Seorang pembunuh bayaran harus mati ditangan sang kekasih. Namun tiba-tiba dia terbangun di sebuah tempat yang bernama lembah Iblis.
Seperti namanya lembah itu terkenal seram dan penuh dengan misteri. Banyak orang yang masuk kedalam lembah tersebut namun tidak pernah kembali lagi.
Bagaimana jadinya jika seorang pembunuh bayaran di buang ke tempat itu?
Ternyata jasad yang tempati oleh si pembunuh bayaran, adalah putri dari seorang perdana menteri. Gadis itu menjadi korban penculikan sekaligus pembunuhan yang dilakukan oleh orang terdekatnya.
Mampukah gadis itu keluar dari lembah iblis dan membalas semua dendam sang pemilik tubuh?
Baca keseruannya disini🥰🥰🥰🥰. Jangan lupa dukungannya agar bisa semangat dalam berkarya. Terima kasih😘💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuka aliran cakra
Pagi itu Jiang He mulai melakukan pelatihan. Latihan yang aneh dan menyeramkan menurutnya.
Guru Xi menyiapkan gentong yang ukurannya sangat besar dan diletakkan diatas tungku yang menyala. Kemudian beliau meminta Jiang He masuk kedalam gentong tersebut.
"Guru yakin mau memintaku masuk kedalam gentong ini?" tanya Jiang He dengan enggan.
"Kenapa ?ada yang salah?" Guru Xi malah bertanya dengan santai tanpa beban sama sekali.
Jiang He menatap Guru Xi dengan pandangan menyelidik. Ia jadi curiga dengan identitasnya. Jangan-jangan Guru Xi juga merupakan salah satu siluman yang sedang menyamar. Atau mungkin malah bagian dari iblis.
"Guru mau membuatku jadi sup?"
"Sup apaan? Ini merupakan awal untuk membuka seluruh aliran cakra yang ada ditubuhmu. Apa kamu tidak ingin mempelajari kekuatan elemen?"
"Kekuatan elemen?"
"Benar. Setiap orang memiliki jumlah cakra yang berbeda. Cakra itu pula yang bisa mengendalikan setiap elemen yang ada didalam tubuh. Nanti setelah aliran cakramu terbuka , kita akan memulai latihan elemen."
Guru menjelaskan semuanya dengan sabar dan terperinci. Jiang He menyimaknya dengan serius. Setelah itu ia dengan kesadaran diri masuk kedalam gentong.
"Aw...panas!" pekik Jiang He sambil meringis.
"Tahan. Duduklah dengan baik," titah Guru Xi dengan serius.
Sebenarnya ia juga merasa khawatir dengan kondisi Jiang He. Jika gagal Jiang He akan berubah menjadi daging matang yang siap untuk disantap. Guru Xi begidik ngeri.
Guru Xi segera menyalurkan tenaga dalamnya sesuai dengan isi buku yang sudah ia baca. Buku itu merupakan salah satu peninggalan dari sang Dewi yang di berikan pada leluhurnya.
Jiang He merasakan panas yang luar biasa. Ia hanya bisa menahannya seperti yang sudah disampaikan oleh guru Xi. Guru Xi tersenyum puas saat melihat aliran cakra Jiang He mulai terlihat. Bahkan tubuh gadis itu tetap seperti sebelumnya. Tidak ada kulit yang melepuh sama sekali.
Jiang He harus tetap di dalam gentong selama tiga hari tiga malam tanpa keluar sama sekali. Jangankan untuk makan, untuk membuka mata saja tidak ia lakukan.
Wajah Jiang He perlahan berubah menjadi lebih cantik dan segar. Wajahnya lebih putih bahkan dari tubuhnya yang asli. Di dahinya keluar cahaya terang yang perlahan memudar sedikit demi sedikit. Saat cahaya itu hilang sepenuhnya, Guru Xi memintanya untuk keluar dari gentong.
"Kamu boleh keluar. Bajumu sudah aku persiapkan di atas meja, " ucap Guru Xi sebelum menghilang dari tempat itu.
Jiang He keluar dari gentong dengan baju basah yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang menggoda. Ia mengambil hanfu putih yang sudah dipersiapkan oleh Guru Xi. Dia membawanya ke ruangan yang sebelumnya ia tempati dan memakainya si ruangan itu. Ada juga jepit rambut untuk menghiasi rambutnya.
Jiang He benar-benar cantik dan segar. Bagaikan seorang dewi yang turun dari langit.
Jiang He merasa tubuhnya terasa ringan. Semua luka ditubuhnya juga menghilang. Ia tidak menyangka jika Ia bisa keluar dari dalam gentong itu dengan selamat. Padahal Ia pikir akan menjadi setumpuk daging dan tulang yang matang.
Tiba-tiba saja perutnya terasa lapar. Ia segera berjalan menuju dapur.Disana ada tepung gandum dan juga kentang. Ia memutuskan untuk membuat penekuk kentang sederhana.
Ini merupakan pertama kalinya ia masak di dalam tungku. Bentuknya juga sangat sederhana. Jauh beda dengan tungku yang ia ketahui di masa lalu. Peralatan masaknya pun terbuat dari tanah liat.
Percobaan pertama gosong. Namun selanjutnya berhasil dengan sempurna. Baunya membuat perut keroncongan. Tiba-tiba saja Guru Xi muncul dibelakangnya.
"Kamu masak apa? baunya enak sekali?" tanyanya dengan semangat. Jiang he yang sedang fokus sampai terkejut mendengarnya.
"Guru dari mana?"
"Rahasia."
Jiang He tidak marah. Dia memberikan tiga buah penekuk yang sudah matang pada beliau.
"Saya buat penekuk kentang. Kalau ada telur pasti hasilnya lebih baik. Tapi tidak masalah. Masih enak kok, " ucap Jiang He dengan sopan. Ia dengan tulus menganggap Guru Xi sebagai gurunya. Tidak ada keraguan lagi.
Guru Xi menerimanya dengan senang hati. Beliau membawanya ke kursi depan. Kemudian memakannya dengan lahap. Ini merupakan penekuk terenak yang pernah Ia makan. Ia tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk membeli makanan yang rasanya hambar.
Selama ini Guru Xi makan seadanya. Kalau ingin makan enak ia pergi kerumah makan yang ada di ibu kota. Ia bisa melakukan teleportasi ketempat yang diinginkannya asal tempat itu pernah ia tempati.
Jiang He sangat penasaran pada Guru Xi. Dengan kekuatannya ia bisa pergi kemanapun sesuai keinginannya. Tapi kenapa ia malah betah tinggal sendiri di tempat seperti ini?
Ternyata tempat ini merupakan tempat pilihannya untuk menghabiskan masa tuanya. Kenapa sendiri?
Dimana keluarganya?
Guru Xi sudah tidak memiliki keluarga. Kedua orang tuanya sudah meninggal. Anak dan istrinya meninggal saat melahirkan. Tubuhnya dimakamkan di samping rumah.
Sejak saat itu ia tidak punya keinginan untuk hidup. Sayangnya ia masih memiliki tugas yang harus ia kerjakan. Apalagi jika tidak menyangkut urusan Jiang He?