NovelToon NovelToon
Dendam Anak Kandung

Dendam Anak Kandung

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Darmaiyah

Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 11

Menemani Vito

Teriakan Lila membuyarkan lamunan Niko, sekaligus mengejutkan Niko sehingga Niko menginjak rem secara mendadak.

"Astaghfirullah." ucap Lila seraya mengurut dadanya.

Seorang pria setengah waras sedang melintas jalan dan membawa kaleng kosong, ternyata kaleng itu yang berjatuhan sehingga menimbulkan bunyi ribut seperti orang tertabrak, saat melihat mobil Niko berhenti pria setengah waras itu pun berlari tunggang langgang ketakutan.

"Sial!" ucap Niko hampir saja saya jantungan.

Lila tertawa lepas saat menyaksikan pria setengah waras yang lari tak tentu arah.

"Untuk dia selamat." ucap Lila.

"Iya! Kalau ketabrak tadi, berurusan dengan polisi pula." ujar Niko menempeli ucapan Lila.

"Makanya kalau lagi menyopir, jangan melamun." celetuk Lila.

"Aku bukan melamun, tapi lagi mikirin Non!" sahut Niko jujur.

"Mikirin Saya? Emang saya kenapa?"

Pertanyaan Lila membuat Niko bingung untuk menjawab akhirnya dia hanya menggiling. Lila pun tidak ingin mendapat jawaban dari Niko, karena Lila sudah bisa menebak apa isi jawaban Niko.

Setelah memastikan jantungnya sudah tidak berdebar kencang lagi, Niko pun melajukan mobilnya kembali menuju ke rumah sakit, lima belas menit kemudian Niko memasuki parkiran rumah sakit dan menghentikan mobilnya.

Niko turun dan membuka pintu untuk Lila. Sambil menenteng belanjaan Niko dan Lila berjalan beriringan menyusuri koridor rumah sakit. Sepanjang koridor rumah sakit sudah mulai sepi, karena para pengunjung rumah sakit sudah pada pulang dan penghuni rumah sakit sudah pada beristirahat.

"Kenapa kamu membawa Lila kembali?" tanya Vito saat melihat Niko dan Lila berbarengan.

Pertanyaan mengarah ke Niko, tapi tatapan mata Vito mengarah ke Lila. Penampilan Lila malam ini membuat dua pria itu mengaguminya.

"Nona Lila memaksa mau ikut tuan." ujar Niko membual.

"Bu- buk..."

Mata Lila membelalak ke arah Niko, saat Niko memfitnahnya, Niko meletakkan jari telunjuknya di bibirnya, agar Lila tak meneruskan ucapannya.

"I-iya tuan, saya ingin menemani tuan di sini." ujar Lila turut berbohong.

"Mana tahu! Tuan butuh Lila lagi, untuk menggaruk punggung tuan." celetuk Niko sambil cengengesan.

Mendengar ucapan Niko, Lila dan Vito saling berpandangan beberapa saat kemudian Vito pun tertawa lepas.Niko senang melihat Vito tertawa bahagia, baru kali ini dia melihat Vito bisa tertawa lepas, biasanya kalau berada di samping Yura, Vito selalu dalam keadaan tertekan.

"Wah..senang sekali kelihatannya." tiba-tiba dokter Alfad datang.

"Ganteng sekali dokter malam ini." sapa Lila beramah tamah.

Dokter Alfad yang hadir dengan stelan berbeda memang cukup menggoda para gadis-gadis, dia hanya menggunakan kaos biasa yang pas di badan, hingga lekuk tubuhnya terlihat jelas, dokter Alfad terlihat seksi dan sangat jantan.

"Ah.. jadi geer saya." ucap dokter Alfad tertawa kecil.

Mendengar Lila memuji dokter Alfad di depan Vito, entah kenapa Vito merasa tidak suka, ada satu rasa yang tak bisa dijelaskannya.

"Dasar genit." batin Vito dalam hati kala Lila beramah tamah dengan dokter Alfad.

"Kamu juga sangat cantik." dokter Alfad membalas pujian Lila, hingga membuat wajah Lila bersemu.

"Ya Tuhan perasaan macam apa ini." batin Vito lagi, tidak menyukai pujian dokter Alfad ke Lila.

"Bagaimana perasaannya sekarang. Apa masih terasa panas dan gatal?" tanya Alfad seraya mendekati Vito. pertanyaan dokter Alfad membuyarkan lamunan Vito.

"Masih tapi hanya sedikit." jawab Vito sambil memperlihatkan permukaan kulit sudah menebal semua.

"Dok! Apa kulit saya bisa kembali seperti semula." tanya Vito merasa khawatir.

"Kalau virus alerginya sudah hilang insya Allah akan kembali semula." jawaban dokter Alfad membuat perasaan Vito menjadi lega.

"Besok Insya Allah seratus persen akan sehat, jangan ulangi lagi makan mie instan." Mendengar ucapan dokter Alfad, Lila merasa bersalah.

"Maafkan saya tuan, gara-gara saya tuan jadi seperti ini." Lila menyela pembicaraan dokter Alfad dan Vito.

"Itu bukan salahmu, salah saya yang lupa kalau makan mie instan membuat saya alergi." ujar Vito menyangkal ucapan Lila.

"Sebelum ini pernahkah tuan Vito pernah mengalami hal seperti ini?" Tanya dokter Alfad.

"Pernah dok! seingat saya waktu itu saya masih SD, sekitar dua puluh dua tahun yang lalu. Saya kira karena sudah lama, alerginya sudah hilang ternyata masih." Vito menjelaskan.

"Itu namanya Tuan cari penyakit sendiri, kalau saya kan tidak tahu kalau Tuan alergi." Lila yang awalnya menyalahkan dirinya sendiri, akhirnya membela diri.

"Jangan diulangi lagi karena alergi ini bisa menyebabkan resiko yang sangat parah." ujar dokter Alfad.

"Nggak apa-apa dok, ini pengalaman buat saya, bisa merasa bagaimana enaknya mie instan buatan dia." Omongan Vito mengundang tawa, apalagi waktu Alfad mengatakan jadi penasaran ingin merasa masakan mie instan buatan Lila juga.

"Boleh dok! kapan-kapan saya undang makan mie instan buatan saya."

"Nanti kita cari waktu luang yang pas, bisa makan berduaan dengan gadis secantik kamu, pasti sangat nyaman dan romantis." kata dokter Alfad.

"Ah dokter bisa aja."

"Kan pas tuh, satu cantik satu ganteng, hahaha." dokter Alfad tertawa, Lila pun ikut tertawa.

Niko yang mendengarkan celetukan dokter Alfath, hanya diam memandang Lila yang tertawa lepas, hatinya sangat teriris karena pesaing-pesaingnya adalah pria-pria hebat. Pastilah dia tidak akan masuk nomor antri di hati Lila.

Daripada Niko semakin panas mendengar celotehan dokter Alfad, akhirnya Niko pamit pulang duluan dan dokter Alfad pun berpamitan juga untuk melihat pasien lain, setelah memastikan kalau keadaan Vito baik-baik saja.

Sepeninggalan Niko dan dokter Alfad.

"Lila! selama kamu jadi asisten pribadiku, aku tidak ijinkan kamu dekat dengan pria lain." ujar Vito seraya menarik lengan Lila hingga Lila terduduk di sebelahnya.

"Kamu masih ingatkan perjanjian kontrak yang kamu tandatangani."

"I-iya Tuan."

Perjanjian kontrak yang Lila tandatangani selama tiga tahun, disana memang tertera dia tidak boleh dekat dengan pria lain, kemudian apabila melanggar dan berhenti sebelum habis kontrak maka dia di kenai denda.

"Ingat itu dengan jelas! Aku tidak mau lagi melihatmu beramah tamah dengan pria lain." ujar Vito, Lila hanya mengangguk.

"Maaf tuan! saya janji tidak akan melakukannya lagi." ujar Lila sambil menangkupkan kedua tangan di dada, seraya memandang wajah Vito, sambil mengembang kempiskan hidungnya. Vito yang tidak tahan melihat kelakuan Lila mencubit hidungnya.

"Au.. Sakit Tuan!" ujar Lila cemberut. Spontan tangan Lila menangkap tangan Vito dan menggenggamnya agar Vito tidak mengulangi aksinya.

"Cemberut saja dia kelihatan manis." batin Vito entah kenapa tiba-tiba jantungnya berdebar kala tangan Lila menggenggam tangannya.

"Ya Tuhan Vito. Ingat kamu sudah punya Yura." batinnya gelisah.

"Makan yuk. Lapar." Ujar Vito mengalihkan pembicaraan, agar Lila melepaskan genggaman tangannya, dia khawatir kalau Lila mendengar detak jantungnya yang berpacu kencang.

Lila melepaskan tangan Vito dan menjauh, mengambil bungkusan yang tadi dibeli Niko.

"Aku mandi dulu, baru makan." Ujar Vito, seraya turun dari tempat tidur.

"Emang nggak apa-apa kalau dibawa mandi Tuan?" tanya Lila menghentikan gerakannya membuka boks nasi premium.

"Kalau nggak mandi gerah." jawab Vito seraya membuka kemeja dan celana panjangnya, lalu meraih handuk dan melilitkan di pinggang. Lila yang melihat Vito membuka baju dan celana, memalingkan tubuhnya menghadap ke dinding.

"Ah.. tuan Vito nggak sopan banget, apa dia lupa kalau saya ada di sini." batin Lila.

"Hay kamu kenapa? apa saya kelihatan jelek kalau nggak pakai baju, hingga kamu harus membuang muka." Tiba-tiba Vito sudah berdiri di belakang Lila. Lila gelagapan, lalu beranjak keluar. Vito tertawa sambil geleng kepala, lalu masuk ke kamar mandi.

Sepuluh menit kemudian Vito sudah selesai mandi dan berpakaian dengan rapi, lalu memanggil Lila untuk menyiapkan makan malam. Setelah selesai makan malam dan minum obat Vito sudah tidak merasa gatal lagi, kulitnya pun sudah mulai menipis, dia bisa beristirahat dengan nyaman karena sudah tidak terasa gatal lagi, begitu juga dengan Lila.

******

Marisa yang merasa tersaingi oleh Lila tak tinggal diam, saat mengetahui Vito dirawat di rumah sakit, dia mendatangi kakak sepupunya Yura. Dan mengabarkan kalau Vito berduaan dengan Lila di rumah sakit.

Yura yang awalnya enggan menjenguk Vito karena takut tertular bergegas menuju rumah sakit, dan benar saja di rumah sakit dia menemukan sosok Lila.

"Oh... Bagus ya ternyata wanita sampah ini di sini." Lila yang sedang menyiapkan sarapan untuk Vito terkejut dengan kedatangan Yura.

"Dasar sampah!" teriak Yura sambil mengambil gelas berisi susu, Lila yang sudah siap dan tahu apa yang akan dilakukan Yura dengan cepat menyingkir, hingga sasaran Yura meleset.

Melihat Lila selamat dari serangannya, Yura semakin marah dan kesal, dia mengambil mangkuk berisi bubur ayam dan melemparkan ke arah Yura. Namun pada saat bersamaan Vito keluar dari kamar mandi.

Pluk... mangkok berisi bubur ayam nemplok di kepala Vito. Lila dengan sigap mengambil mangkok dan membersihkan bubur yang menodai kepala Vito. Melihat perlakuan Lila terhadap Vito, Yura semakin geram dia mendekati Lila dan berusaha menggapainya. Namun Vito menghalangi Yura hingga tangan Yura tidak bisa menyentuh Lila yang posisinya di belakang Vito, karena kesal akhirnya Yura menyerang Vito.

"Yura apa-apaan kamu. Hah!" bentak Vito.

Plak... satu tamparan mendarat di pipi Yura, kesabaran Vito benar-benar sudah habis.

"Kau berani memukulku." ujar Yura seraya memegang pipinya yang terasa panas, dia sama sekali tak pernah menduga kalau Vito yang selama ini sangat penurut dan lembut, berubah menjadi kasar ini.

"Ini pasti pengaruh buruk dari wanita sampah itu." batin Yura, kali ini hatinya benar-benar hancur.

"Iya kenapa. Selama ini aku sudah terlalu sabar menghadapi mu, kamu sungguh keterlaluan. Yura!" ungkap Vito dengan penuh emosi.

Sudah sekian lama Vito bertahan dan sabar menghadapi keegoisan Yura, dengan berjalannya waktu Vito berharap Yura bisa lebih dewasa. Namun kenyataan tiga tahun pernikahannya, Yura bukannya makin dewasa, malah makin ke kanak-kanakan.

"Kau akan menyesal memperlakukanku seperti ini. Vito!" ancam Yura.

"Kamu pantas mendapatkan itu. Yura!" tiba-tiba Husien sudah berada di antara meraka.

"Papa!"

Sementara Lila yang mendengar pertengkaran Vito dan Yura, serta pembelaan Husien, membuat dia semakin yakin bisa menghancurkan satu persatu orang-orang yang berhubungan dengan Husien.

Permainan semakin seru.

Apakah pernikahan Yura akan segera hancur?

Baca cerita selanjutnya di part 12.

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Rajuk Rindu
Alur cerita bikin degdegan
Rajuk Rindu
Tinggal koment dan like ya para reader
thanks you
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!