Tawanan Dua Mafia
Seorang wanita berlari kencang saat segerombolan pria bersenjata mengejarnya di belakang sana. Rok hitam pendek yang dikenakan wanita itu seakan menari mengikuti kaki jenjang yang terus melangkah cepat. Tapak sepatu high heels berwarna hitam memecah kesunyian malam. Di tangan wanita itu ada sebuah belati yang telah berlumur darah. Dengan nafas terputus-putus wanita itu terus berlari kencang.
"Berhenti Helena!"
Wanita itu menahan langkah kakinya saat tidak lagi menemukan jalan untuk kabur. Tembok yang ada di hadapannya seakan memberi pertanda kalau sampai di sinilah akhir perjuangannya. Segerombolan pria bersenjata itu segera mengepung. Sekumpulan pria itu tersenyum ketika berhasil mengepung wanita berjaket hitam tersebut.
"Kau tidak akan bisa kemana-mana Helena. Menyerahlah." Pria yang menjadi pemimpin kelompok itu terlihat geram. Dia ingin segera menghabisi wanita yang sudah berani membunuh atasannya.
Helena justru mengulum senyum. Meskipun sudah jelas-jelas kematian ada di depan mata dia masih sanggup memasang wajah angkuh. Setidaknya dia tidak akan mati dengan ekspresi wajah yang menyedihkan. Helena melempar belati yang sempat dia genggam di bawah kaki pria itu. Ada tatapan menantang di sana. Dia menarik tangannya dan meletakkannya di pinggang.
"Kau tidak akan berani membunuhku!"
Pria itu tertawa dengan lantang. Apa yang harus dia takutkan hanya seorang pembunuh kecil bahkan Helena tidak memiliki klan apapun untuk menolongnya Helena selalu sendiri dan bahkan memang akan selalu sendiri.
"Tikus sialan sepertimu sangat mudah untuk disingkirkan. Bahkan setelah kau mati nanti tidak ada seorangpun yang akan mencarimu dan menangisimu Helena."
"Suamiku akan membunuhmu jika tubuhku sampai terluka. Lalu dia akan menghabisimu dan seluruh ekor-ekormu ini sampai tidak tersisa satupun jika aku sampai mati," sahut Helena penuh percaya diri.
"Oh ya. Siapa suamimu?"
Helena menata tajam pria itu. Dia seperti benar-benar serius dengan perkataannya. "Aberzio Guineno!"
***
Suara dentingan gelas yang beradu dengan meja kaca membuat Aberzio tersadar dari lamunannya. Pria itu memandang ke gelas whisky yang ada di meja. Tanpa banyak bicara Aberzio meneguk whiskey jenis Isabella's Islay tersebut hingga habis.
"Anda memikirkan Nona Helena lagi, Bos?"
Strike yang merupakan tangan kanan Aberzio terlihat khawatir melihat kondisi Aberzio yang sekarang. Pria berusia 33 tahun itu lebih sering melamun. Bahkan tidak jarang marah-marah tidak jelas hingga menghancurkan semua barang yang ada di hadapannya.
"Bagaimana caranya agar aku bisa melupakannya? Semakin lama aku semakin gila karena terlalu merindukannya." Aberzio beranjak dari kursi bar yang sejak tadi ia duduki. Pria itu berjalan ke sisi samping ruangannya. Ia menghirup udara segar yang masuk melalui jendela. Ada seulas senyum pahit di bibirnya.
"Malam itu aku menghabisi mereka semua karena dia. Tatapan matanya saat kami kembali bertemu terlihat sangat aneh. Dia seperti tidak senang bertemu denganku. Padahal sudah jelas-jelas dia baru saja mengaku-ngaku sebagai istriku."
Aberzio kembali melanjutkan ceritanya. Pria itu tidak pernah bisa melupakan pertemuan demi pertemuan yang pernah terjadi di antara dirinya dan juga Helena. Pertemuan di antara mereka memang selalu saja menyisakan kenangan yang tidak mungkin untuk dilupakan. Sebuah kebahagiaan yang Aberzio sendiri belum pernah merasakan kebahagiaan itu sebelumnya.
"Tapi Nona Helena sudah tiada Bos." Strike mengulang kalimat pahit itu lagi. Meskipun bisa dibilang sudah ratusan kali dia mengatakan kalimat itu untuk membuat Aberzio tersadar.
"Dia masih hidup. Dia ada di sini. Di hatiku." Aberzio memegang dadanya dan meremasnya. Rasanya sakit dan begitu menyesakkan. "Helena akan selalu hidup di hatiku."
***
DORRR
Suara tembakan membuat seorang wanita bersama Celine kaget. Dia baru saja pulang dari supermarket untuk belanja bulanan. Namun di tengah jalan dia dikejutkan dengan pemandangan yang tidak biasa. Dari balik mobil yang terparkir. Wanita itu berusaha untuk mengintip. Dia ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi di sana. Sekelompok orang bersenjata sedang menembak. Beberapa pengawal dari mobil itu terlihat kewalahan. Bahkan beberapa dari mereka tewas karena tertembak.
Perhatian Celine tertuju pada wanita paruh baya yang kini bersembunyi tidak jauh dari posisi Celine berada. Wanita paruh baya itu terlihat ketakutan bahkan seluruh tubuhnya sampai gemetar. Dia juga tidak berani mengintip ke arah pertempuran itu. Tangannya saling terkatup seperti orang berdoa. Celine tahu kalau wanita paruh baya itu membutuhkan bantuannya.
"Nyonya, apa mereka ingin menangkap Anda?" tanya Celine berbisik.
"Nak, tolong Tante. Supir dan pengawal Tante sudah habis terbunuh." Wanita paruh baya itu memohon bantuan Celine. Celine sendiri juga tidak tega meninggalkan wanita paruh baya itu sendirian di sana.
"Ayo, Tante. Ikut denganku. Berjalanlah menunduk seperti ini."
Dia segera memegang tangan wanita asing itu dan membawanya pergi dari sana. Meskipun sedikit kesulitan, tapi wanita paruh baya itu berusaha mengikuti instruksi yang diberikan Celine sampai akhirnya mereka berdua berhasil kabur meninggalkan arena pertarungan tersebut.
Celine segera mengunci pintu apartemennya saat sudah berada di tempat yang aman. "Tante, sekarang Tante sudah aman." Celine menarik tangan wanita paruh baya itu untuk duduk di sofa. "Tante duduklah di sini. Saya akan ambilkan air minum di belakang."
"Terima kasih, Nak."
Dengan cepat Celine bergegas ke dapur. Belanjaan yang sempat ia beli digeletakkan begitu saja di lantai. Celine melirik ke arah sofa sesekali sebelum menuang gelas kosong yang baru saja ia ambil.
Sebenarnya wanita itu tidak tidak tahu harus bagaimana saat ini. Hidupnya saja serba kekurangan. Celine tidak akan sanggup menampung orang baru di apartemennya yang kecil itu. Tapi membiarkannya mati, juga tidak mungkin.
"Tante, minumlah." Celine memberikan segelas air untuk wanita di depannya. Lalu satu gelas lagi dia teguk sendiri. Sesekali wanita itu memperhatikan penampilan sosok yang baru saja dia tolong tersebut. Bisa dipastikan kalau wanita paruh baya itu adalah orang berada. Dari tas yang digenggam wanita itu terlihat bermerek.
"Nak, siapa namamu? Di mana orang tuamu?"
"Nama saya Celine, Tante," jawab Celine dengan senyuman ramah. "Saya tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Saya sendiri."
"Celine? Nama yang bagus. Jadi kamu tinggal sendiri di apartemen ini?"
Celine mengangguk pelan. Wanita itu kembali meneguk minumannya sampai habis. "Apa Tante kenal dengan orang yang ingin mencelakai Tante tadi?"
"Tante tidak mengenal mereka," jawabnya sedih. "Kamu bisa memanggil saya Tante Lyn."
"Tante Lyn?" celetuk Celine pelan.
"Ya, benar."
Celine memandang belanjaannya yang tergeletak di lantai. Wanita itu segera beranjak dari sofa. "Tante, Celine mau ke dapur dulu. Celine akan memasak sesuatu untuk kita berdua."
"Jangan, Celine. Tante juga tidak akan lama di sini. Anak tante akan segera datang untuk menjemput Tante."
"Anak tante?" Lagi-lagi Celine membeo.
"Ya. Tante baru saja mengirim lokasi apartemen ini. Terima kasih Celine, karena kamu sudah menolong tante. Kamu anak yang sangat baik dan sopan. Kalau Tante boleh tahu kamu kerja di mana?"
Celine menggeleng pelan. "Saya baru saja dipecat, Tante."
"Nak, kamu jangan sedih lagi. Bagaimana kalau kamu kerja aja sama Tante?" tawar Nyonya Lyn. Dengan cara ini dia bisa merasa puas karena bisa membalas kebaikan Celine.
"Kerja tante? Kerja apa? Bahkan saya tidak memiliki pengalaman apapun," jawab Celine dengan serius.
"Tidak butuh persyaratan apapun. Kamu hanya perlu menemani Tante saja. Selain itu kamu tidak perlu tinggal di tempat ini lagi. Kamu tinggal di rumah Tante saja ya." Nyonya Lyn tersenyum ramah. Dia berharap Celine mau menerima tawarannya.
"Tapi, Tante ...."
"Apa gaji 50 juta selama sebulan cukup?"
"50 juta?" Celine terbelalak kaget mendengar penawaran tersebut.
"Sepertinya kamu kurang setuju. Bagaimana kalau 100 juta?"
"100 juta, Tante?" teriak Celine kaget. "Sebulan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
TiniE's AcHmaD💏
ya ampuun bahagia bnget dpt notif ini ....😍kangen karya² mu kak sis🤗🤗🤗
cukup menarik diawal cerita...selanjutnya pasti kan banyak kejutan² yg menegangkan
semangat up kak sis👌
2025-03-02
0
Kiki Sulandari
Siapa sebenarnya Helena ?
Apa hubungan Helena dengan Aberizo?
Jangan jangan Tante Lyn ,adalalah mamanya Aberizo nih....
Celine...kau mendapat tawaran gaji Rp 100 juta hanya untuk menemani Tante Lyn dirumahnya....agak mencurigakan,sih....
2025-03-05
0
MissKei
iihhh awal ajaaa sudah bagussssssss... always deh kamu kak author, bgsss ceritanya...🔥😍😍💃
2025-03-02
0