Theodore Sulivan menganggap semua wanita di dunia ini adalah sumber masalah. Masalalu yang memaksanya karena dirinya di khianati oleh sang istri di depan matanya membuat dirinya berubah menjadi sosok pria dingin dan seakan tidak tersentuh.
Namun tiba-tiba dunianya kembali berwarna kala dirinya di pertemukan dengan guru sang putra bernama Hana Pertiwi.
Hana Pertiwi justru takut kepada Theo karena menganggap Theo adalah pria yang menyeramkan sekaligus menyebalkan.
"Call me daddy, baby atau kau akan terus berada dalam cengkraman ku sekaligus penghangat ranjangku" ucap Theo dengan nada dingin namun penuh intimidasi!!!!
Apakah Hana bisa bersama Theo, ataukan Hana malah semakin takut pada pria itu....??????????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Bersembunyi
Keduanya berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Setelah pintu terbuka, nampak lah seseorang yang sangat ingin Hana hindar.
"Hana, apa kabar Nak? Papa rindu sekali. Apakah kamu masih ingat Papa" orang yang datang itu adalah Hartawan Wijaya.
Hana terdiam, sementara Theo memandang rekan bisnisnya sekaligus orang tua kandung sang kekasih dengan tatapan entah.
Hartawan mencoba memeluk Hana, namun Hana menghindar.
"Siapa anda? " tanya Hana.
"Hana, ini Papa, Nak!" jawab Hartawan.
"Saya tidak kenal anda, saya tidak punya Papa!" ucap Hana yang seketika membuat hati Hartawan remuk redam.
"Maafkan Papa, Hana! Papa salah" ujar Hartawan.
"Dulu saya punya Papa, Papa Hadi Permana! Tapi dia pergi setelah melihat Mama saya bersama pria yang entah siapa. Dulu saya punya Papa, tapi itu dulu sekarang bagi saya dia sudah mati" papar Hana.
Tak bisa di pungkiri kadang kala Hana rindu dengan sosok Hartawan yang ia ketahui bernama Hadi Permana itu. Hana selalu bertanya kenapa Hartawan pergi namun tidak pernah kembali dan Kartika selalu berkata bahwa Hartawan pergi bekerja ke Antartika dan tak tahu kapan akan kembali.
"Sayang, sebaiknya persilahkan dulu Pak Hartawan duduk" pinta Theo yang di angguki Hana.
"Tak elok bicara di luar" ucap Hana.
Hartawan lalu masuk kedalam rumah dan duduk di ruang tamu.
"Apa yang ingin anda katakan, Pak? Saya tidak cukup waktu untuk sekedar mendengarkan orang asing" tanya Hana.
Hartawan sudah tak punya kedudukan apapun di hati Hana apalagi cinta kasih seorang anak kepada ayahnya.
"Hadi Permana itu Papa Nak, Maafkan Papa Nak, Papa memalsukan identitas Papa dahulu karena Papa mempunyai alasan yang kuat" ungkap Hartawan.
"Ya itu urusan anda Pak Hartawan! Maaf anda boleh keluar dari rumah saya, jangan membuat Mama saya terganggu" Hana mengusir Hartawan.
"Baiklah Nak, Papa akan keluar. Besok Papa akan lebih keras lagi menemui mu dan Kartika. Maafkan Papa, Nak!" balas Hartawan.
"Pak Theodore, saya permisi" ucap Hartawan.
"Ya silahkan Pak, Hati-hati di jalan" balas Theo.
Hartawan pergi dari rumah Kartika menyisakan Hana yang kembali menangis.
"Hei kenapa menangis lagi? " tanya Theo.
"Aku hanya sedih saja dengan Mama! Kasihan dia harus melewati ini semua" jawab Hana.
Sebenarnya ketika Hartawan datang, Kartika tahu dan ia mendengar apa yang Hana dan Hartawan bicarakan.
"Sayang sebaiknya aku pulang saja, kamu harus istirahat dan tenangin diri kamu. Jangan sedih ya, ada aku" ucap Theo.
Hana mengangguk, ia kemudian mencium bibir Theo sekilas.
"Hati-hati di jalan ya Mas, kabari kalau sudah sampai rumah" balas Hana.
"Iya sayang" ucap Theo lalu pergi dari rumah Hana.
Sepeninggal Theo, Hana segera masuk kedalam kamar Kartika. Hana bisa melihat Kartika masih menangis terisak.
"Ma" ucap Hana.
Buru-buru Kartika mengelap air matanya.
"Kalau Mama masih mau menangis, menangis saja Ma, aku mengerti sekali apa yang Mama rasakan" ucap Hana.
"Han sebaiknya kita cepat-cepat pergi dari sini. Mama yakin, dia akan terus kemari" pinta Kartika.
"Kita mau pergi kemana Ma?" tanya Hana.
"Kemana saja Han, Mama bisa gila kalau terus-terusan seperti ini. Hana sayang Mama kan, Nak? " ucap Kartika dengan lirih.
"Hanya Mama yang Hana miliki Ma! Hana sayang sekali sama. Hana ingin Mama bahagia" balas Hana.
"Kalau begitu kita pergi dari rumah ini. Kosongkan sementara sampai keadaannya tenang" pinta Kartika.
"Rumah Pak Idris yang ada di Sumedang kan kosong, tadi sewaktu ada Papa kamu kemari Mama menghubungi dia dan katanya mengizinkan kita mengontrak rumahnya. Besok kita pergi hanya membawa baju dan surat-surat penting dan jangan sampai siapapun tahu" sambungnya.
"Mas Theo harus tahu Ma! " ucap Hana.
Kartika menggeleng.
"Tidak dengan Theo sekalipun. Hana, tolong akhiri hubungan kamu dengan dia, mumpung belum terlalu jauh Nak! Maafkan Mama bukan bermaksud ingin memisahkan kamu tapi kondisinya saat ini tidak memungkinkan" pinta Kartika.
"Tapi Ma, Hana mencintai Mas Theo! " balas Hana sembari terisak.
"Mama tahu sayang, ini untuk sementara supaya Papamu tidak mencari kita lagi. Kalau Theo tahu kita pergi maka Papamu akan mengorek informasi dari dia. Mama tahu bagaimana sifat Papamu. Dia pria pantang menyerah sebelum mendapatkan apa yang dia mau" ujar Kartika.
"Please, ya sayang" Kartika memohon.
Hana terpaksa mengangguk! Ia tidak mau Kartika menjadi stress dengan masalah ini.
"Maafkan aku Mas Theo! Mungkin ini jalan terbaik untuk kita" ucap Hana dalam hatinya.
"Kalau begitu Hana ke kamar dulu ya Ma mau bereskan baju" ucap Hana.
"Terimakasih Nak, sudah mengerti keadaan Mama" balas Kartika.
Di kamar, Hana menangis! Keadaannya menjadi rumit semenjak Hartawan kembali datang kedalam kehidupan Hana dan Kartika.
Hana juga merasa berat memutuskan hubungan dengan Theo pasalnya ia sangat mencintai pria itu sepenuh hatinya. Namun Hana akan tetap melakukan ini demi Kartika.
Benar kata Kartika jika Hana tetap menjalin hubungan dengan Theo maka sia-sia saja pelariannya. Hartawan akan tetap menemukannya apalagi kini mereka menjalin kerjasama di perusahaan maka akan dengan mudah Hartawan mengulik keberadaan Kartika dan Hana.
Keesokan paginya, Hana sudah selesai membuat semua pesanan bucket bunga. Ia segera mengantarkan kerumah Nurul.
Hana sudah sampai lagi di rumahnya.
"Ayo" ajak Kartika.
Hana mengangguk, walau dalam hati ia berat harus meninggalkan rumah sederhana yang Kartika beli dari hasil jerih payahnya namun Hana nantinya akan kembali lagi ke rumah ini.
Mereka pun berangkat menuju terminal.
"Mau berangkat kemana Bu? " tanya para kernet yang ada di terminal.
"Sumedang, Pak! " jawab Kartika.
"Oh bus jurusan Sumedang mah yang ini atuh Bu, ayo mari masuk" ucap sang kernet bus yang bertuliskan MS atau medal sekarwangi.
Kartika dan Hana pun naik kedalam bus, tak lama bus itu mulai meninggalkan terminal.
..
Di rumah nya Hartawan di kejutkan dengan kedatangan Ibunya, Reta dan sang adik Wulan.
Reta memaksa untuk datang ke Jakarta walau kondisinya masih tidak stabil.
"Untuk apa kalian kemari? " tanya Hartawan.
"Ini masih rumah Ibu, Mas" balas Wulan.
"Ini rumahku! Rumah yang aku beli berdua dengan Kartika. Melihat kalian aku menjadi tambah muak! Kenapa kalian selalu mengganggu ku? " Hartawan berkata dengan murka.
"Tolong ampuni Ibu, Hartawan!.. Hikhikhik" Reta memohon.
"Aku sudah memaafkan Ibu, tapi tidak dengan perbuatan Ibu pada Kartika. Gara-gara kalian, Hana tumbuh dalam rasa benciku. Aku telah mengutuk dia, aku telah mengabaikan keluarga ku sendiri. Gara-gara kalian hidupku menderita" ujar Hartawan sembari menangis.
"Maafkan aku, Mas" ucap Wulan.
"Untuk apa meminta maaf? Kau sadar tidak Wulan, statusmu yang belum bersuami sampai saat ini mungkin karma dari apa yang sudah kau perbuat pada Kartika" ungkap Hartawan.
Wulan langsung menangis, entah semenjak kehadiran Kartika sebagai pembantu di rumah orang tuanya, setiap pria yang datang ke rumah nya selalu menyukai Kartika walau saat itu Kartika tidak dandan dan memakai baju bagus tapi semua pria yang Wulan cintai dan ia bawa kerumahnya selalu melirik kepada Kartika hingga rasa benci pada Kartika semakin membukit tatkala sang kakak, Hartawan yang saat itu baru pulang bekerja dari Jerman begitu tertarik pada Kartika ketika pertama kali bertemu.
Semenjak Wulan terlibat dalam fitnah itu hidupnya terasa berantakan! Ada saja kesialan yang menimpanya apalagi pria-pria yang dekat dengannya selalu mengakhiri hubungan tanpa sebab yang masuk akal.
"Mas jangan mengutuk ku!! Hikhikhik" ucap Wulan.
"Itu fakta!" balas Hartawan.
"Apa kamu sudah bertemu Kartika? " tanya Reta.
"Kartika membenciku, Kartika tak ingin lagi melihat ku dan Hana juga demikian! Kalian puas sekarang melihat hidupku hancur? Puas Bu melihat aku begini? Puas kamu Wulan melihat kakakmu begini?" amarah Hartawan begitu menggebu.
Ia langsung pergi dari hadapan Reta dan Wulan.
"Ibu ingin bertemu dengan Kartika, Wulan" pinta Reta.
"Untuk apa Bu? Kita tidak tahu Kartika dan anaknya di dimana" tolak Wulan.
"Ibu ingin meminta maaf secara langsung dengan dia. Dan Hana adalah cucu Ibu yang tidak pernah Ibu ketahui wajahnya itu artinya dia keponakanmu, Wulan" ucap Reta.
"Tapi kita tak tahu dimana mereka, Bu! " ucap Wulan dengan lesu.
semangat 💪💪💪
trimakasih 🙏👍
sangat candu dgn ceritanya
yg bikin seneng itu ada yg agk"" gila hotnya paling suka klo ada gt"" ny bikin semangat bacanya tetap semangat author 👍👍💪💪