NovelToon NovelToon
PENDEKAR SINTING

PENDEKAR SINTING

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ikko Suwais

Pendekar Sinting adalah seorang pemuda berwajah tampan, bertubuh tegap dan kekar. Sipat nya baik terhadap sesama dan suka menolong orang yang kesusahan. Tingkah nya yang konyol dan gemar bergaul dengan siapapun itulah yang membuat dia sering berteman dengan bekas musuh atau lawan nya. Perjalanan nya mencari pembunuh keluarga nya itulah yang membuat sang pendekar berpetualang di rimba persilatan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TANDA LAHIR

MALAM Itu cuaca nya memang agak bagus, Menurut Resi Jayabaya sangat cocok untuk melakukan meditasi mengasah kemampuan batin. Rangga yang saat itu sedang demam di suruh untuk meditasi dengan di bimbing oleh guru nya, Hal itu bertujuan agar batin Rangga semakin kuat dan terbiasa nanti. Sebab bukan lahir saja yang harus kuat, Batin juga harus kuat. Begitu percakapan Rangga dan Gurunya yang kini Rangga sedang belajar meditasi dan Resi Jayabaya pun ikut meditasi juga.

"Mula-mula duduk bersila dan pejamkan matamu, Lalu letakan kedua tangan terbuka di atas paha. Hirup napas panjang dari hidung kalu hembuskan secara perlahan lewat mulut. Lakukan itu secara berulang hingga kau merasakan kenyamanan dan ketenangan."

"Baik Guru." Jawab Rangga dan ia sudah melakukan nya sejak awal tadi. Namun berkali-kali Rangga tak fokus pada meditasi nya dan membuat Resi Jayabaya bertanya,

"Ada apa Rangga? Tak biasa nya hati mu gelisah begitu?" Ucap nya masih dalam keadaan mata terpejam dan Rangga tetap diam. Hening sejurus dan Resi Jayabaya tak bertanya lagi, Ia ingin membiarkan anak itu menjalani meditasi nya dengan tenang.

Di alam bawah sadar Rangga, Ia bertemu dengan seorang lelaki gagah perkasa. Berbadan kekar dan berwajah tampan, Berambut panjang sepundak, Berhidung Bangir dan memiliki ciri khas tanda lahir di dada nya. Tanda lahir itu berbentuk hurup Z mirip seperti tanda lahir milik nya, Pada saat itu Rangga bertanya kepada orang itu. Namun tak ada jawaban, Lelaki itu hanya tersenyum saja menatap Rangga yang masih bocah.

"Siapa lelaki itu kek? Mengapa ia tersenyum saja ketika aku menyapanya?"

"Itu adalah gambaran diri mu di masa depan cah bagus, Tak perlu mau pikirkan. Pusatkan pikiran mu kembali." Rangga masih terpejam namun mimik wajahnya menandakan ia senang bisa melihat lelaki gagah itu adalah gambaran dirinya kelak.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat dan panca indera Rangga mendengar nya dari jarak cukup jauh. Ia lalu berkata tanpa sadar,

"Ada yang datang kek!" Ucap nya tegang.

"Iya kakek sudah tahu, Rasakan saja apa yang kamu alami Nak. Biar batin mu bisa merasakan hal-hal yang gaib dan tak nampak." Rangga tetap memejamkan mata nya dan memfokuskan lagi rasa panca indera nya. Suara langkah kaki itu menghilang, Kemudian muncul suara bisikan-bisikan tak jelas bahasa nya dan membuat Rangga mengernyitkan halis nya.

"Apa yang harus dibantu?" Tanya anak kecil itu berkata seakan merespon ucapan gaib yang di dengar nya.

"Biarkan saja jangan ditanggapi, Itu adalah godaan mahluk gaib penunggu air terjun ini." Ucap Resi Jayabaya mengingatkan Rangga yang hampir saja Sukma nya pergi ke suatu tempat bersama mahkluk tak kasat mata.

Rangga tetap terpejam dan perlahan keringat nya mulai bercucuran membasahi baju yang ia kenakan. Didalam bawah sadar nya ia bertemu dengan seorang gadis cantik namun ada yang aneh, Badan nya setengah manusia setengah ular. Hal itu membuat Rangga tersentak kaget karena wanita setengah siluman itu ingin menculik nya dan membawa nya ke dalam sebuah danau.

"Hah...hah...hah...!" Rangga tegang dan napas nya tersengal-sengal seperti orang habis berlari jauh. Resi Jayabaya membuka mata juga dan melihat anak murid nya ketakutan dan wajah nya pucat pasi.

"Jangan takut Nak, Apa yang kamu alami barusan adalah ujian mu ke depan nya ketika bermeditasi. Ketika bermeditasi, Sukma mu akan keluar dalam posisi tubuh kita di bawah alam sadar. Jadi Sukma mu bebas berkeliaran kemana pun kau mau. Namun harus tetap hati-hati, Tujuan meditasi bukan untuk hal seperti itu. Tapi untuk mengasah kemampuan batin dan suatu saat akan berguna untuk meningkatkan kepekaan mu terhadap serangan lawan mu yang bersembunyi di alam gaib dan alam nyata!" Begitu kira-kira penjelasan sang guru kepada murid nya. Rangga merekap setiap ucapan guru nya dan ia simpan dalam pikirannya untuk ia ingat-ingat jika suatu saat ia mengalami hal serupa tentu ia sudah tak kaget lagi.

Setelah di rasa cukup, Resi Jayabaya menghentikan meditasi itu karena mereka berdua harus tidur. Besok Rangga akan diajarkan suatu jurus baru dan perlu waktu serta tenaga yang cukup. Malam itu Rangga dan Resi Jayabaya pun tidur berdampingan, Pedang naga petir dipeluk oleh Rangga dalam tidur nya dan mata pedang itu sudah di lilit kain merah karena belum ada sarung pedang nya.

Keesokan hari nya, Rangga mulai di gembleng lagi. Kali ini Rangga di suruh bersemedi di bawah curahan air terjun itu dan sang guru mengamati nya dari depan pondok. Hal itu bertujuan agar Rangga mampu menahan hawa dingin dalam gempuran air terjun.

"Daya tahan anak itu memang kuat! Pewaris pedang naga petir memang bukan orang sembarangan!" Begitu kata batin Resi Jayabaya dan ia menganggap Rangga sebagai cucu nya sendiri. Sedikit teringat tentang masa lalu nya, Ia pernah menikah dan mempunyai dua orang anak laki-laki dan perempuan. Perrnikahan nya cukup lama hingga suatu ketika ia bercerai karena ada kesalahpahaman dalam hubungan rumah tangganya. Resi Jayabaya menduda dan sejak saat itu ia hanya bertapa di dalam sebuah gua ingin mencari jati diri nya semenjak di tinggal istri dan kedua anak nya.

"Mungkin jika aku masih bersama istri dan kedua anak ku, Pasti aku sudah mempunyai cucu seumuran bocah itu." Ucap Resi Jayabaya dalam hati nya dan kehadiran Rangga di hidup nya menjadi semangat baru untuk menjadikan nya Rangga sebagai murid sekaligus cucu nya. Rangga kemudian membuka mata nya dan tubuh nya mulai menggigil kedinginan, Resi Jayabaya menyuruh Rangga untuk berhenti meditasi dan Rangga pun segera beranjak dari bawah air terjun itu dengan gerakan ilmu peringan tubuh yang baru-baru ini dia kuasai namun masih belum matang. Rangga meloncat dari satu batu ke batu lain nya dengan ringan tapi di batu terkahir ia terpeleset dan jatuh ke dalam sungai kecil itu.

"Aduuuh!" Pinggul nya membentur batu dan ia meringis kesakitan. Resi Jayabaya hanya tertawa saja sambil geleng-geleng kepala nya,

"Lain kali hati-hati jika masih belajar, Bocah!"

"Aduh kakek ini! Bukan nya menolongku malah menertawai ku, huh!" Dengus Rangga sedikit jengkel sambil berusaha bangun dan kakek tua itu menyahut.

"Kau harus bisa mandiri Rangga, Masa calon pendekar gagah masih minta tolong kepada orang tua seperti ku?"

"Tapikan aku masih kecil, Kek!" Ucap Rangga bersungut-sungut dan membuat sang kakek tertawa lebar.

Pada akhirnya Rangga bangun sendiri dan mendekati sang guru dengan wajah ketus namun lucu.

1
Ita Xiaomi
Tuh pedang utk org yg baik hati. Maaf aku sok tau😁.
Mia Sagitarius
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!