NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Lana

Cinta Untuk Lana

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lidya Riani

Lana, seorang gadis yang tumbuh dalam pengabaian orangtua dan terluka oleh cinta, harus berjuang bangkit dari kepedihan, belajar memaafkan dan menemukan kembali kepercayaan pada cinta sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidya Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 4 Makan Malam Bersama

Lana terkesima, matanya membulat sempurna, mulutnya menganga tak percaya, menatap hamparan makanan lezat yang memenuhi meja makan. Aroma menggoda dari berbagai hidangan menggugah selera, membuatnya seolah berada di surga kuliner. Ia menoleh ke arah Sakha, ekspresinya bertanya-tanya, seolah meminta penjelasan atas pemandangan luar biasa ini.

Sakha, yang melihat ekspresi lucu Lana, terkekeh pelan. Ia sudah menduga reaksi gadis itu akan seperti ini.

"Nek, banyak sekali makanannya," ujar Lana, masih takjub, seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Nenek Yasmin tertawa renyah, melihat ekspresi polos Lana.

"Tidak apa-apa, Nak. Nenek sangat senang. Kamu tahu tidak, ini pertama kalinya Sakha membawa teman ke rumah," ujarnya, matanya berbinar.

Mata Lana semakin membulat mendengar ucapan nenek. "Pertama kali?" bisiknya pada Sakha, tak percaya.

Sakha hanya mengangkat bahu, tak menjawab, lalu menarik kursi untuk Lana duduk. "Ayo, duduk," ajaknya.

Ketiganya duduk di meja makan, Lana masih bingung harus memulai dari mana. Begitu banyak hidangan lezat yang menggoda selera.

"Ayo, ambil, Nak. Kamu suka apa? Ayam goreng mau? Atau udang saus mentega? Masakan Bi Maya lezat-lezat, kamu pasti tidak kecewa," tawar Nenek Yasmin dengan semangat, seolah ingin membuat Lana mencicipi semua hidangan.

Lana mengangguk, tersenyum lebar. Setelah melihat Nenek dan Sakha mengambil makanan, ia pun mulai menyendok nasi ke piringnya. Ia mengambil sepotong ayam goreng yang renyah, perkedel jagung yang gurih, dan sedikit kuah sayur yang harum.

Sambil menikmati hidangan lezat, mereka berbincang-bincang. Nenek Yasmin lebih banyak bertanya pada Lana, ingin tahu lebih banyak tentang gadis itu. Ia menanyakan tentang pekerjaan orang tua Lana, tempat tinggalnya, saudara-saudaranya, dan hal-hal lain yang membuat Lana sedikit tidak nyaman.

Sebenarnya, Lana tidak suka membicarakan keluarganya, karena baginya itu adalah privasi. Namun, ia mencoba menjawab pertanyaan Nenek Yasmin dengan sopan, memberikan jawaban umum tanpa mengungkapkan kondisi keluarganya yang sebenarnya.

"Tadi, saat Nenek pertama kali melihat kamu di ruang keluarga, Nenek merasa familiar dengan kamu. Kamu ingat tidak, apakah kita pernah bertemu?" tanya Nenek Yasmin, matanya menatap Lana dengan penuh harap.

Lana berhenti mengunyah, mencoba mengingat-ingat. Ia merasa pernah bertemu dengan Nenek Yasmin, tetapi tidak ingat kapan dan di mana.

"Maaf, Nek, Lana tidak ingat," ujarnya, merasa bersalah.

"Mungkin Nenek salah ingat. Sudah-sudah, ayo ambil lagi lauknya, Nak. Udangnya kenapa tidak dicoba, enak, lho," Nenek Yasmin menyodorkan udang saus mentega yang terlihat menggiurkan.

"Maaf, Nek, tapi Lana alergi udang," tolak Lana sopan.

"Ya Tuhan, maafkan Nenek, ya. Sakha, kamu kok tidak memberitahu Nenek?" Nenek Yasmin menatap Sakha dengan sedikit kesal.

"Lah, Sakha saja baru tahu," jawab Sakha acuh, mengambil udang yang tadi ditawarkan pada Lana.

"Dasar kamu ini!" Nenek Yasmin menggeleng-gelengkan kepala, tersenyum maklum. "Sakha memang orangnya cuek seperti ini, Lana. Kamu maklumi saja, ya," pintanya.

Lana mengangguk, tersenyum tipis.

Setelah makan malam, Lana bergegas pamit karena hari sudah larut. Nenek Yasmin memanggil Pak Izal, sopir keluarga mereka, untuk mengantar Lana pulang.

Nenek Yasmin mengantar Lana ke pintu keluar. "Nanti main ke sini lagi, ya. Dan jangan kapok belajar dengan Sakha," ujarnya, tersenyum hangat.

"Iya, terima kasih, ya, Nek, untuk makan malamnya. Jadi, aku tidak perlu masak lagi di rumah," kata Lana, tulus.

"Lho, kamu suka masak? Sebentar, memangnya Mama kamu tidak masak, ya?" tanya Nenek Yasmin, penasaran.

"Oh, eh... bukan begitu, Nek," Lana terlihat gelagapan. "Mmmm, maksudnya, orang tua Lana sedang di luar kota, jadi akhir-akhir ini Lana selalu masak sendiri."

"Oh, begitu. Kalau kamu kesepian di rumah, main ke sini, ya. Nenek senang punya teman ngobrol. Kalau Sakha kan pendiam, seperti kulkas dua pintu, dingiiinnnn..." canda Nenek Yasmin, membuat mereka tertawa.

Tiba-tiba, Sakha menghampiri mereka, sudah mengenakan jaket. "Lho, kamu mau ke mana?" tanya Nenek Yasmin.

"Sakha saja yang antar Lana, Nek," ucap Sakha, membuat Nenek Yasmin terkejut.

"Hah, maksudnya?"

"Sakha yang menyetir," kata Sakha, menunjukkan kunci mobil di tangannya.

"Eh, tidak, tidak! Kamu masih Nenek hukum, ya, dilarang menyetir sampai tahun depan, Nenek tidak mau tahu.

Suruh Pak Izal antar Lana, kamu diam di rumah atau ikut boleh, asal jangan menyetir," tegas Nenek Yasmin.

"Nek..." Sakha merajuk, mencoba membujuk. "Aman, kok, tidak akan kenapa-kenapa."

"Sekali Nenek bilang tidak boleh, tetap tidak boleh," kata Nenek Yasmin, final.

Lana, yang menyaksikan perdebatan mereka, hanya bisa terdiam, menggigit bibir, bingung harus berbuat apa.

Akhirnya, Sakha mengalah. Ia tetap mengantar Lana, tetapi hanya menemani gadis itu di kursi belakang, sementara Pak Izal menyetir mobil.

...---------...

"Lagian, kenapa kamu ikut segala, sih? Kan sudah ada Pak Izal yang mengantarku," ujar Lana, sedikit kesal, saat mereka sudah berada di dalam mobil. Suasana di dalam mobil terasa canggung, dipecahkan oleh suara Lana.

"Jadi, kamu tidak mau aku antarkan?" tanya Sakha, nadanya datar, namun ada nada penasaran di sana.

"Bukan begitu... Kamu kan tadi sempat sakit, ini malah keluar malam. Nanti kalau kamu sa..." Lana mengkhawatirkan kondisi Sakha.

"Jadi, kamu khawatir sama aku, nih?" potong Sakha, menoleh menatap Lana dengan tatapan menyelidik.

Lana segera menjauhkan kepalanya, wajahnya memerah.

"Dih, pede!" serunya, bersedekap, membuang muka, dan menatap ke arah jalanan yang diterangi lampu jalan.

"Tidak perlu malu, kalau khawatir, bilang saja," ledek Sakha, senyum tipis menghiasi wajahnya.

"Aku takut Nenek Yasmin khawatir sama kamu. Eh, memangnya kamu bisa menyetir, ya? Sudah punya SIM? Terus, kenapa Nenek melarang kamu menyetir?" tanya Lana, rasa penasarannya memuncak.

"Wah, cerewetnya kumat," komentar Sakha, sedikit geli.

"Ihh, aku serius, Sakha. Kenapa?" desak Lana, tak sabar.

"Tidak perlu tahu," jawab Sakha, seolah membungkam semua pertanyaan Lana.

"Ihh, menyebalkan," Lana mengerucutkan bibirnya, kesal.

Lana tidak mengerti, biasanya ia akan bersikap acuh tak acuh pada orang yang baru dikenalnya. Namun, anehnya, Sakha bisa membuat Lana menunjukkan sisi lain dirinya, sisi yang lebih terbuka dan cerewet.

"Thanks, ya, sudah bantu aku belajar," ucap Sakha tiba-tiba, memecah keheningan. Suaranya terdengar tulus, membuat Lana menoleh.

"Kamu jago mengajar, belajar di mana?" tanya Sakha, penasaran.

"Aku biasa mengajar anak TK dan SD," jawab Lana, singkat.

"Hah?" Sakha terkejut, tak menyangka.

"Dua kali dalam seminggu, aku memberikan les untuk anak tetanggaku," jelas Lana.

"Kamu serius?" tanya Sakha, masih tak percaya.

Lana mengangguk.

"Why?" tanya Sakha, penasaran dengan alasan Lana.

"Why?" Lana mengernyitkan dahi. "Why not?" jawabnya, balik bertanya.

Sakha menghela napas, merasa pertanyaannya tidak akan dijawab.

"Untuk apa kamu memberikan les pada anak-anak itu?" tanyanya, lebih spesifik.

"Hmm..." Lana mengangkat bahu, ragu untuk menjawab.

"Lana?" Sakha masih menunggu jawaban.

"Untuk alasan yang tidak akan kamu punya," jawab Lana akhirnya, nadanya sedikit sinis.

"Maksud kamu?" tanya Sakha, bingung.

"Uang," jawab Lana, singkat dan jelas.

1
Rita Riau
tuh Shaka dengerin betapa baiknya Lana,dan kamu hanya seorang pecundang
Rita Riau
bagus Lana,jgn lemah bikin hidup di Shaka dalam penyesalan seumur hidup
Rita Riau
terlalu bego kamu Lana kalo mau di bodohi oleh manusia seperti si Gani
Rita Riau
hadeeh,,, mampus aja sekalian Sofia ga simpati aq
Rita Riau
udah mau mati baru ingat anak yang rak di inginkan. basi
Rita Riau
takdir benar benar kejam mempermain hidup Alana,,, kasihan Lana,,
Rita Riau
Lana,ga salah kha,,, kamu salah besar kalo membenci Alana,,, yg salah itu bapak nya.
Rita Riau
berarti yg nabrak ayah Shaka sampai meninggal itu si putra ayah Alana. rumit
Rita Riau
kasian Alana, punya ayah tapi seorang pecundang dan memiliki seorang ibu namun lebih bagus ibu ayam,,
Rita Riau
Lana,kamu bersama Shaka aja biar waktu yang membalas semua perbuatan orang tua mu,,
tak bapak tak ibu sama aja dua duanya jahat sama anak sendiri
Rita Riau
ga apa" Sofia terus aja dgn sikap mu yang tak menganggap ada anak mu, akan ada hari balasan karena hukum alam itu berlaku tabur tuai juga nyata
Rita Riau
kasian banget Lana, nanti kalo kedua orang tua datang dgn penyesalan ga usah dipedulikan juga.abai kan
Rita Riau
bahagia kan diri mu Lana walaupun tanpa kasih sayang orang tua mu.
Rita Riau
nyesek banget dgn nasib Lana,,, punya orang tua tapi seperti yatim piatu. bapak ibunya cuma pandai bikin setelah hadir di sia sia kan,,, bener bener orang tua egois,,
Rita Riau
izin mampir ya Thor,,, 🙏
CantStopWontstop
Aku udah jatuh cinta sama cerita ini, semoga thor terus update terussss!
Abadon007
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Coralfanartkpopoaf
Cerita yang menghanyutkan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!