Notes : zona dewasaaaaaa!
“Om nikahin temenku ya? Ntar dapet istri sekaligus anak di hari pertama kalian menikah!”
Ide gila yang muncul dari Tari, membuat masa depan Lea yang hancur lebur menjadi indah.
Siapa sangka? Luca, pria yang Lea nikahi sebagai ayah darurat dari janinnya, telah merubah kehidupannya menjadi lebih berwarna dan berarti.
Akankah Luca menutup mata dengan siapa ayah kandung dari janin di perut istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Hotel Oleander
...“Terus, gimana dengan reservasi hotel? Besok? Di Hotel Oleander?” — Eleanor Lunette...
Di ruangan yang luas dan mewah itu, entah kenapa oksigen seperti sulit sekali rasanya untuk di hirup. Entah karena Lea saat itu sedang duduk berhadapanan dengan Sherly, atau memang karena ruangan itu pengap? Atau ... karena situasi kacau yang terjadi beberapa saat yang lalu.
“Jadi, kapan kamu terima amplop ini?” tanya Luca yang saat itu sedang duduk bersebelahan dengan Lea di sofa ruang kerjanya.
“Kemaren.” Lea menjawab suaminya dengan nada ketus. Emosinya yang belum stabil, membuat dadanya terlihat naik turun. Andai ia tak memikirkan kondisinya yang sedang hamil saat itu, pasti rambut Sherly sudah ia jambak sejak awal.
“Kamu, Tari,” Luca menatap tajam ke arah keponakannya, “ini yang kamu maksud kemaren di balkon?”
Tari mengangguk dengan ekspresi yang berusaha terlihat tangguh, meski jauh di lubuk hatinya, ia takut dengan tatapan pamannya itu. Tapi, demi Lea, sahabat sekaligus tante iparnya, ia mencoba untuk terlihat tangguh dan berani di depan Luca.
Luca menghela nafas berat. Ia meraih tangan istrinya yang saat itu sedang mengepal di atas sofa, kemudian ia genggam tangan tersebut dengan niat ingin menyejukkan lahar panas yang sedang meledak-ledak di dada istrinya.
“Sher, ada yang mau kamu sampaikan?”
"Loh kok dia? Kenapa bukan aku yang Kakak tanya?" Lea menyemprot suaminya karena kesal. Bukan dirinya yang seharusnya pria itu suruh sampaikan keluh kesah, malah wanita itu yang suaminya dahulukan!
"Okay, ada yang mau kamu sampein dulu, Sayang?" tanya Luca lembut.
"Nggak jadi. Udah lupa." Lea menjawab malas karena sudah kesal lebih dulu. "Kan Kakak suruh dia duluan."
Luca menghela nafas melihat kelakuan istrinya. Tapi tak masalah, toh saat ini istrinya sedang salah paham. Luca pun menatap Sherly dan memberi isyarat mata untuk menyuruh wanita itu bersuara.
“Sebelumnya, saya minta maaf,” Sherly membuka pembicaraan dengan ekspresi yang gugup dan penuh dengan rasa bersalah. “Kelakuan saya selama ini memang cukup membuat siapapun salah paham.”
“Jujur, sejak awal saya memang mengagumi sosok beliau yang pekerja keras dan membumi, walaupun keturunan dari pemilik perusahaan ini.”
“Tapi saya sadar kalau beliau tak tergapai karena tak setara dengan kedudukan saya."
Mendengarkan kejujuran Sherly, membuat Lea semakin melotot dan tangan kanannya yang sedang di genggam Luca semakin mengepal dengan keras.
Bahkan Luca saja tak menyangka kalau Sherly akan mengatakan hal itu. Ia yang selama ini tak acuh dengan kepedulian Sherly terhadapanya, menjadi terkaget-kaget. Ia pikir semua itu murni karena sebatas pekerjaan?
"Tapi, semua itu sepenuhnya karena tanggung jawab pekerjaan. Saya nggak punya niat lain saat berada di samping Pak Luca.” Sherly menangkap tatap penuh perlawanan dari istri atasannya itu.
“Dan untuk kejadian tadi, saya lagi membersihkan lantai yang tertumpah karena keteledoran saya saat ingin meletakkan gelas di atas meja Pak Luca.”
"Saya refleks mengambil tisu dan langsung mengelap lantai. Selain itu karena saya takut, sebagai sekretaris tapi tidak bisa berhati-hati."
“Tapi saya nggak membersihkan paha Bapak. Saya hanya mengelap air yang tertumpah di lantai menggunakan tisu.” Sherly melambaikan kedua tangannya.
“Saya sudah tunangan kok,” Sherly memamerkan cincin yang kini melingkar di jari manisnya. “Dan tunangan saya juga ada di—”
Tok! Tok! Tok!
Semua mata tertuju ke arah daun pintu.
“Permisi.” Sosok pria terlihat di balik daun pintu yang sesaat tadi berbunyi.
“Andre?” Luca menatap pria yang saat itu perlahan memasuki ruangan dengan gagah, namun dengan langkah yang penuh rasa bersalah.
“Selamat pagi Pak Luca, Nyonya,” Andre menyapa kedua orang berpengaruh di depannya. Kemudian ia melempar senyum ramah ke arah Tari.
“Saya minta maaf untuk kesalah pahaman yang dilakukan oleh Sherly, tunangan saya.”
Tari dan Lea melirik jari Andre. Benar, ada cincin yang mirip dengan cincin yang dipakai oleh Sherly.
Luca memberikan isyarat tangan kepada Andre agar pria itu duduk di sofa dan bersebelahan dengan Sherly.
“Dari mana kamu tau?” bisik Sherly ke tunangannya dengan tatapan yang penuh penasaran.
Andre tak menjawab. Ia malah menggenggam tangan tunangannya di depan semua orang. Seolah genggaman itu menyiratkan arti, 'tenanglah, ada aku di sini.'
Melihat apa yang ada di depan matanya saat ini, membuat Lea bimbang dan hatinya dibuat terombang ambing. Apakah ia bisa sepenuhnya mempercayai apa yang ada di depan matanya sekarang? Atau … semua itu hanya sandiwara? Tapi, jika semua itu sandiwara, bagaimana bisa Sherly dan Andre bisa mengenakan cincin yang sama di saat yang sama?
“Terus, apa maksud dari foto-foto itu?” Lea menunjuk ke arah foto yang tergeletak di atas meja kaca yang menjadi penengah antara mereka berlima.
Sherly mengambil foto di mana ia sedang membetulkan dasi Luca. “Waktu itu, Pak Luca sedang di kondisi buru-buru untuk bertemu client. Karena terlambat dan sudah tak memungkinkan untuk ke toilet, jadinya saya inisiatif membetulkan dasi beliau.”
“Saya ingat betul situasi di foto ini. Dan karena ada di kantor, kita bisa melakukan pengecekan cctv.”
Lalu, Sherly mengambil foto yang sedang memegang lengan Luca. “Untuk foto ini, saya benar-benar nggak nyangka kalau fotografernya bisa mengambilnya dengan sangat bagus, sampai membuat salah paham.”
“Waktu itu saya sudah berkali-kali memanggil Pak Luca, tapi beliau tidak mendengarkan. Jadi saya berusaha mempercepat langkah dan menahan lengannya tanpa sadar. Karena itu tindakan refleks.”
Lea menatap penuh rasa curiga dengan apa yang dikatakan oleh Sherly. Kemudian ia menatap suaminya yang ada di samping dengan tatapan yang sama.
“Kamu ingat kejadian ini kapan?” Luca menanyakan kepada Sherly.
“Minggu lalu, Pak.”
“Kok bisa inget sampe se detail itu?” Tari yang sejak tadi diam, tiba-tiba nyeletuk. Pasalnya, semua situasi yang ada di foto itu, bisa di ingat oleh sekretaris pamannya.
“Kalung.” Andre menjawab kecurigaan Tari dengan menunjukkan kalung yang dikenakan Sherly di foto. “Sehari sebelum kejadian, saya menghadiahkan Sherly kalung. Dan kalung ini baru saya beli minggu lalu.”
“Di mutasi bank saya masih—”
“Terus, gimana dengan reservasi hotel? Besok? Di Hotel Oleander?” potong Lea yang sempat mendengarkan obrolan Luca dan Sherly kemaren.
Luca menatap istrinya. Tapi ada baiknya juga ia menjawab panggilan Sherly di depan Lea semalam. “Oh. Itu saya yang nyuruh untuk mentraktir karyawan makan. Karena mereka nggak bisa hadir di resepsi pernikahan kita yang private.”
“Maaf karena telat memberitahukan hal ini,” sesal Luca membuat istrinya menjadi salah menafsirkan pembicaraan dia dan Sherly.
Ucapan Luca membuat Lea menganga. Ia tak menyangka kesalah pahaman ini menjadi semakin kemana-mana dan membuat ia terlihat kekanakan dalam menanggapi foto itu. Tapi, siapapun yang ada di posisinya saat itu, pasti akan melakukan hal yang sama bukan?
...🌸...
...🌸...
...🌸...
...Bersambung …....
bukannya jihan itu pacar gerry yg selingkuh..
bukannya istri noah atau mama tari namanya kinan???
❤❤❤❤❤
kasihan kalo kuca terpisah ama Lea..
inisial namanya aja udah sama lhoooo..
emang udah jodohhh.
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
moga2 masih hidup..
dan segera bersatu ama Lea..
❤❤❤❤❤
suaminya msh hidup
apa istrinya ngga tau kalau Luca blm meninggal