Menjadi wanita single parent untuk anak laki-laki yang ditemukan di depan kosnya saat kuliah dulu membuat Hanum dijauhi oleh orang-orang terdekatnya bahkan keluarganya karena mereka mengira jika anak itu adalah anak Hanum dari hasil perbuatan di luar nikah.
Hanum hanyalah sosok figuran bagi orang di sekitarnya. Terlihat namun diabaikan begitu saja oleh mereka. Walau begitu Hanum tak mempermasalahkannya karena menurutnya cukup ada anak laki-laki itu di hidupnya itu sudah cukup membuatnya bahagia.
Menjadi sosok figuran ternyata terus berlanjut di hidup Hanum saat ia memutuskan menerima permintaan menikah dengan seorang pria anak dari Dekan fakultasnya yang telah membantunya menyelesaikan studynya saat kuliah dulu.
"Bagaimana bisa Mama memintaku menikahi wanita beranak satu itu?!" Pertanyaan berupa hinaan itu terdengar oleh telinga Hanum dari pria yang berstatus sebagai calon suaminya.
Kehidupan rumah tangga yang ia harapkan dapat bahagia ternyata justru sebaliknya karena pria yang telah menjadi suaminya itu hanya menganggapnya sosok figuran yang hanya terlihat tapi tidak dianggap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlihat membingungkan
"Apa Tuan Dio Mahesa yang akan datang?" Tanya Dea.
Hanum mengangkat kedua bahunya. "Aku juga tidak tahu. Tapi sepertinya begitu." Jawab Hanum.
Dea mengangguk-anggukkan kepalanya. "Semoga presentasimu nanti berjalan lancar." Harap Dea.
"Semoga saja." Balas Hanum. Walau bingung dengan permintaan pemimpin perusahaannya kenapa dirinya yang diminta menyampaikan presentasi, namun Hanum mengiyakannya saja karena perintah atasan tidak bisa ditolak.
Saat siang harinya telah tiba, Hanum nampak telah siap untuk menyambut kedatangan anak dari pimpinan perusahaan yang belum pernah sama sekali ia lihat sebelumnya
"Hanum, apa kau gugup?" Tanya Dea pada Hanum.
Hanum mengangguk jujur. "Sedikit gugup karena ini pertama kalinya aku akan bertemu dengan anak Presdir." Jawab Hanum.
Dea tersenyum tipis mendengarnya. Saat ini Hanum pasti berpikiran jika anak dari presdir itu sangat menyeramkan hingga membuatnya begitu gugup seperti saat ini.
"Sudah saatnya aku pergi. Doakan aku kembali dalam keadaan baik-baik saja." Pinta Hanum pada Dea.
"Pasti. Kau pasti bisa melakukannya dengan baik." Jawab Dea sambil menepuk pelan pundak Hanum.
Hanum menganggukkan kepalanya lalu melangkah meninggalkan Dea menuju lift. Saat sudah masuk ke dalam lift, Hanum segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya untuk melihat pesan masuk dari sekretaris Tuan Mahesa.
"Baiklah, Hanum. Kau pasti bisa melakukannya." Ucap Hanum sambil mengepalkan sebelah tangannya. Untuk menambah semangat dari dalam dirinya Hanum pun mengingat senyuman manis dari putra kecilnya. "Divan, doakan Mamah bisa melakukannya dengan baik." Gumam Hanum seraya tersenyum.
Saat sudah berada di lantai lima yang menjadi lantai tertinggi perusahaan, Hanum dibuat bingung saat melihat sekretaris Presdir masih duduk dengan tenang di kursi kerjanya.
"Mbak Nadin? Kenapa masih di sini?" Tanya Hanum saat sudah berada di depan meja kerja Nadin.
"Hanum, kau sudah datang?" Nadin tersenyum menatap Hanum yang tengah berdiri di depannya sambil memegang beberapa lembar kertas di tangannya.
"Emh, ya. Kenapa Mbak Nadin masih di sini bukannya masuk ke dalam ruangan Presdir?" Tanya Hanum.
"Oh ya, kali ini saya tidak ikut masuk, Hanum. Cukup kau saja." Jawab Nadin.
Hanum dibuat bingung mendengarkan jawaban Nadin. Bukannya di setiap ada pertemuan seperti saat ini Nadin diwajibkan untuk ikut? Tapi kenapa kini justru sebaliknya.
Dibalut kebingungan Hanum pun menuruti permintaan Nadin yang memintanya untuk masuk ke dalam ruangan presdir.
Deg
Kebingungan Hanum semakin bertambah saat sudah masuk ke dalam ruangan Presdir matanya menangkap sosok yang sangat tidak asing di penglihatannya.
"Bu Shanty?" Ucap Hanum.
Bu Shanty tersenyum menatap kedatangan Hanum dan meminta Hanum untuk mendekat kepadanya.
"Hanum, akhirnya kau datang juga." Ucap Bu Shanty.
Hanum menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. Ingin sekali ia mempertanyakan untuk apa saat ini Bu Shanty ada di dalam ruangan kerja suaminya, namun Hanum mengurungkan niatnya karena merasa pertanyaannya itu tidak etis untuk dipertanyakan.
"Ayo silahkan duduk dulu, Hanum. Suami dan anak saya masih dalam perjalanan menuju ke sini." Ucap Bu Shanty.
Hanum mengiyakannya lalu duduk di sofa yang berhadapan dengan Bu Shanty.
"Apa hari ini Ibu tidak mengajar?" Tanya Hanum.
"Tidak. Hari ini saya mengambil waktu pulang lebih awal karena ingin datang ke sini." Jawab Bu Shanty.
Hanum mengangguk saja merespon perkataan Bu Shanty. Tak berselang lama pintu ruangan pun terdengar diketuk dari luar.
"Agh, sepertinya mereka sudah datang." Ucap Bu Shanty lalu bangkit dari duduknya.
***
Kalau Cita harus diwaspadai lho Richard kau nanti terjebak ranjaunya Cita
memang selayaknya begitu kamu sedang hamil jadi hatimu damai semoga putrimu kelak mempunyai pribadi sebaik dirimu.