usah ambil.”

1
chaa
semangat thorr💪
𒆜ⁱᵃᵐⱮαgιѕɳα☆༻: 𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝, 𝙆𝙖𝙠 𝘾𝙝𝙖𝙖!/Heart/
𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙨𝙪𝙥𝙥𝙤𝙧𝙩-𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙖𝙞 𝙨𝙚𝙟𝙖𝙪𝙝 𝙞𝙣𝙞. 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙢𝙪𝙡𝙖𝙞 𝙇𝙚𝙚 𝙂𝙪𝙣, 𝙓𝙖𝙫𝙞𝙚𝙧 𝘽𝙡𝙤𝙤𝙙, 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙖𝙞 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙝𝙖𝙙𝙞𝙧 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙤𝙧𝙤𝙣𝙜 𝙎𝙖𝙠𝙖 𝘼𝙠𝙨𝙖𝙧𝙖, 𝙞𝙩𝙪 𝙬𝙤𝙬 𝙗𝙖𝙣𝙜𝙚𝙩 𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙖𝙠𝙪--𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨 𝙮𝙜 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙖𝙥𝙖2 𝙞𝙣𝙞.
𝙇𝙤𝙫𝙚𝙮𝙤𝙪, 𝙠𝙖𝙠. 𝙎𝙚𝙝𝙖𝙩 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙮𝙖 ....
total 1 replies
Alaz Boy
dadang temen gw yang rambutnya kayak kawat😄
𒆜ⁱᵃᵐⱮαgιѕɳα☆༻: wkwkwk! Bisa dipake tusuk sate dong, Kak?!
total 1 replies
Batsa Pamungkas Surya
gak semudah itu grayon ferguson
Batsa Pamungkas Surya: gank monster gk pernah di pake saka
total 2 replies
Batsa Pamungkas Surya
jos gandoooos
Machan
asyik, jadi kawin, eh nikah👏👏

sorry ya, gua langsung pake jurus melompat kodok, ketinggalan jauh soalnya✌️😘😁
𒆜ⁱᵃᵐⱮαgιѕɳα☆༻: Ra popo dah.
Kagk dibaca juga kgk ngapa2 gua mah🤣
total 1 replies
Machan
pantes klo disebut bocah edan, suka bikin orang jadi gila lu, bang🤣
Machan: padahal gua ngarep jadi gila biar lu nikahin gua/Tongue/
total 2 replies
Machan
gua bayangin ni muka bocah pas dongak🤣
𒆜ⁱᵃᵐⱮαgιѕɳα☆༻: Jangan bilang mirip ubur-ubur?🤣
total 1 replies
Machan
betul itu, ayo lanjut saka👍 aku padamu lah pokoknya
Machan
🤣🤣🤣
Machan
tapi gak sampe disemutin dong, Sak
Machan
biasa lah
Machan
dasar lu, tong.
Machan
Gendhis gadis baik🥺
Machan
bener kata Gendhis, tar mereka makin heboh dong
Machan
kalo depan mata, gua jambak nih
Machan
tiang listrik kali ah, tegak merdeka
Machan
😱😱 langsung kudu nikah?? padahal gak ngapa"in juga kan, pak RT
Machan
astoge, digrebek😱
Machan
othornya gak sabar nih bikin Gendhis klepek"
Machan
anjay, romantis bat lu, tong.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!