Dealova, Transmigrasi Ke Tubuh Petanì

Keesokan hari nya, di pagi buta Dealova dan Kakak Antony sudah bangun..

“Kak, aku akan memroses kerupuk nya, Kakak yang menyiapkan shorgum yang akan dibawa Pak Nico ya..” ucap Dealova yang baru saja melipat kain selimutnya.

“Iya Ma, tapi aku mau lihat sebentar cara Mama membuat kerupuk.. Mama dulu kok tidak pernah mencoba membuat tepung dan kerupuk, padahal kita kan punya banyak singkong.. “ ucap Kakak Antony sambil menyalakan lampu pelita.. Sedangkan Anjel dan Jendro tampak masih pulas tidur nya.

“He... he... he.. mungkin ide baru datang sekarang ini Kak..” ucap Dealova sambil bangkit berdiri.. Kakak Antony sambil membawa lampu pelita berjalan di belakang Sang Mama.

Setelah kedua nya cuci muka , cuci tangan dan gosok gigi. Mereka berdua mulai berada di ruang depan. Dealova membuka waskom waskom yang berisi ampas singkong yang sudah diberi bumbu dan difermentasi semalaman.

“Ini buat cetakan nya, alat alat sederhana.” Ucap Dealova sambil menaruh tatakan tatakan gelas dan tutup tutup gelas di atas tikar dan sebuah gelas air mineral yang dilubangi bagian bawah nya..

“Ooo .. ini Mama buat sendiri ya..” gumam Kakak Antony sambil memegang dan mengamati gelas air mineral yang ada lobang lobang di bagian bawahnya..

“Iya, hanya gampang saja.. ini adonan ditaruh di dalam terus dikeluarkan lewat lobang lobang itu, adonan yang muncul ditadah di tatakan dan tutup gelas yang dibalik..” ucap Dealova sambil menyendok adonan dan di taruh di dalam gelas air mineral yang sudah dilubangi, lalu ditekan tekan..

“Wowww iya Ma.. jadi terbentuk macam kerupuk di warung warung itu..” ucap Kakak Antony saat melihat adonan yang sudah berada di atas tatakan gelas..

“Iya Kak, dibentuk sedemikian rupa agar tampak bagus dan rapi.. ini baru pertama mungkin belum begitu rapi.. tak apa nanti kalau belum rapi kita makan sendiri.. he.. he..he..” ucap Dealova sambil terus mencetak adonan di atas tatakan dan tutup gelas..

“Aku juga mau coba buat Ma, kalau sudah tidak ada panen an aku kan bisa bantu buat Ma..” ucap Kakak Antony sambil mengambil satu gelas air mineral yang lain nya. Dealova memang sudah membuat tiga gelas air mineral yang dilubangi.

“Iya Kak, coba latihan dulu.. jelek sedikit di awal tidak apa apa.. aku sudah beli tatakan dan tutup gelas banyak..” ucap Dealova sambil terus mencetak..

“Wah Mama sekarang keren, bisa membuat tepung dan membuat kerupuk..” ucap Kakak Antony yang semakin bangga dengan Sang Mama..

“Iya semoga laku dan kita dapat banyak uang..” ucap Dealova..

Dan setelah semua tatakan dan tutup gelas sudah semua terisi adonan yang sudah terbentuk. Dealova bangkit berdiri..

“Sudah seleaai Ma? Ini adonan masih banyak?” Tanya Kakak Antony sambil menatap Sang Mama..

“Belum Kak, itu dikukus dulu, setelah dikukus baru dijemur sampai kering, bisa disimpan lama kalau mau dimakan tinggal digoreng saja. Sekarang kalau Kakak mau ke kebun tidak apa apa, Kakak sarapan kue ya. Tapi tolong nyalakan tungku dulu he... he... he..” ucap Dealova sambil nyengir dan tertawa kecil sebab dia masih saja kesulitan menyalakan api tungku.

“Iya Ma.. biar adik adik tidak terbangun karena mendengar suara Mama terbatuk batuk.. he... he... he...” ucap Kakak Antony sambil tertawa kecil.

Setelah Kakak Antony menyalakan api tungku. Dia sarapan kue yang masih banyak dan segera keluar rumah untuk menyiapkan shorgum yang akan dibawa Pak Niko. Sedangkan Dealova melanjutkan memroses membuat kerupuk singkong.

Waktu pun terus berlalu, Anjel dan Jendro setelah bangun pun ikut membantu menata kerupuk kerupuk yang sudah dikukus di taruh di atas nyiru untuk dijemur.

“Kita punya banyak sekali kerupuk ya Ma..” suara imut Anjel sambil tangan mungil nya menata kerupuk kerupuk.

“Puk... puk... nas.. nas...” celoteh Jendro sambil mengibas ngibaskan tangan mungil nya setelah memegang kerupuk di atas tatakan yang baru diturunkan dari dandang.

“Jendro duduk di depan saja, makan kue, bantu bantu nya besok.” ucap Dealova dan segera mengusap usap telapak mungil Jendro yang baru saja kepanasan. Dan menuntun Jendro ke luar dari dapur.

Kakak Antony pun sudah siap akan pergi ke sekolah lebih pagi karena dia akan berjalan kaki sebab belum bisa naik sepeda dengan lancar meskipun sudah diajari Dealova di waktu waktu senggang..

“Ma aku berangkat ke sekolah dulu ya..” ucap Kakak Antony sambil mengulurkan tangannya untuk mencium tangan Sang Mama..

“Iya Kak, Pak Niko belum datang berangkat lah dari pada terlambat kita tidak tahu kapan Pak Niko datang nya.” Ucap Dealova sambil mengulurkan tangan nya..

Akan tetapi tiba tiba terdengar suara guk guk menggonggong dan berlarian ke arah depan.. bersamaan dengan itu terdengar suara motor..

“Ma, apa itu Pak Niko ya? Coba aku lihat ya Ma..” ucap Kakak Antony segera turun dari rumah panggung.. Dia segera berlari menuju ke pintu pagar..

Saat sampai di pintu pagar, Kakak Antony tampak sangat kaget karena melihat dua orang laki laki dewasa di atas motor yang sudah berhenti nyala mesinnya.. satu orang yang sudah dia kenal sedang satu orang nya belum dia kenal..

“Om Patrik...” sapa Kakak Antony..

“Iya Antony, aku diajak Pak Stanis untuk kerja di sini.” Ucap Om Patrik orang yang sudah dikenal oleh Antony.

“Buka pintu pagar nya, Aku Stanis tukang nya Pak Kades yang akan membuat pagar dan rumah guk guk itu.” Ucap laki laki setengah baya yang belum dikenal oleh Kakak Antony.

“Oo iya iya Pak.. tadi saya kira Pak Niko yang akan mengambil shorgum.” Ucap Kakak Antony segera membuka pintu pagar..

“Masuk saja Pak, Om.. Mama di rumah sedang membuat kerupuk..” ucap Kakak Antony lagi..

“Mama kamu makin hebat ya An.. “ ucap Om Patrik yang melangkah masuk, sedang Pak Stanis menjalan kan motor nya masuk ke dalam kebun.

“Iya Om, Mama ku semakin hebat dan pintar meskipun agak lupa ingatan.. jadi harap maklum kalau nanti agak lupa dengan Om Patrik.. Kalau begitu aku akan berangkat ke sekolah Om, karena Pak Niko belum datang jadi aku harus jalan kaki..” ucap Kakak Antony yang sudah menaruh buku tulis nya di belakang tubuhnya diselipkan di pinggang celana seragam nya.

“Aku antar kamu pakai motor Pak Stanis saja An.. biar cepat..” ucap Om Patrik yang selanjutnya bertepuk tangan keras sambil berteriak memanggil Pal Stanis yang menjalankan motor pelan pelan..

PLOK

PLOK

PLOK

“PAK STANIS... TUNGGU!” teriak Om Patrik dengan kencang meskipun teriakan nya masih kalah kencang nya dengan teriak an si Anjel..