NovelToon NovelToon
CINTA SETELAH PENGKHIANATAN

CINTA SETELAH PENGKHIANATAN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Dikhianati pacar, siapa yang tidak sakit hati? Apalagi mau menikah dua hari lagi, tapi malah menemukan sebuah fakta jika pacarnya telah berkhianat.

Alexia yang buntu, dengan bodohnya meminta tukang kurir untuk menikah dengannya. Bagaimana jalan ceritanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

Kevin yang sudah mendapatkan info akurat mengenai video yang sedang viral di grup WeHa langsung pergi keruangan Alex.

Brak!

Pintu terbuka dengan kencang. Entah kenapa kebiasaan Kevin tidak bisa dihilangkan.

Mendengar pintu yang terbuka dengan keras, membuat kesadaran Alex kembali sadar.

"Astaga. Apa yang kalian lakukan?"

Mendengar itu, dengan cepat Alex mendorong Luna kembali.

"Ah, Pak." Luna oleng dan terjatuh.

"Tolong usir wanita ular ini. Dia mencoba menggodaku dengan mencampurkan sesuatu ke dalam minumanku."

Hahh??? Kevin melongo.

Melihat Kevin yang malah terbengong, Kevin langsung membentak Kevin. "Cepat."

"I-iya." Dengan sigap Kevin langsung melangkahkan kakinya menghampiri Luna yang masih terduduk di lantai dan menariknya dengan paksa.

"Pak, tidak. Ini hanya salah paham, Pak. Tolong maafkan saya."

Kevin tidak menghiraukan permohonan Luna. Bahkan Ia tidak peduli dengan penampilan Luna yang masih dengan baju setengah terbuka.

Kevin menariknya keluar dari ruangan Alex. Ia menghubungi satpam agar membantunya mengamankan Luna. Beberapa menit kemudian satpam datang dan membawa Luna ke pos keamanan. Sementara Kevin kembali ke dalam ruangan Alex.

"Lex, kamu tidak apa-apa?" Kevin khawatir melihat Alex yang sepertinya sudah terpengaruh obat per-ang-sang.

"Aduh, aku harus bagaimana ini? Apa aku panggil Alexia saja ya? Kalau dibiarkan kelamaan nanti Alex bakal lebih tersiksa." Imbuhnya.

Dengan cepat Kevin merogoh sakunya dan mengambil ponselnya.

Tiba-tiba Kevin menepuk dahinya. "Aku kan tidak mempunyai kontak Alexia."

"Lex, ponselmu dimana?" Tanya Kevin yang sudah mulai bingung.

"Em, sayang, kemarilah." Alex mulai seperti orang yang sedang mengigau.

Kevin bergidik geli melihat Alex yang sudah seperti ulat ulan-ulan.

Kevin merogoh saku Alex, namun ponselnya tak berada di sana. Lalu Ia melihat jas Alex yang semampir di kursi. Ia pun merogoh saku jas itu. Tetap saja tidak ada.

Kevin meraup wajahnya karena sudah hampir frustasi, matanya berkeliling dan tak sengaja dirinya melihat benda yang sejak tadi Ia cari. Ternyata ponsel Alex berada di atas meja bersanding dengan laptop.

Tak membuang waktu, Kevin langsung menghubungi Alexia.

Tutt!!!! Tutt!!!!

[Halo, Lex. Ini aku, Kevin."

......

[Tolong kamu ke atas sekarang juga. Darurat."

......

[Oke, aku tunggu.]

Tut!

Sambungan telepon terputus.

Kini Kevin bernafas lega, Ia tinggal menunggu Alexia.

"Lex, Alex. Kenapa kamu sebo-doh ini sih. Untung istrimu bekerja disini, kalau tidak bisa tambah pusing ini kepalaku." Gerutu Kevin.

Sementara Alexia yang dilanda kepanikan langsung berlari menuju lift dan masuk ke dalam lift dan menekan angka 30.

Ting!

Pintu lift terbuka dan Alexia segera melangkah keluar dengan buru-buru.

Tanpa mengetuk pintu, Alexia langsung masuk ke dalam ruangan suaminya.

"Kak. Ada apa dengan suamiku?" Tanya Alexia dengan mimik khawatir.

Kevin menoleh dengan senyum yang mengembang.

"Ah, cepat kemari. Untung kamu cepat datang. Suamimu teler nih."

Dengan cepat Alexia melangkah menghampiri Alex dan mendekapnya.

"Kenapa bisa? Apa yang terjadi?" Tanyanya sembari mengusap lembut kepala Alex.

"Dia, anu. Em, dia sebenarnya."

Alexia menatap Kevin dengan serius, namun Kevin tidak kunjung mengatakannya.

"Kak, apa sih yang sebenarnya ingin kakak sampaikan?"

Kevin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Anu, Lex. Suamimu sebenarnya terkena efek obat per-ang-sang."

"Apa? Kenapa bisa?"

"Aduh, Lex. Lebih baik kamu urus suamimu dulu. Nanti akan aku jelaskan setelah aku mengurus dalang masalah ini."

Kevin membalikkan badan dan beranjak keluar.

"Ya ampun, Mas. Kenapa bisa kamu begini?" Alexia benar-benar khawatir dengan suaminya.

Tak lama Kevin kembali. "Lex, lebih baik kamu bawa suamimu ke kamar yang berada dibalik pintu itu. Tapi, sebelum itu jangan lupa mengunci pintunya. Selamat bersenang-senang."

Alexia mengerutkan keningnya karena belum mengerti. Namun, Ia tetap berterimakasih kepada Kevin. "Ah iya, Kak. Terima kasih."

Kevin menutup pintu dan benar-benar pergi meninggalkan mereka berdua. Alexia langsung mengunci pintunya seperti yang Kevin perintahkan tadi.

"Sayang!" Panggil Alex dengan suara beratnya.

"Iya, Mas. Sebentar."

Alexia membantu Alex untuk berdiri. "Mas, ayo ikut aku ke dalam. Lebih baik Mas Alex istirahat di dalam ya."

"Sayang, aku ingin kamu. Rasanya aku sudah tidak kuat menahan panas ini." Alex merasa gai-rahnya sudah memuncak.

Alex yang sudah tidak kuat menahannya lagi langsung menyambar bi-bir istrinya. Meraupnya dengan buas. Dan apa yang mereka lakukan selanjutnya itu hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

*****

Kevin keluar dari lift dengan langkah lebar. Rasanya Ia ingin segera bertemu dengan Luna. Kevin sangat kesal dengan sekretaris sahabatnya itu. Bisa-bisanya Luna melakukan hal yang sangat memalukan.

Beruntung suasana di Lobi sepi, sehingga Ia tidak perlu berpura-pura tersenyum ramah.

Ketika kakinya mendekati pintu keluar, Ia menanyakan keberadaan Luna kepada salah satu satpam yang bertugas.

"Dimana dia?"

"Ada di dalam pos keamanan, Pak. Ada Pak Seno yang menjaga."

Kevin mengangguk dan langsung melangkah kesana.

"Eh, Pak Kevin. Mau masuk, Pak. Silahkan."

Satpam bernama Seno mempersilahkan Kevin untuk masuk ke dalam. Sementara Ia akan tetap berjaga di luar.

Tap! Tap! Tap!

Kevin masuk ke dalam ruangan berukuran 4x5 tersebut. Disana Luna duduk di kursi sofa dengan penampilan yang sudah terlihat rapi kembali. Hanya saja wajahnya berubah kusut, mungkin karena lelah menangis, terlihat dari matanya yang masih sembab dan eyelinernya yang meluber kemana-mana.

Kevin menghentikan langkahnya tiga langkah dari posisi Luna berada.

Luna mendongakkan wajahnya. Lalu Ia langsung bersimpuh di kaki Kevin.

"Pak Kevin, tolong maafkan saya, Pak. Saya khilaf, Pak."

Lagi-lagi Luna menangis.

"Kamu khilaf atau memang sengaja karena gatel?"

Luna menggelengkan kepalanya. "Tidak, Pak. Maafkan saya, Pak. Saya mohon ampun, Pak."

"Tadi saja dengan percaya dirinya menggoda Alex, sekarang nangis-nangis minta ampun. Dasar wanita ecekan."

Kevin mulai muak dengan wanita yang berada di hadapannya itu.

"Jangan kira saya juga tidak tahu masalah video yang sedang viral di Kantor. Itu kamu kan yang menyebarkannya?"

Deg!

Tubuh Luna bergetar, kepanikan mulai menyelimuti dirinya.

'Bagaimana, Pak Kevin tahu? Siapa yang sudah membocorkannya? Gawat.' Batin Luna.

Luna terus menggelengkan kepalanya, berharap Kevin mempercayainya.

"Siapa yang bilang, Pak? Bukan, bukan saya, Pak. Pasti orang lain sedang memfitnah saya, Pak."

Luna mencoba memegang kaki Kevin dan memohon. "Tolong percaya dengan saya, Pak."

"Ch, menjijikkan. Entah apa yang akan dilakukan oleh Alex jika tahu kamu juga yang menjadi pelaku utamanya."

"Tidak, Pak. Tolong jangan beri tahu Pak Alex."

Kevin menilai Luna wanita bermuka dua dan pandai bersandiwara.

"Masalah kamu sendiri yang menciptakan, sekarang kamu tanggung sendiri. Tunggu sampai Alex menemuimu. Aku lama-lama muak denganmu. Awas minggir." Kevin mendorong Luna agar Luna melepaskan kakinya. Kevin langsung membalikkan badan dan melangkah keluar.

"Pak, tidak, Pak. Tolong saya, Pak Kevin." Teriak Luna.

Kevin membuang nafas kasar. "Pak, tutup kembali pintunya. Jaga dia ya, jangan sampai dia melarikan diri."

Seno mengangguk. "Siap, Pak."

Kevin melangkah dengan cepat agar segera sampai di ruangannya, karena Ia harus segera menyebarkan undangan kepada para karyawan. Untuk sekarang hanya itu yang bisa menutup penilaian mereka terhadap Alex dan Alexia.

*****

Eughh!!

"Auhh, sakit banget badanku."

Alexia merasakan badannya remuk dan tulang-tulangnya seakan ingin rontok. Ia mencoba bangun dari kasur dengan sisa tenaganya.

Ia melirik kearah suaminya, sejenak Ia bisa bernafas lega ketika melihat suaminya masih tertidur dengan pulasnya.

Alexia bergidik ngeri mengingat kejadian yang baru saja Ia dan suaminya lewati. Sungguh buas dan tidak terkendali.

Alexia mencoba merenggangkan otot-otot tubuhnya.

"Ah, lelah banget rasanya. Sepertinya aku harus mandi biar badan jadi segaran." Gumamnya.

Beruntung di ruangan Alex ada kamar mandi pribadi juga, sehingga Ia tidak kesulitan. Ia memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai dan gegas masuk ke dalam kamar mandi.

30 menit kemudian, Alexia keluar dari kamar mandi sudah dengan penampilan yang rapi. Ia melihat suaminya masih terlelap. Ia menghampiri suaminya dan mengecup pipi Alex.

"Pasti Mas Alex kelelahan." Alexia tersenyum menatap suaminya yang tidur dengan wajah yang damai.

"Mas, aku kembali bekerja dulu ya."

Cup!

Sekali lagi Alexia mengecup pipi Alex.

Alexia langsung pergi meninggalkan ruangan suaminya dan kembali ke tempat dimana tempat kerjanya berada.

*****

Saat Alexia sampai di kubibelnya, teman-temannya heboh.

Mereka satu persatu melayangkan pertanyaan kepada Alexia. Sehingga membuat Alexia bingung harus menjawab yang mana dulu.

"Aduh, tenang-tenang. Kalian ini, satu-satu dong kalau bertanya. Aku kan jadi pusing mau jawab yang mana dulu."

Seketika Edo, Joko, Lili, dan Sita diam. Mungkin karena mereka benar-benar terkejut sehingga mereka menjadi heboh.

"Intinya disini pertanyaan kalian itu sama kan?"

Mereka kompak menganggukkan kepala.

"Seperti apa yang aku bilang tadi pagi. Aku dan Pak CEO kalian adalah sepasang suami istri. Di dalam undangan yang kalian terima itu sengaja tidak dibubuhkan foto karena aku ingin merasakan kenyamanan saat bekerja, aku tidak suka dengan orang yang bermuka dua, dan aku juga tidak mau dianggap sesuka hati karena aku istri dari pemilik perusahaan. Sekarang kalian sudah tahu aku siapa dan apa alasanku."

"Jadi seperti itu, Al? Terus kasus video yang viral di grup WeHa gimana?"

Alexia menghela nafas. "Yah, karena itu pasti sekarang mereka semua menganggapku seorang pelakor. Yang tahu namaku kan hanya kalian."

"Hm, sulit juga ya kalau sudah begini." Seru Sita.

"Sudah, biarkan saja mereka mau menilai aku seperti apa, yang jelas sebentar lagi mereka pasti tahu siapa aku. Sudah yuk lanjut bekerja lagi, sebentar lagi kan waktunya istirahat."

Edo, Joko, dan Sita pun kembali ke kubibel mereka masing-masing.

"Eh iya. Kamu barusan dari mana? Tadi Bu Sandra mencarimu." Ucap Lili.

Alexia mengerutkan keningnya. "Aku dari ruang kerja suamiku. Ada suatu hal yang terjadi tadi sehingga Pak Kevin menghubungiku untuk langsung naik ke atas. Em, itu Bu Sandra ada apa mencariku?"

"Aku tidak tahu, dia seperti sedang menahan emosi. Apa Pak CEO sakit?"

Alexia menggeleng. "Tidak. Nanti kamu pasti akan tahu sendiri. Ya sudah aku menemui Bu Sandra dulu. Sepertinya dia terlalu cinta denganku sehingga selalu memanggilku." Alexia terkekeh saat mengatakannya.

Dengan langkah gontai Alexia melangkah menuju ruangan Sandra.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk."

Alexia langsung membuka pintu saat Sandra menyuruhnya masuk. Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah sedikit ditekuk. Belum setengah hari Ia sudah masuk ke dalam ruangan tersebut dua kali.

"Bu Sandra mencari saya?" Alexia berdiri dua langkah dari meja kerja Sandra.

Sandra menatap Alexia dengan tatapan tajam.

"Jelaskan itu. Bukankah itu namamu?" Sandra melempar undangan resepsi ke arah Alexia.

Alexia hanya memandang undangan tersebut sesaat tanpa mau memungutnya.

"Kalau Bu Sandra sudah tahu, lalu kenapa bertanya kepada saya?"

Sandra mendengus, hidungnya sudah kembang kempis menahan emosi.

"Heh, jangan mentang-mentang kamu istri dari Pak Alex, lalu kamu bisa bersikap dengan sesuka hatimu. Kemana saja kamu sejak tadi? Keluyuran kemana kamu?"

Alexia menarik sudut bibirnya. "Maafkan saya, Bu Sandra yang terhormat. Tadi saya dihubungi Pak Kevin karena ada hal yang penting. Jadi saya pergi menemuinya dan itupun di ruangan Pak Alex. Dan juga saya tetap bertanggungjawab mengerjakan pekerjaan saya kok, Bu. Jadi Bu Sandra tenang saja. Saya disini tidak menggunakan status untuk berlaku sesuka hati saya." Jawab Alexia dengan tenang.

Sandra mengepalkan kedua tangannya, semakin emosi saja ketika mendengar penjelasan Alexia. Ia ingin mengatakan banyak hal namun sepertinya semua itu tersangkut di tenggorokan. Sehingga Ia hanya bisa merasakan darah mengalir ke ot-ak dan membuatnya menguap dengan asap yang mengebul.

"Ah iya Bu Sandra. Kalau sudah tidak ada yang penting, saya mau kembali ke tempat kerja saya. Bukankah Bu Sandra meminta saya untuk tidak bersikap sesuka hati saya? Pekerjaan saya masih menumpuk, jadi saya harus segera menyelesaikannya. Kalau begitu saya permisi, Bu."

"Kamu,-"

Alexia pergi begitu saja meninggalkan Sandra di ruangannya. Ia merasa jengkel, kesal, dan jengah dengan atasannya itu.

1
Elisabeth Ratna Susanti
makin seru.....good job Thor 👍
Elisabeth Ratna Susanti
kalau baca sah! sah! aku merinding
AgviRa: waduh, kenapa, Kak?
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍 salam kenal 🙏🤗
AgviRa: Terima kasih, Kak😊🙏
total 1 replies
Rita Rita
CEO dong Thor bukan seo,,, 🤔🤭
AgviRa: ahh, itu sebenarnya mau ngomong seorang tapi terpotong karena ketukan pintu😅🙏
total 1 replies
Rita Rita
ini ibu tiri apa ibu kandung,,, kalo ibu kandung, wah ibu laknat namanya kalo ibu pun masih ada ibu tiri berasa ibu kandung,,
AgviRa: Baca terus ya, Kak, biar tahu 🤭
total 1 replies
Siti Maryati
Doble up ya 😁😁
AgviRa: InsyaAllah, Kaka. Terima kasih sudah berkenan membaca novel saya. 🙏😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!