Sekuel dari "Anak Tersembunyi Sang Kapten"
Ikuti saya di WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Setelah beberapa kali mendapat tugas di luar negara, Sakala akhirnya kembali pulang ke pangkuan ibu pertiwi.
Kemudian Sakala menjalin kasih dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai Bidan.
Hubungan keduanya telah direstui. Namun, saat acara pernikahan itu akan digelar, pihak perempuan tidak datang. Sakala kecewa, kenapa sang kekasih tidak datang, sementara ijab kabul yang seharusnya digelar, sudah lewat beberapa jam. Penghulu terpaksa harus segera pamit, karena akan menikahkan di tempat lain.
Apa sebenarnya yang menyebabkan kekasih Sakala tidak datang saat ijab kabul akan digelar? Dan kenapa kekasih Sakala sama sekali tidak memberi kabar? Apa sebenarnya yang terjadi?
Setelah kecewa, apakah Sakala akan kembali pada sang kekasih, atau menemukan tambatan hati lain?
Nantikan kisahnya di "Pengobat Luka Hati Sang Letnan".
Jangan lupa like, komen dan Vote juga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Merasa Janggal
Sakala merasa lega, karena acara lamaran itu sudah selesai dan lancar. Semua keluarga besar lega, tinggal satu langkah lagi yang masih belum tenang, yakni acara pernikahan.
Meskipun acara lamaran itu sudah berlalu, akan tetapi keluarga besar Dallas masih ada saja yang membicarakan keadaan tadi di kediaman orang tua Seira.
"Mbak pikir akan banyak orang, minimal keluarga besarnya, seperti kita ini datang satu keluarga besar. Apakah Seira sudah tidak punya nenek atau kakek atau keluarga yang lain. Atau keluarga Seira memang orang jauh?" celetuk Daisya penasaran.
"Iya juga, ya? Mungkin saja keluarga besarnya memang berada jauh, sehingga mereka tidak bisa datang saat lamaran tadi," timpal Bu Delima berpikir positif.
"Bisa jadi. Semoga saja saat hari pernikahan, keluarga besar mereka bisa hadir semua dan menyaksikan pernikahan cucu-cucu kita," sambung Bu Sarma penuh harap.
"Amin."
***
Hari pernikahan tinggal enam hari lagi. Besoknya, Syafana mengagendakan fitting baju pengantin untuk Seira dan Sakala. Mau tidak mau besok anak dan calon menantunya harus melakukan fitting baju. Karena waktu sudah hampir mepet.
"Ka, kapan Saka ambil cuti nikah? Kalau tidak ada halangan hari ini setelah pulang dari kantor, Saka dan Seira harus fitting baju pengantin. Kalian tidak bisa menunda lagi sampai besok, sebab waktunya semakin mepet," ujar Syafana di sela-sela sarapan pagi.
"Iya, kalian harus segera fitting baju pengantin. Kalau bisa hari ini fitting baju dilakukan, biar besok kalian tenang," susul Dallas ikut memberi saran.
"Iya, Pa. Hari ini Saka akan ajak Seira ke butik nanti sore. Mama dan Papa tenang saja," balas Saka meredakan kekhawatiran kedua orang tuanya, karena hari pernikahan sudah semakin mepet.
"Lalu, kapan kartu undangan akan disebar. Harusnya mulai sekarang disebar, agar kalian tidak lelah menjelang hari H," usul Dallas lagi.
"Undangan elektronik pastinya sudah mulai Saka sebar pada teman-teman dekat Saka kemarin. Kalau yang lain seperti rekan-rekan yang lain, melalui kartu undangan, kemungkinan besok, Pa."
"Lantas, berapa undangan yang akan disebar oleh pihak perempuan? Berapa kira-kira jumlahnya?" tanya Syafana.
"Kemarin, Seira bilang ada kurang lebih 200 orang. Dia hanya mengundang teman dekat dan keluarga dekat saja," jawab Sakala.
"Apakah tidak salah? Kenapa hanya 200 orang? Bukankah biasanya pihak perempuan yang undangannya selalu banyak?" heran Sayafana.
"Saka kurang tahu, Ma. Seira mungkin ingin terkesan private saja."
Mendengar alasan Sakala, sejenak Syafana menatap sang suami. Dia merasa heran, jika undangan hanya 200 orang, kenapa tidak buat tenda di rumah saja? Sedangkan Seira meminta pesta penikahannya di sebuah gedung yang kapasitasnya bisa masuk 2000 orang.
Gedung itu pastinya akan dihias semewah dan se-elegan mungkin, mengingat biayanya yang lumayan menguras dompet. Dari katering dan tetek bengeknya, pihak Sakala memilih yang kualitas nomer satu atas permintaan Seira. Dan tentu saja itu semua dipenuhi demi menyenangkan hati calon mempelai.
Unek-unek ini masih Syafana simpan di dalam hati, jika dia ungkapkan di depan Sakala, dia takut Sakala kepikiran dan justru tidak fokus menghadapi pernikahan yang tinggal menghitung hari.
Setelah sarapan, Sakala bangkit dan pamit duluan untuk pergi ke kantor. "Ma, Pa, Saka pergi dulu, ya." Sakala menyalami tangan kedua orang tuanya, lalu beralih pada kedua adik kembarnya yang masih sarapan sembari menunggu mobil jemputan datang, karena bocah kembar kelas empat SD itu berangkat sekolahnya dijemput mobil jemputan.
"Kakak, nanti jemput kami di tempat les jam empat sore," pinta Alf tiba-tiba. Sejenak Sakala menahan langkahnya lalu menatap sang adik.
"Kakak sepertinya nggak bisa Alf. Soalnya nanti sore sekitar jam tiga mau pergi bersama Mama ke butik untuk fitting baju pengantin," alasan Sakala.
"Kan ada Mang Abdul yang jemput Alf. Kenapa Alf tiba-tiba ingin dijemput Kak Saka?" heran Syafana sembari menatap Dalfas.
"Alf ingin saja sekali-kali dijemput Kak Saka, mumpung Kak Saka ada di sini, nanti kalau sudah menikah, Kak Saka tidak akan bisa jemput kami lagi, Ma," urai Alf memberi alasan.
"Oh seperti itu." Syafana mencoba memahami permintaan Alf.
"Lain kali saja, ya. Kakak akan sempatkan jemput kalian, meskipun kakak sudah menikah," janji Sakala seraya berpamitan.
Lima menit setelah Sakala pergi, mobil jemputan Fina dan Alf tiba. Suara klakson khas dibunyikan satu kali. Fina dan Alf, buru-buru menyalami Dallas dan Syafana, lalu berlarian keluar diikuti Bi Dasim.
"Kalian jangan lari, mobil jemputannya juga baru datang," peringat Syafana khawatir. Memang dua bocah kembarnya itu kalau mobil jemputan datang, mereka langsung berlari dan pergi.
Kini di meja makan hanya tinggal Syafana dan Dallas. Syafana segera mengungkapkan unek-uneknya sebelum sang suami sebentar lagi pergi juga ke kantor.
"Pah, rasanya mama aneh dengan Seira. Dia yang meminta di gedung, tapi kenapa undangan dia hanya 200 orang saja termasuk keluarga dekat. Apa Papa tidak merasa janggal? Gedung itu kapasitasnya 2000 orang. Kalau tamu undangan hanya 200 orang, apa tidak mubajir makanan katering yang nanti dihidangkan?" ungkap Syafana mengemukakan keheranannya.
"Papa juga heran, apa Saka tidak salah bicara. Bisa jadi 1000 orang undangan dari mereka, masa iya tetangganya tidak diundang?" Dallas juga sama herannya dengan sang istri.
***
Sore menjelang, Syafana sudah menunggu Saka di depan rumah. Namun, Sakala masih belum muncul. Saka justru mengirimkan pesan WA untuk sang mama.
"Assalamualaikum, Ma. Saka saat ini sedang jemput kembar. Ke butiknya tidak jadi sekarang, Seira masih sibuk. Nanit malam saja setelah Isya katanya. Mama tidak keberatan, kan?" Pesan WA dari Sakala tiba-tiba saja membuat mood Syafana menghilang, dia seakan dipermainkan oleh Seira.
"Mama, assalamualaikum. Mama kenapa bengong?" Tiba-tiba di depan Syafana sudah ada Dallas berdiri sembari menepuk bahu sang istri.
"Ya ampun, Papa. Waalaikumsalam. Papa ini mengagetkan mama saja," gerutu Syafana benar-benar terkejut.
"Coba ceritakan, kenapa Mama sampai kaget seperti ini?" Dallas penasaran.
"Begini, Pa. Baru saja Saka mengabarkan, kalau Seira sore ini tidak bisa fitting baju pengantin, dia masih sibuk katanya. Lalu dia bisa setelah isya nanti. Mama heran, sesibuk apa pekerjaan Seira sampai sore ini dia masih saja belum bisa menyempatkan untuk fitting baju? Padahal dia belum buka praktek Bidan di rumah, tapi perasaan dia sangat sibuk," ungkap Syafana mengutarakan keheranannya.
Dallas sejenak diam, dia pun berpikir sama seperti sang istri, merasa heran. Semakin dekat hari H, Seira semakin bikin heran.
"Anggap saja ini ujian menjelang hari H pernikahan buat mereka berdua, Ma. Tetaplah beroda dan berpikir positif. Semoga hari pernikahan anak dan calon mantu kita lancar," hibur Dallas berusaha menenangkan sang istri.
kalo bikin cerita ga pernah gagal....ga banyak konflik yg berat dan ga monoton jg ceritanya..... pokoknya author the best laaah❤️