Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Matahari semakin terik dan terasa panas saat mengenai kulit langsung. Jemuran Ira sepertinya cepat kering bila mentari memancarkan panasnya setitik ini.
Setelah menyelesaikan pekerjaan ruamhnya yang sempat tertunda karna kedatangan budenya. Ira duduk berselonjor sambil menonton TV. Berita - berita artis wara wiri di layar. Berita gosip memang jadi idola ibu - ibu seperti Ira. Sesaat mereka bisa melepaskan beban yang ada di kepala dan lelah sehabis bekerja.
Karna merasa bosan Ira mematikan TV dan berpindah kekamar untuk rebahan sebentar mumpung belum ada yang pulang. Baru juga hendak merebahkan tubuhnya ponselnya tiba - tiba berdering.
Ira meraih ponselnya yang terletak di samping bantal dan melihat siapa gerangan yang menghubungi dirinya. Dilayar ia melihat nomor asing yang sama sekali tidak ia kenal. Keningnya mengerinyit memperhatikan nomor yang terpangpang di layar.
"Nomor siapa ini? angkat ga ya? takutnya penting?" perang batin antara ia dan tidak namun akhirnya Ira memutuskan memencet tombol hijau dan menempelkan pada kupingnya.
"Assalamualaikum, ini siapa ya?" tanya Ira langsung setelah panggilan ia jawab.
"Saya Baskoro, Ira." terdengar suara lelaki di sebrang sana.
"Ooh, mas Bas. Ada apa, mas?" tanya Ira heran ini baru pertama kalinya suami Mia menghubungi dirinya.
"Mas cuma mau tanya, apa benar Mia mau merenov rumah yang kamu tempati?" tanya lelaki itu to the point.
"Ya gitulah, mas. Tapi kak Mia ga bisa main - main usir aku dan keluarga begitu saja. Ini mesti di rembukan dulu sama saudara - saudara yang lain. Walau bagaimanapun ini rumah almarhum mak." Cerita Ira mengalir begitu saja sekalian tanpa peduli apakah suaminya Mia akan marah atau tidak. Ia mengira bahwa Baskoro pasti sudah mengetahui dan mendukung rencana istrinya.
"Mas juga setuju sama kamu, ngapain juga pake acara renov segala. Ga ada kerjaan amat deh kakakmu itu. Ia kira bangun rumah itu gampang dan tidak butuh biaya." sungut Baskoro yang ternyata ada si pihak Ira.
"Ooh iya, mas baru ingat jangan - jangan bude kamu yang hasut Mia. Sebab budemu belakangan ini begitu dekat dengan kakakmu. Awas aja kalau ketahuan hasut Mia." Tangan kiri Baskoro mengepal menahan geram.
"Ya aku ndak taulah, mas." jawab Ira yang tidak mau nanti di salahkan bila mengiyakan perkataan Baskoro.
Baskoro itu orangnya tegas tapi takut sama istrinya. Di belakang istrinya ia berlagak seperti suami yang tegas kenyataanya saat berada di dekat istrinya nyalinya langsung ciut.
"Mas, sudah dulu ya. Aku mau masak dulu, takutnya anak - anak Sebentar lagi pulang. " Ira menyudahi obrolannya dengan iparnya itu. Ia takut lama - lama ngobrol nantinya keceplosan dan itu bisa jadi masalah nantinya.
Seperti katanya barusan Ira tidak jadi istirahat, ia langsung menuju dapur mempersiapkan makan siang untuk anak - anaknya karna hari ini mereka pulang sekolah lebih awal.
Hampir saru jam Ira berkutat di dapur, ia baru berhenti saat semua masakannya sudah tersusun di rak khusus makanan.
Sebentar ia berbenah bekas peralatan masak baru lanjut membersihkan diri yang bau asap dapur. Baru ia bisa istirahat sebentar sebelum pergi mengajar kerumah bu hj.
......................
Assalamualaikum kk, terimaksih supportnya kk dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta vote yang bayang agar thor makin semangat 😘😘🙏🙏🙏
nauzubillah mindalik