NovelToon NovelToon
BEBEK GENDUT

BEBEK GENDUT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cewek Gendut
Popularitas:49.8k
Nilai: 5
Nama Author: Hyull

🐥🐥🐥
Setiap kali Yuto melihat bebek, ia akan teringat pada Fara, bocah gendut yang dulunya pernah memakai pakaian renang bergambar bebek, memperlihatkan perut buncitnya yang menggemaskan.
Setelah hampir 5 tahun merantau di Kyoto, Yuto kembali ke kampung halaman dan takdir mempertemukannya lagi dengan Bebek Gendut itu. Tanpa ragu, Yuto melamar Fara, kurang dari sebulan setelah mereka bertemu kembali.
Ia pikir Fara akan menolak, tapi Fara justru menerimanya.
Sejak saat itu hidup Fara berubah. Meski anak bungsu, Fara selalu memeluk lukanya sendiri. Tapi Yuto? Ia datang dan memeluk Fara, tanpa perlu diminta.
••• Follow IG aku, @hi_hyull

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 | Restu dari Papa David

Sama seperti ketika memasak nasi goreng cabai hijau jumat lalu, subuh itu Fara juga tampak sangat bersemangat. Mungkin ia tidak menyadari kenapa, tapi sebenarnya ia bersemangat seperti itu karena masakannya juga akan disantap oleh Yuto.

Rasa sedih yang ia rasakan kemarin kini tertanam sempurna, karena yang ada di kepalanya hanya membuat ayam kukus yang enak dan tentunya wajib membuat bakwan favoritnya, diiringi suara mamanya yang sedang mengaji.

Ayam yang sengaja ia turunkan ke chiller sejak semalam sudah siap pakai, langsung saja ia letakkan di dalam mangkuk stainless, ia beri bawang putih cincang, daun bawang, batang seledri, lada, garam, sedikit gula, kecap ikan, dan minyak wijen. Tentu tak lupa, jahe yang ia iris tipis dan selembar daun jeruk agar semakin harum. Ia aduk dan segera ia kukus.

Menunggu ayam matang, ia menyiapkan bahan bakwan, yang pagi itu hanya menggunakan jagung dan wortel. Ia lanjut menggoreng, sambil membayangi—apakah nanti Yuto akan menyukai ayam kukus buatannya?

Ia tersentak pelan saat mendengar pintu rumahnya terbuka. Papanya sudah pulang dari masjid tapi dia lupa membuat teh panas.

Ia lekas menyeduhkan teh untuk papanya, bersamaan dengan papanya duduk di meja makan, tehnya pun ia sajikan, disusul dengan bakwan yang sudah ia goreng.

Fara lanjut menggoreng bakwan, dan papanya menikmati sajian darinya dalam diam, seperti biasanya. Fara fokus pada masakannya, papanya fokus pada santapannya, hingga kemudian mamanya bergabung di meja makan dan Fara siapkan air putih hangat untuk mamanya.

“Udah berapa simpanan dari kedai bulan ini, Bang? Udah cukup nggak untuk bayar cicilan awal bulan?” Itu yang lebih dulu mamanya tanyakan kepada papanya.

“Kayaknya belum cukup,” jawab papanya santai, seakan itu bukan masalah, sedangkan mamanya langsung naik pitam.

“Loh! Kok belum cukup! Biasanya kan udah cukup!”

Fara hanya bisa menarik napas dan menghembuskannya perlahan, berusaha untuk tetap tenang, tapi tetap saja, ia malu. Tetangganya pasti akan mendengar suara mamanya dan ia berharap mereka tidak terganggu—meski ia tidak yakin akan itu.

“Penjualan bulan ini kan memang menurun. Mau kayak mana lagi?” jawab papanya, tetap santai, bahkan setelah dibentak seperti itu oleh istrinya. Mengunyah bakwannya pun tampak tanpa beban.

“Enak kali abang ngomongnya! Nanti kalau nggak cukup juga kek mana?!”

“Yang penting kan masih bisa bayar.”

“Yang penting masih bisa bayar, bayar pakai apa! Gaji kita kan udah dipotong bank!”

“Ya jual lah simpanan emas kita. Kan masih ada. Mau kek mana lagi.”

Masih mencoba tidak terganggu dengan perdebatan itu, Fara mulai menata bekal untuknya dan Yuto. Masing-masing bekal ia beri nasi, tiga potong bakwan, dan dua potong ayam kukus berserta kuah kaldu dari ayamnya—yang matang di waktu bersamaan—dimasak selama 30 menit saja.

Tak hanya itu, Fara berikan chili oil yang memang ia stok di kulkas, masih agak keras karena baru ia keluarkan, dan ia letakkan di atas ayam kukus yang masih hangat.

Senyumnya mengembang, sama sekali tidak terganggu dengan perdebatan yang masih berlanjut di belakangnya. Pendengarannya seakan ditutup oleh ketenangan, ketenangan yang ia rasakan setiap kali memikirkan Yuto. Ya, wajah Yuto memenuhi pikirannya saat ia menata bekal itu.

Selesai dengan bekal, Fara masuk ke dalam kamar, bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Ia hendak berangkat lebih cepat karena ingin mengisi bensin lebih dulu di SPBU.

.

.

.

“Yuto… nggak sarapan dulu?” tanya David, saat Yuto menghampirinya dan Ruka di meja makan, tetapi bukannya meraih piring, Yuto hanya duduk sambil senyam-senyum, sedang membayangkan seperti apa seriusnya Fara saat memasak ayam kukus untuknya. Memang sih tidak hanya untuknya, tapi baginya ya untuknya juga.

Yuto malah tertawa pelan, membuat papa mamanya mengernyit heran. Bukannya menjawab pertanyaan papanya, malah tertawa.

“Heh! Jangan kayak Onti Endah yang tiba-tiba senyum ternyata kesurupan,” celutuk mamanya lembut, tak seperti ketika ada Sora di sana yang akan selalu mengamuk.

“Yuto nggak sarapan ya Ma, Pa. Mau makan ayam kukus buatan Fara.” Masih menyengir juga dia.

Papanya ikut tersenyum. “Sesuka itu sama Fara?” tanya David, menjadi tertarik.

Yuto mengangguk dengan senyumnya. “Yuto udah kasih tahu Fara, kalau Yuto suka sama dia.”

David tertawa mendengarnya, tak menyangka ternyata anaknya sat set kali. “Terus Fara jawab apa?”

Senyumnya sedikit memudar. “Dia masih bingung sih, Pa. Tapi nggak apa-apa. Dekatin aja terus.”

David mengangguk setuju. “Cewek itu, kalau kita dekatin dengan tulus, lama-kelamaan pasti bakal nyaman. Kalau udah nyaman, biasanya ya udah jatuh hati. Dan papa rasa, nggak sulit bikin Fara jadi nyaman. Kalau dilihat dari keluarganya, kayaknya mamanya agak keras dan papanya pendiam. Kakaknya jauh, si Kira juga udah di Medan. Kemungkinan besar si Fara pasti kesepian. Jadi ya, Yuto temani aja dia.”

“Jangan di kantor aja. Malamnya coba ditelepon, biasakan dia selalu dengar suara Yuto terutama saat sebelum tidur. Dulu, waktu papa dekatin mama, ya papa suka telepon juga. Nggak peduli mama orangnya cuek kali, pepet aja terus. Bukan pun cuek aja, mama juga nggak peka. Jadi memang agak susah waktu itu dekatinnya. Dulu mama tuh cuma peduli sama patung Shinchan-nya.”

Yuto ikut tertawa mendengarnya, sementara mamanya tak peduli, malu juga.

Selesai papanya sarapan, Yuto melangkah bersama menuju teras, menemani papanya yang hendak memanaskan mesin motor, sedangkan mamanya masuk ke kamar mandi, mau berak.

“Kenapa nggak bawa mobil papa aja? Kan bisa jemput Fara setiap hari. Atau… apa mau papa belikan kereta? Soalnya kereta kita cuma satu, papa pakai.”

“Sama Om Yuki aja, Pa. Lagian, kalau mau sama Fara, Yuto bisa suruh dia jemput ke sini.”

David tertawa lagi. “Jadi, pagi ini kenapa nggak minta jemput?”

“Dia nggak mau, Pa. Mungkin masih malu.”

David mengangguk mengerti. “Maklumi aja sih kalau gitu. Pelan-pelan dekatinya, tapi jangan kendur kali juga. Nanti kelamaan dapatnya.”

“Papa ngomongnya, kayak papa yang udah nggak sabar dapat menantu lagi.”

David tertawa untuk yang kesekian kalinya. “Soalnya rumah kita sepi kali. Kak Yuri lagi di Reykjavik, Dava di Kyoto, Sora di Medan. Kalau memang Yuto bisa bawa Fara ke sini, kan bisa sedikit lebih ramai.” Papanya memandanginya sejenak sebelum bertanya, “Bakal bawa dia ke sini, kan? Bukan Yuto yang pindah ke rumahnya?”

Kali ini Yuto yang tertawa, sedikit syok melihat papanya yang sudah begitu serius menanggapi rasa sukanya kepada Fara.

“Kalau memang Allah izinkan Fara jadi bagian keluarga kita, udah pasti Yuto bawa ke sini, Pa. Dia bakal jauh lebih bahagia kalau keluar dari rumahnya.”

David menepuk bahu putranya sambil mengangguk, sangat setuju. “Papa doakan yang terbaik. Yang penting, papa udah tunjukkan kalau papa setuju. Jadi, jangan ragu untuk terus dekatin dia.”

Suara klakson mobil terdengar nyaring, mengagetkan mereka berdua yang sejak tadi terlalu serius membahas Fara, sampai tidak menyadari bahwa mobil Yuki sudah berhenti tepat di depan pagar rumah mereka.

“Serius kali, ah. Sampai segitunya ya hanya karena bahas adek Fara…” goda Yuki dari balik kaca mobil yang sudah ia turunkan. Di sampingnya, Endah tertawa geli, bisa membayangkan bagaimana bersemangatnya ponakannya itu dalam menanti hati Fara.

Yuto tersenyum malu, lalu menyalami papanya. “Pergi dulu ya, Pa.” Lalu Yuto berdiri di ambang pintu rumah. “Ma… pergi dulu ya…” teriaknya.

Dari dalam kamar mandi depan, mamanya menyahut, “Iya… hati-hati. Salam sama Fara ya…”

Yuto dan David tertawa mendengarnya.

Berkat Fara, hanya dengan membahasnya, pagi mereka dipenuhi dengan tawa.

Saat Fara merasa hidupnya hampa, ia tidak tahu bahwa ada satu keluarga yang justru begitu mengharapkan kehadirannya. Ia belum tahu, bahwa ia menjadi sumber tawa, bagian dari rencana kecil dalam obrolan penuh kasih, dan doa dari seorang ayah yang ingin kehidupan terbaik baik bagi putranya.

Fara belum tahu... bawah takdir sedang menuntunnya menuju rumah yang mungkin nantinya bisa ia sebut pulang.

.

.

.

.

.

Continued...

1
mak² rempong
blokir aja no si Shela itu...😡😡😡😡😡
kira ngkos y mbak.. kirain AQ tinggal sama om nya
Ikha Mangil
mau apalah lagi si Shella itu lhoooo
mau pinjam uang lagi sama si Fara
magdalenad dewi simarmata
sak berak terus loh Sora ini,
Anonymous
sora aku lg makan loh/Pooh-pooh/
Hyull: /Joyful//Joyful//Joyful/
total 1 replies
DISTYA ANGGRA MELANI
Jngn diksih pinjam ya fara.. Buat si yuto jg harus tegas.. Uang nya fara yg dipenjm aja blm balik mw pinjam lagi gak boleh lah...
titissusilo
buah jatuh gak jauh dari pohon nya bukan...ortu doyan utang anak kesayangan pun bgtu....orang bnyk utang pnyakitan gak bkal hilang....hadehhhh
Ayu retonisa
mau pinjam uang pastinya si sella itu /Grievance/
Al.Ro
mantab Fara, gemas banget sama tingkah Eka dan anaknya shella
Ulfah Rahayu
nek mayang😢
Kar Sim
Masya Alloh cakap X endingnya, seperti di kehidupan nyata.... dilanjut Tor 👍👍
Ikha Mangil
nah kannn ketauan kau eka
matilah kau🙈😬
Ayu retonisa
eka ini otaknya kebanyakan Micin
Tita Rosmiati
syukur lah selamat tuh si Filano kuning dasar uka uka g tau diri 😁
Tita Rosmiati
g usah takut Fara Sora itu meskipun muncung nya berisik tapi baik banget loh sama seperti keluarga yg lain nya
Ibu² kang Halu🤩
aku menunggu karmanya si uka-uka., hah😤😤 entah kapan lah itu sadarnya si uka-uka ini😡😡
EsTehPanas SENJA
bener... jaga tensi sama diabetes penyakit ga pandang usia ...
pola makan harus sehat 👍🏻👍🏻👍🏻
EsTehPanas SENJA
aku hp nya kentang thor ga bisa donlot2 lagi ga muat memory 😭 bawa kesini aja ceritanya 😭😭😭
Ayu retonisa
kyknya yuto pintar kali buat lukisan bibir yh pembaca /Facepalm/
mak² rempong
g apa² Fara. kak Sora udah tau kok semua nya, bukan cuma Sora aja yg tau, kak Yuri sama onti Endah juga tau gmn buruk nya mama kamu..
kamu yg sabar, terus doain biar mama kamu cepat dapat hidayah nya..
Umi Jasmine
sora bisa tau semuanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!