"Lebih baik, kau mati saja!"
Ucapan Bram membuat Cassandra membeku. Dia tidak menyangka sang suami dapat mengeluarkan pernyataan yang menyakiti hatinya. Memang kesalahannya memaksakan kehendak dalam perjodohan mereka hingga keduanya terjebak dalam pernikahan ini. Akan tetapi, dia pikir dapat meraih cinta Bramastya.
Namun, semua hanya khayalan dari Cassandra Bram tidak pernah menginginkannya, dia hanya menyukai Raina.
Hingga, keinginan Bram menjadi kenyataan. Cassandra mengalami kecelakaan hingga dinyatakan meninggal dunia.
"Tidak! Kalian bohong! Dia tidak mungkin mati!"
Apakah yang terjadi selanjutnya? Akankah Bram mendapatkan kesempatan kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Menjadi Yang Kedua
Cassie berhasil menghindar dari Bram. Sejauh ini, pria itu selalu menghubunginya bila dia berada di kantor. Melalui orang kepercayaannya, Cassie bisa mengetahui bila Bram tidak diizinkan lagi menjalankan perusahaan. Semua diambil alih oleh Reyhan. Hal itu membuat hati Cassie semakin tidak tenang.
Seolah mewakili isi hati Cassie yang tak kunjung tenang. Ia baru saja selesai memimpin rapat di ruang kerjanya ketika sekretaris mengetuk dan memberi tahu ada tamu.
"Maaf, Bu. Ada yang ingin bertemu dengan Anda."
"Siapa?" tanya Cassie dengan kening yang berkerut.
“Namanya Bu Raina. Dia bersikeras ingin bertemu langsung. Kami sudah meminta dirinya untuk pergi, tetapi ada sesuatu yang penting untuk dia sampaikan," jawab sang sekretaris.
Cassie memejamkan mata sejenak. “Suruh masuk.”
Tak lama, pintu terbuka dengan hentakan. Raina melangkah cepat, perutnya yang sedikit membuncit jelas terlihat di balik dress longgarnya. Wajahnya sedikit pucat, tapi matanya menyala dengan tekad.
Sejak awal mengetahui kehamilan Raina. Cassie sudah gelisah, terlebih perempuan itu menuduh suaminya bertanggung jawab atas kehamilan perempuan itu.
“Cassie… aku mohon.” Suaranya lirih tapi jelas. “Biarkan aku menikah dengan Bram. Dia harus bertanggung jawab!”
Cassie menegakkan tubuhnya, masih duduk tenang di balik meja. “Bram tidak pernah mengakui anak itu, Raina. Dan aku tidak dalam posisi memberi izin.”
“Lihat ini!” Raina dengan cepat mengeluarkan hasil USG dari dalam tasnya, lalu menempelkannya ke meja Cassie. “Ini anaknya! Aku nggak mungkin bohong. Dia janin hidup, berdetak! Aku nggak kuat lagi menjalani ini sendirian! Biarkan aku menikah dengan Bram, menjadi yang kedua pun aku rela," ujar Raina tampak putus asa.
Cassie menatap lembaran USG itu dengan datar. Ada sesak yang menjalar ke dadanya, tapi ia menahannya. Dirinya tidak boleh lemah di depan perempuan yang hanya bisa menyisakan luka.
“Kalau benar anak itu milik Bram, maka tanggung jawab itu akan datang pada waktunya. Tapi jangan harap aku akan rela kalian menikah seolah semuanya tidak terjadi apa-apa. Aku bisa menyeret kalian ke meja hijau atas tuduhan perselingkuhan."
Raina membeku. “Kamu… kamu tega, Cassie! Ini anak manusia, bukan cuma soal harga dirimu! Kamu rela anak ini lahir tanpa ayah?”
Cassie berdiri. Suaranya tetap tenang, tapi nadanya tajam. “Yang tega itu kamu, Raina. Kamu tahu aku istrinya. Kamu tahu pernikahan kami belum berakhir. Tapi kamu tetap mendekati suamiku. Sekarang kamu merengek meminta ‘izin’?”
“AKU TIDAK MEREBUTNYA! KAMU YANG GAGAL MENJAGA!” Teriak Raina.
Suara keras itu mengejutkan staf di luar ruangan. Beberapa sudah berdiri, mencoba mendekat.
Cassie menatapnya tanpa gentar. “Keluar dari ruangan ini. Dan jangan pernah berharap simpati dariku.”
Cassie menggelengkan kepala mendengar semua teriakan Raina. Perempuan itu tidak tahu diri menginginkan izin untuk menikah dengan suaminya. Menjadi yang kedua pun Cassie akan terus menghalangi dua orang yang telah melukai hidupnya. Dia tidak akan semudah itu memberikan izin pada Raina dan Bram untuk bersatu.
Raina masih menangis dan berteriak ketika satpam dengan sopan memintanya keluar. Tapi drama itu tak berhenti di situ.
Ternyata, ada yang merekam ketika Raina datang ke ruangannya. Video yang direkam diam-diam oleh salah satu staf—rekaman Raina berteriak-teriak di kantor, memperlihatkan hasil USG dan menyebut Bram Wijaya berselingkuh—telah tersebar luas di media sosial. Judul-judul sensasional mulai bermunculan:
“Heboh! Wanita Hamil Datangi Istri Sah di Kantor!”
“Anak Pejabat Terkenal Diduga Selingkuh Hingga Menghamili Rekan Kerja Istrinya”
“Tangisan Perempuan Ini Bongkar Perselingkuhan Bos Besar!”
Nama Cassie, Bram, dan Raina mulai diperbincangkan secara publik.
Cassie menatap layar ponselnya dalam diam. Sekuat apapun ia menjaga wibawanya, dunia luar sudah terlanjur menilai.
Sementara itu, Bram yang tengah dalam perjalanan pulang dari kantor cabang di Bandung, menerima pesan dari Reyhan:
"Saya udah kasih kamu kesempatan perbaiki semuanya, tapi kamu malah bikin nama keluarga hancur. Kamu pikir Cassie pantas dapat malu ini?"
Bram menunduk dalam diam. Segala upaya membersihkan nama, tampaknya justru makin sulit setelah hari ini.
Bukti CCTV yang memperlihatkan bahwa malam itu dia hanya sendiri di kamarnya sudah dia dapatkan. Yang terpenting adalah meyakinkan seluruh keluarga Cassie. Dia tidak ingin rumah tangganya benar-benar hancur.
"Take down semua berita tentang Raina. Kerahkan semua kemampuanmu untuk melakukan itu, Kenan. Aku tidak ingin ada lagi masalah sampai membuktikan kalau janin itu bukanlah anakku," perintah Bram pada asisten pribadinya.
"Baik, Tuan. Saya akan segera melakukannya."
Sesampainya di apartemen, Raina menunggu Bram di lobi. Perempuan itu telah mengetahui tempat tinggal Bram. Dia memutuskan untuk menunggu hingga pria itu pulang ke apartemennya.
"Kita perlu bicara, Bram. Kau harus menikahiku, Bram. Anak ini butuh ayahnya!"
"Tapi, bukan aku ayah dari anak yang kamu kandung. Jangan sembarangan menuduhku," balas Bram yang sudah lelah dengan drama yang dimainkan oleh Raina.
"Kamu bilang, kamu mencintaiku. Kamu akan menikahiku bila Cassie menginginkan perpisahan. Tapi, yang kamu lakukan berbanding terbalik dengan perkataanmu," gumam Raina yang mulai menangis.
Bram menghela napas. Dia mengingat dengan jelas semua janji yang diucapkan pada Raina.
"Aku tahu, aku pria paling bajing4n. Akan tetapi, aku sudah menyadari cintaku pada Cassie. Tolong Raina. Aku ingin menyudahi semua ini. Aku hanya kasihan padamu selama ini. Fasilitas yang kuberikan padamu karena kita adalah sahabat. Tolong, biarkan aku bahagia dengan Cassie," ujar Bram.
"Tidak! Kamu adalah ayah dari anak ini. Kamu harus menikahiku!" Raina mendekat pada Bram, tetapi pria itu menghindar.
"Kalau kamu terus seperti ini, aku akan melakukan semua cara agar kamu pergi dari hidupku!" tukas Bram kemudian pergi meninggalkan Raina yang mematung.
Raina mengepalkan tangannya. Dia tidak percaya Bram sudah beralih mencintai istrinya sendiri. Baginya, Bram adalah tambang emas. Tidak ada yang boleh memiliki Bram selain dirinya. Termasuk Cassie.
"Lihat saja, Bram! Aku akan mendapatkan dirimu. Cepat atau lambat kita akan bersama dan kamu akan menceraikan Cassie," gumam Raina menatap punggung Bram yang menjauh.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca...
Dan juga keluarga Adrian kenapa tdk menggunakan kekuasaannya untuk menghadapi Rania yg licik?? dan membiarkan Bram menyelesaikannya sendiri?? 🤔😇😇
Untuk mendapatkan hati & kepercayaannya lagi sangat sulitkan?? banyak hal yg harus kau perjuangan kan?
Apalagi kamu harus menghadapi Rania perempuan licik yg berhati ular, yang selama ini selalu kau banggakan dalam menyakiti hati cassie isteri sahmu,??
Semoga saja kau bisa mendapatkan bukti kelicikan Rania ??
dan juga kamu bisa menggapai hati Cassie 😢🤔😇😇
🙏👍❤🌹🤭
😭🙏🌹❤👍