NovelToon NovelToon
Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan rahasia
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Velza

Ketika sedang dihadapkan pada situasi yang sangat sulit, Farida Agustin harus rela terikat pernikahan kontrak dengan seorang pria beristri bernama Rama Arsalan.

Bagaimanakah kehidupan keduanya kelak? Akankah menumbuhkan buih-buih cinta di antara keduanya atau justru berakhir sesuai kontrak yang ada?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14. Sedih Atau Bahagia?

Saat ini Mami Sinta dan Rama sedang berada di rumah sakit. Mereka masih menunggu kabar dari dokter perihal kondisi Farida. Rama bahkan tak bisa duduk dengan tenang, dia terus saja merasa khawatir dan gelisah karena takut terjadi sesuatu pada Farida.

"Dokter, kok, belum keluar juga, Mi."

"Sabar, kita tunggu aja. Istrimu pasti baik-baik saja." Mami Sinta berusaha menenangkan Rama yang sejak tadi gelisah.

Tak berselang lama, dokter keluar dari ruang pemeriksaan lalu menghampiri Rama dan Mami Sinta.

"Dengan keluarga pasien atas nama Farida?"

"Benar, Dok. Saya suaminya, bagaimana kondisi istri saya?" Rama langsung mencecar pertanyaan setelah bangkit dari duduknya.

"Pasien baik-baik saja, sebentar lagi akan dipindah ke ruang perawatan sembari menunggu hasil pemeriksaan."

"Baik, Dok. Apa kami bisa bertemu dengan Farida?" tanya Mami Sinta.

"Iya, setelah dipindahkan pasien bisa ditemui."

Usai mengatakan itu, dokter pun berlalu pergi. Rama kini bisa bernapas lega setelah tahu kondisi Farida yang baik-baik saja.

Setelah dipindahkan ke ruang rawat, Mami Sinta dan Rama langsung masuk dan menemui Farida.

"Malang sekali nasibmu, Nak. Harus mengenal pria seperti Rama," celetuk Mami Sinta.

"Mi, kenapa jadi Rama yang kena?" protes Rama.

"Ya, emang mau salahin siapa? Kalau kamu nggak aneh-aneh bikin perjanjian dan segala macam, pasti dia nggak bakalan kayak gini. Bisa jadi dia itu stres karena kelakuanmu," oceh Mami Sinta.

"Udah, dong, Mi. Rama 'kan udah ngaku salah, Rama juga bakal perbaiki semuanya dan mulai lagi dari awal."

"Terserah kamu sajalah. Mami pusing mikirin permasalahanmu ini."

Mami Sinta memilih duduk di sofa yang ada di ruang rawat itu, sedangkan Rama duduk di kursi yang ada di samping ranjang.

"Saya di mana?"

Mendengar suara itu, Rama langsung menggenggam erat telapak tangan Farida.

"Syukurlah kamu sudah sadar. Kamu sekarang sedang di rumah sakit," ucap Rama.

"Rumah sakit? Memangnya saya kenapa, Tuan?" tanya Farida seraya memegangi kepalanya yang terasa pusing.

"Tadi mami ke apartemen mau ketemu kamu, tapi pas masuk ternyata kamu udah tergeletak di lantai kamar," jelas Mami Sinta seraya mendekati Farida.

Farida menatap Mami Sinta dan Rama secara bergantian, seolah sedang bertanya ada hubungan apa mereka.

"Dia mamiku, Rida. Mertuamu," jawab Rama.

Wajah Farida seketika langsung berubah pias. Mertua? Bahkan Farida tak pernah berpikir akan bertemu dengan orang tua Rama, terlebih hubungan mereka yang hanya sekadar atas perjanjian.

"Hei, kenapa wajahmu pucat begitu? Biasa saja, saya tidak akan menggigit kamu," canda Mami Sinta sembari memegang lembut tangan Farida.

"Kamu nggak usah takut, saya sudah tahu semua yang terjadi di antara kamu dengan Rama," sambung Mami Sinta.

"Maaf, Nyonya. Saya tidak bermaksud menjadi duri dalam pernikahan Tuan Rama."

"Panggil saja mami, seperti Rama. Eh, tadi kamu bilang apa? Tuan Rama?" Farida mengangguk mengiyakan pertanyaan Mami Sinta.

"Apa dia selalu menindasmu sampai kamu memanggilnya dengan sebutan tuan?" tanya Mami Sinta dengan tatapan mengintimidasi.

"T-Tidak, Nyo ... Eh, maksud saya, Mami."

"Lalu kenapa kamu harus memanggilnya Tuan Rama? Dia itu bukan majikanmu, jadi panggil saja namanya tanpa embel-embel tuan. Paham?"

"P-Paham, Mami."

Farida hanya bisa pasrah, sedangkan Rama hanya menunduk tanpa berani menatap ke arah sang mami yang sudah memelototinya sejak tadi.

......................

"Tuan, saya pulang saja, ya."

"Kenapa? Kamu belum sehat."

"Saya nggak enak dengan mami Anda. Status saya 'kan hanya menantu sementara saja," bisik Farida agar tak didengar Mami Sinta yang duduk di sofa.

"Nggak usah macam-macam. Kamu mau, kalau saya dimarahi mami karena membiarkan kamu pulang?" Farida menggeleng pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Rama.

"Kalau begitu, kamu cukup diam dan nurut saja apa kata saya."

Farida menghela napas lesu karena harus berada di situasi yang cukup membuatnya serba salah.

"Permisi." Seorang suster membuka pintu ruangan lalu berjalan menghampiri Farida dan Rama.

"Ini hasil pemeriksaan Nyonya Farida, Tuan." Suster itu memberikan sebuah amplop putih berlogo rumah sakit, yang berisi selembar kertas hasil pemeriksaan.

Rama menerima amplop itu kemudian segera membuka dan membacanya. Mami Sinta yang tadinya duduk di sofa, seketika langsung ikut mendekati Rama.

Tiba-tiba saja ekspresi Rama berubah dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Farida sendiri tampak bingung karena tak tahu apa isi hasil pemeriksaan tersebut. Mami Sinta langsung merebut kertas itu dan membacanya.

"Ada apa?" tanya Farida yang sudah tak bisa menahan rasa ingin tahunya, terlebih saat melihat ekspresi Mami Sinta yang juga sama seperti Rama.

"Mami nggak mimpi 'kan? Ini beneran?"

Mami Sinta meletakkan kertas tadi di pangkuan Rama lalu berhambur memeluk Farida yang masih kebingungan.

"Makasih, Nak. Makasih," ungkap Mami Sinta.

"Untuk apa?" tanya Farida.

Mami Sinta melerai pelukannya lalu menangkup waja Farida. "Kamu hamil, sebentar lagi mami akan punya cucu."

Merasa tak percaya dengan apa yang didengarnya, Farida juga menatap ke arah Rama yang langsung mengangguk sebagai jawaban atas rasa penasarannya.

Farida tak kuasa menahan air matanya setelah mendengar kabar tersebut. Entah harus sedih atau bahagia karena kehamilannya ini akan menjadi penentu berakhirnya hubungan antara dia dan Rama.

'Kenapa rasanya sakit sekali? Bukankah ini yang aku harapkan dulu? Ingin secepatnya hamil dan mengakhiri perjanjian itu, tapi kenapa hati rasanya tak rela?' batin Farida.

"Mulai saat ini, kamu pulang ke rumah mami. Biar mami bisa pantau terus kondisi kamu dan calon cucu mami."

"Tapi ...."

"Tidak ada penolakan. Pokoknya setelah keluar dari rumah sakit, kamu pulang ikut mami. Ya?"

"Iya, Mi." Akhirnya, Farida hanya bisa nurut saja apa yang dikatakan Mami Sinta, meski sebenarnya dia takut jika sewaktu-waktu istri sah Rama kembali dan mengetahui keberadaannya dan statusnya di rumah itu.

1
Blu Lovfres
lepaskan, farida dgn .kasih bayaran yg lebih mahal.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!