Bai Xue nona muda keempat dari keluarga bangsawan Bai. Di asingkan di perbatasan saat usianya baru mencapai tujuh tahunan. Saat kembali ke Ibu Kota di usianya yang kesembilan belas tahun. Dia di jebak adik kelimanya, sehingga harus bermalam bersama Tuan muda kedua Jiang. Dan dengan terpaksa Bai Xue harus menikah menjadi Nyonya kedua di kediaman Jiang.
Di tahun ke tiga pernikahannya, wanita muda itu di temukan terbunuh dengan banyaknya sayatan di sekujur tubuhnya. Wajah cantiknya bahkan tidak lagi dapat di kenali.
Semua penderitaan yang ia jalani sepanjang hidupnya seperti mimpi menakutkan. Sehingga wanita muda itu dapat terbangun kembali dengan jiwa yang telah berpindah ketubuh gadis muda berusia enam belas tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berusaha semaksimal mungkin
Membutuhkan dua bulan untuk meyakinkan pihak pejabat tinggi istana agar pengungsi bisa di berikan tempat layak dan ruang agar bisa bekerja seperti halnya warna Ibu Kota. Berkat kedua tuan muda dari keluarga rumah tangga kedua Bai. Desa Buangan bisa melakukan perbaikan kediaman untuk setiap keluarga. Dan mendaftarkan diri mereka sebagai bagian dari warga Ibu Kota.
Selama dua bulan terakhir setiap hari sabtu dan minggu di saat libur akademi. Bai Qi pergi ke Desa Buangan memberikan pengajaran membaca dan menulis. Untuk semua anak-anak ataupun orang dewasa yang mau dan bersedia ikut serta. Kedua kakak laki-lakinya bahkan membuatkan pondok kecil agar dirinya bisa mengajar lebih nyaman. Dan semua orang yang ikut dalam pembelajaran bisa belajar dengan tenang.
Pembangunan besar-besaran di lakukan dengan di pantau langsung Menteri Bai Muyang. Tempat kumuh tanpa bangunan yang layak. Kini sudah di buat menjadi pemukiman layak huni untuk enam ratus kepala keluarga.
Setelah peresmian Desa Buangan keadaan warga desa semakin hari menjadi semakin membaik. Semua orang bisa mencari pekerjaan tanpa perlu takut di kucilkan.
"Ibu Guru sudah datang," teriakan anak-anak kecil terdengar dari arah pintu gerbang utama Desa.
Ratusan anak-anak langsung berkerumun menantikan kedatangan guru mereka. Di saat kereta kuda memasuki gerbang Desa. Anak-anak kecil berlarian mengejar.
"Ibu Guru sudah datang."
"Ibu Guru sudah datang."
Dari dalam kereta Bai Qi berkata, "Jalankan kereta lebih pelan. Jangan sampai melukai anak-anak itu."
"Baik," saut kusir yang ada di bagian depan kereta.
Kereta melaju sangat pelan menuju akademi kecil yang telah mendapatkan sertifikat resmi dari pemerintahan secara sah. Berkat kedua kakak laki-lakinya gadis muda itu bisa mendapatkan semua yang ia inginkan. Bahkan kedua kakaknya mendukung penuh keinginan mulia dari adik keempatnya. Mendirikan akademi untuk semua anak tidak mampu secara gratis tanpa pemungutan biaya.
Tepat di depan akademi kereta berhenti. Bai Qi turun dengan gaun hijau daun bambu yang sangat indah berada di tubuhnya. "Hati-hati jangan berdesakan. Hari ini akan di lakukan pembelajaran seperti biasanya. Satu hari akan di bagi menjadi enam kelompok. Agar semua bisa mendapatkan pembelajaran lebih merata."
"Ibu Guru, kami mengerti." Teriak semua anak-anak kecil yang ada di sana.
"Jadi untuk kelompok pertama bisa langsung masuk kedalam akademi. Dan kelompok berikutnya bisa menunggu dan bermain." Bai Qi menatap penuh kehangatan kesetiap muridnya.
"Baik." Tiga puluh anak-anak kecil bercampur dengan orang dewasa masuk lebih dulu di dalam akademi. Karena terbatasnya tempat yang ada. Hanya bisa di bagi menjadi beberapa kelompok dengan dua jam pembelajaran di setiap kelompoknya.
Pembelajaran berlangsung terus menerus tanpa henti selama satu hari penuh. Dan gadis muda itu hanya memiliki waktu satu jam untuk istirahat. Selebihnya dia mengajar muridnya yang berjumlah ratusan.
Terkadang jika ada waktu senggang kedua kakaknya akan ikut membantu. Namun selama satu bulan kedua kakaknya menjadi semakin sibuk karena pekerjaan.
Ada dua Guru yang bisa Bai Qi dapatkan untuk ikut membantu pengajaran. Namun mereka akan secara bergantian datang mengajar di hari senin dan selasa.
Sekitar jam satu siang Bai Qi baru selesai mengajar kelompok ketiga. Dia duduk santai menikmati waktu luangnya sembari melihat langit cerah melalui jendela.
"Nona muda, saya membawakan anda makan siang." Pelayan Lian masuk kedalam akademi membawakan kotak makan siang. Dia membukanya satu demi satu.
Bai Qi menikmati makan siangnya dengan cukup lahap. Setelah selesai dia bangkit dari tempat duduknya merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku.
Sedang pelayan Lian membereskan wadah makanan yang sudah kosong.
Gadis muda itu berjalan keluar menuju kearah dua bangunan baru yang masih dalam proses pengerjaan.
"Ibu Guru Bai," ujar salah seorang tukang bangunan yang ada di sana.
"Tuan, apakah bisa selesai dalam waktu satu bulan lagi?" Bai Qi melihat atap bangunan yang masih belum di berikan genteng.
Pria dengan tubuh penuh debu itu terdiam untuk sesaat lalu berkata, "Kurang lebihnya akan selesai dalam waktu satu bulan setengah. Pengerjaan untuk menghaluskan tembok masih membutuhkan waktu lama kerena atap juga belum kami selesaikan."
"Baiklah. Yang terpenting semua bisa selesai dengan hasil terbaik," ujar Bai Qi dengan santai.
Selama dua hari Bai Qi berdiam di Desa Buangan mengajar semua muridnya dan kembali di minggu malam. Karena hari senin dia sudah harus masuk akademi. Kesibukan gadis muda itu terus berlanjut selama satu tahun lebih dirinya tinggal di Ibu Kota.
"Nona muda kereta sudah siap." Pelayan Lian mengetuk pintu dua kaki sebelum masuk kedalam kamar.
Di ruangan kamar Bai Qi juga telah mengenakan gaun biru laut dengan dandanan sederhana. "Kita berangkat sekarang."
"Baik."
Mereka keluar dari kamar menuju pintu utama kediaman.
Di bagian depan kereta, pengawal Song sudah duduk dengan santai menunggu kedatangan Nona mudanya. Dengan perlahan Bai Qi menaiki kereta di ikuti pelayan setianya. Hanya selang beberapa menit saja kereta melaju menuju kearah akademi.
"Nona muda, Tuan dan Nyonya mengirimkan banyak sekali obat-obatan. Selama satu minggu penuh ujian akan berlangsung. Tuan dan Nyonya berharap Nona muda tetap memperhatikan kesehatan." Pelayan Lian memberikan satu butir obat kesehatan untuk Nona mudanya.
"Sudah satu tahun lebih aku tidak kembali. Aku sangat merindukan mereka," ujar Bai Qi sembari menelan satu butir pil yang ada di genggaman tangannya.
Hanya butuh lima belas menit saja kereta kuda sampai di depan gerbang masuk akademi putri yang sangat terkenal di Ibu Kota. Saat Bai Qi turun dari kereta dia melihat gerombolan gadis muda teman satu kelasnya. Menatap dirinya dengan rasa segan. Mungkin karena namanya sudah terikat kuat dengan Selir Agung. Sehingga orang-orang akan memikirkan kembali jika ingin menganggu dirinya.
Di saat Bai Qi melangkah masuk kedalam akademi. Dari kejauhan Zhi Yuxuan menatap diam di atas kudanya. Pagi ini dia baru saja kembali dari perbatasan tanpa memberitahu gadis yang selalu ia rindukan. Dia hanya ingin melihatnya dari kejauhan sebelum benar-benar saling berhadapan setelah satu tahun tidak bertemu. "Dia sudah melangkah dengan sangat lincah." Senyuman terukir lembut di wajahnya.
"Panglima, pihak istana sudah mendesak untuk anda segara menghadap Kaisar." Wakil komandannya terus mengingatkan.
Zhi Yuxuan mengarahkan kudanya menuju jalur selatan. "Ciahh..." Kekang kuda di hentakkan kuat sehingga laju kuda menjadi sangat kencang.
Kabar kemenangan Panglima perang Zhi Yuxuan telah menyebar keseluruhan negara bagian. Bahkan Kaisar Zhen merasa sangat senang dan bangga atas kemenangan berturut-turut selama satu tahun penuh.
Di dalam aula istana yang sangat megah para petinggi istana berdiri menghadap tahta sang pemimpi negara. Kaisar Zhen duduk tenang menanti kedatangan tangan kanannya yang telah berhasil meruntuhkan negara musuh.
"Zhi Yuxuan menghadap Yang Mulia." Memberikan hormat tanpa berlutut maupun bersujud. Dan hal ini adalah salah satu kemuliaan yang di berikan Kaisar Zhen kepada Panglima perang.
"Berdiri." Pria muda di hadapannya berdiri tegap kembali. "Hahaha... Kamu telah memberikan hadiah terbaik setiap tahunnya. Sekarang hadiah apa yang kamu inginkan?" Kaisar Zhen menatap penuh semangat.
Zhi Yuxuan menatap tenang. Dia berkata, "Putri keempat dari keluarga rumah tangga kedua Bai. Nona keempat Bai Qi telah bertunangan dengan hamba selama satu tahun. Dan saya berjanji akan menikahinya setelah kembali. Jika yang mulia bersedia hamba ingin mendapatkan persetujuan pernikahan untuk kami berdua." Berlutut.
Tuan muda ketiga Bai Muyang terkejut mendengar perkataan dari Panglima perang Zhi Yuxuan yang tengah berlutut di hadapan Kaisar Zhen. Namun dia tidak bisa menyuarakan kebinggungannya.
"Baik. Aku akan memberikan seperti yang kamu inginkan. Surat penganugrahan pernikahan untuk kalian berdua. Kamu bisa berdiri," ujar Kaisar Zhen memberikan persetujuannya. Zhi Yuxuan bangkit dari lantai. "Kamu cukup pintar. Memintaku membuatkan surat pernikahan agar tidak ada lagi yang berani mengganggu pernikahan kalian berdua." Tersenyum senang.
Zhi Yuxuan hanya dapat menunduk penuh kebahagiaan.