NovelToon NovelToon
Luka Lama

Luka Lama

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Cinta Seiring Waktu / Rebirth For Love
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Renjana

Devandra pernah menjadi bagian dari kisah masa lalu Audrey. Pernah menjadi bahagia dan sedih hidupnya. Pernah menjadi luka yang sampai saat ini masih membekas.

Audrey sedang berusaha mengobati lukanya, menghilangkan sakitnya. Tapi disaat itu pula Devan hadir kembali.

Apakah Audrey akan menghilang kembali atau menghadapi lukanya agar ia tak lagi mengingat Devandra dihidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Renjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6

Audrey kesal saat Ryo menyuruh mereka ke semak ilalang. Bukan masalah tempatnya tapi ini sudah semakin siang, pastinya panas lebih menyengat.

"Sabar Drey, ginilah kehidupan model. Suka nggan suka harus dijalanin," ucap Vivian.

"Mau kasian tapi aku juga ngalamin," ucap Audrey.

"Senyumnya yang natural," ucap Devan.

"Tau apa sih dia? Ryo aja nggak ada komentar!" ucap Audrey pelan.

"Udah sabar, mukamu keliatan keselnya," ucap Vivian. Audrey berusaha tersenyum senatural yang dia bisa. Meski yakin mash terlihat sedikit terpaksa tapi Ryo tidak berkomentar apapun berarti dia masih aman.

Setelah selesai, mereka kembali berteduh. Siang semakin panas. Vivian dan Audrey mengipasi tubuhnya yang mulai berkeringat, bahkan kipas mini di beberapa sudut seperti tidak berfungsi dengan baik.

Devan dan Ryo sedang melihat hasil keseluruhan pemotretan. Devan mengangguk-anggukkan kepalanya saat melihat slide foto yang dihasilkan. Ryo mengirim file foto tersebut ke Devan.

Audrey akan berganti pakaian tapi ditahan oleh Vivian.

"Lihat ini!" Vivian menyodorkan ponselnya dan disana Devan baru beberapa menit yang lalu membuat story di aplikasi hijaunya. Disana ada foto Audrey sendiri di taman bunga.

"Ck! Mau apalagi sih dia?" ucap Audrey yang kesal melihat hanya fotonya yang ada di story Devan.

"Mau apa? Kan sudah jelas, dia mau baikan dengan kamu Drey," ucap Vivian. Audrey mengabaikan Vivian dan akan pergi ke ruang ganti.

"Sebentar!" Devan menahan tangan Audrey saat gadis itu akan masuk ke ruang ganti.

"Apa lagi?" tanya Audrey sedikit galak, Devan sedikit kaget mendengarnya. Ia tak tahu ada salah apa pada Audrey hingga gadis itu berbicara ketus.

"Aku mau bicara sebentar, penting. Bisa ke sana?" tunjuk Devan ke arah pohon yang tadi diduduki oleh Audrey.

"Bicara penting apa? Aku sibuk!" ucap Audrey. Devan terkekeh mendengarnya.

"Drey, secara teknis saat ini aku bosmu. Sibuk apa lagi? Sesi foto juga sudah selesai," ucap Devan.

"Aku tidak nyaman dengan baju ini!" ucap Audrey salah tingkah.

"Ok, kamu ganti dulu bajunya. Aku tunggu di sana. Jangan lama-lama," Devan berkata sambil mengusap puncak kepala Audrey. Audrey mendengus dan buru-buru masuk ke kamar ganti. Audrey menepuk-nepuk dadanya. Meredakan debarnya. Audrey benci dengan sikap Devan yang tidak ada rasa bersalah dan memperlakukannya seperti dulu.

Audrey berjalan ke arah Devan dengan wajah sedikit ditekuk. Entahlah, rasanya kesal melihat Devan bisa sesantai itu bertemu dengannya. Sama sekali tidak ada rasa bersalah.

"Mau bicara apa? Cepatlah! Aku tidak mau disangka memanfaatkan keadaan!" ucap Audrey.

"Pikiran kamu selalu negatif y, yang lain aja biasa aja tuh!" tunjuk Devan pada para kru yang sudah merapikan peralatan dan sebagian sudah mulai makan siang. Seseorang mengantar dua nasi kotak untuk Audrey dan Devan.

"Terimakasih!" ucap Audrey sambil tersenyum manis, tapi saat melihat Devan kedua bibir gadis itu merapat. Devan menarik napasnya. Sabar...

"Sebaiknya kita makan dulu," ucap Devan, Audrey kembali kesal dengan Devan yang seolah mengulur waktunya.

Audrey melihat Devan membuka nasi kotaknya dan mulai menyantapnya tanpa melihat ke arah Audrey. Sebenarnya Audrey juga merasa lapar tapi dia enggan makan dengan Devan.

"Uhukkkk!" Devan tersedak lalu terbatuk-batuk.

"Ck! Makanya makan itu pelan-pelan!" ucap Audrey meraih minuman kemasan dan memberikannya kepada Devan. Devan menyedot minumannya tanpa mengambil minuman yang dipegang Audrey.

"Pegang sendiri dong!" ucap Audrey, Devan hanya mengangkat bahunya dan kembali melanjutkan makan.

"Kamu nggak lapar? Ini sudah siang!" ucap Devan.

"Ini mau makan, makanya cepat apa yang mau dibicarakan?" tanya Audrey.

"Ayo bicara disana, sambil kamu makan dengan nyaman!" ucap Devan menunjuk ke bawah tenda yang udah sepi. Sebagian sudah menyelesaikan makan siang dan menunggu jam pulang.

Audrey sudah sangat kesal, Devan seolah mempermainkannya. Tapi berhubung ia lapar, sebaiknya memang ia makan dulu.

Audrey membuka kotak makan siangnya sedangkan Devan mengarahkan kipas kearah mereka. Tapi memang cuaca terasa sangat panas dan terasa gerah sekali. Sepertinya hujan akan turun karena jauh disebelah barat awan sudah mulai kelabu.

Devan membiarkan Audrey selesai makan baru ia akan mengajak gadis itu bicara.

"Drey, masukkan nomor ponsel kamu!" pintanya sambil mendorong ponselnya. Audrey menggeleng.

"Aku nanti mau transfer untuk bayaran sesi foto tadi. Gimana aku tahu uangnya sudah kamu terima atau belum," ucapnya. Benar juga. Audrey meraih ponsel itu dan mengetikkan nomornya tanpa bicara.

"Terimakasih untuk jadwal hari ini dan nomornya," ucap Devan.

"Sama-sama. Tapi jujur saja aku tidak fokus tadi. Pasti banyak foto yang tidak bagus," ucap Audrey.

"Tidak juga, mungkin karena partnermu sahabatmu sendiri. Lihat ini!" Devan menyodorkan laptopnya dan memperlihatkan file foto Audrey. Audrey tidak menyangka hasil bagus, Ryo memang fotografer handal. Pantas saja namanya juga banyak dikenal orang.

"Kalau kapan-kapan aku butuh model lagi, kamu mau?" tanya Devan. Audrey menggeleng cepat.

"Duniaku bukan dibagian model. Aku rasa masih banyak model lain yang bisa kamu minta," tolak Audrey. Sesaat mata Devan terlihat kecewa tapi hanya sebentar.

"Drey! Aku buru-buru pulang ya. Kamu tahu temanku di kampus sedang menyiapkan penambahan mata kuliah di semester selanjutnya. Aku mau nitip berkas ke kampus. Jadi kamu pulang dengan pak Devan ya," ucap Vivian.

"Eh tapi..."

"Aku buru-buru, kamu makan aja belum kelar. Dah aku duluan ya!" Vivian cipika-cipiki sesaat dengan Audrey sebelum berlalu dari sana.

"Anak itu ya selalu begitu, sibuk sendiri," gumam Audrey.

"Tidak apa, nanti kamu pulang denganku," ucap Devan.

"Haa? Tapi aku..."

"Kenapa? Mau nolak lagi? Yang lain kendaraannya juga sudah penuh," ucap Devan. Audrey menarik napas lagi. Kenapa sih hidupnya masih diseputaran Devan. Padahal sudah setahun ini dia berusaha untuk menenangkan diri dan melupakan pria di depannya ini. Sekarang malah ia terlibat banyak hal dengannya.

Akhirnya Audrey dengan terpaksa ikut di mobil Devan. Meski ia dongkol setengah hati dengan Vivian. Padahal dia makan tak akan lama. Jangan-jangan ini memang alasannya biar dia terjebak bersama masa lalunya. Luka lamanya yang belum sembuh.

Rintik hujan kembali turun, untunglah mereka sudah selesai dan dalam perjalanan kembali pulang. Audrey berpura-pura tidur agar tak harus bicara dengan Devan.

Ditengah perjalanan Devan menerima telepon sepertinya dari kantor yang menanyakan keberadaannya. Dan sepertinya kru pemotretan tadi akan urunan untuk menjenguk model yang kecelakaan tadi.

"Sepertinya kita mampir ke rumah sakit dulu, " ucap Devan. Devan sempat mengelus pipi Audrey pelan lalu segera melajukan mobilnya ke arah rumah sakit.

Sepertinya Devan membawa Audrey juga sekalian. Terbukti jalan yang mereka lalui bukan ke jalan arah rumahnya, melainkan ke rumah sakit. Haruskah Audrey tetap berpura-pura tidur?

1
Fiftin Indriani
hai kak semangat yaa buat tulis novel nya novel kakak bagus kok menurut ku hmm ih ya jangan lupa mampir dan baba chat story aku judul nya gadis kecil milik CEO
Renjana: makasih kak sudah mampir😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!