Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 32
Dinda yang berada di samping raffael, ikut melihat ke arah seseorang, yang bersama roy. dia terkejut, karena untuk yang ke sekian kalinya bertemu, dengan kaivan.
Namun dinda tidak berseru, sebab tidak ingin membuat raffael salah paham lagi.
"Om inces. Itu kan, om yang kemalin datang, ke kamalnya Vano." Gevano yang melihatnya pun, ikut mengeluarkan suara.
Raffael, seketika menatap dinda seakan meminta penjelasan atas apa, yang telah di katakan oleh gevano.
"I-itu bisa aku jelaskan, raf." ucap dinda gugup, saat mendapatkan tatapan tajam, dari raffael.
Raffael, menghela nafas kasar. "Kalian masuk saja dulu. Nanti, aku menyusul." ujarnya dingin.
Raffael menyuruh dinda dan yang lainnya masuk, karena tidak ingin membiarkan kaivan lebih lama lagi, menatap dinda.
Jujur raffael merasa cemburu, saat tidak sengaja melihat tatapan kaivan yang terlihat, mengagumi dinda.
Meskipun dinda belum menjadi istrinya, tetap saja raffael tidak rela jika ada laki-laki, yang menyukai ibu dari anaknya itu.
Setelah memastikan dinda dan yang lainnya masuk, kini raffael menatap kaivan dengan wajah datarnya.
Roy yang melihat hal itu pun, hanya menghela nafas kasar. sebab dia tahu, jika sekarang temannya itu sedang kesal.
"Kita bicarakan, tentang kerja sama kita di tempat, lain saja." ucap raffael pergi duluan, tanpa melihat ke arah kaivan.
Roy yang merasa tidak, enak pun mempersilahkan kaivan untuk mengikuti, raffael. dia juga bingung, kenapa raffael bersikap seperti itu pada kaivan?
Tak jauh dari tempat penginapan, raffael memilih sebuah tempat lesehan yang begitu indah, dengan pemandangan pesawahan.
Mereka pun membahas tentang bisnis mereka, di sana dengan baik dan lancar.
Raffael menyetujui kerja sama, yang di tawarkan oleh kaivan pada, perusahaannya. dia pun menyerahkan semuanya pada Roy, untuk mengurusnya.
"Kelihatannya, anda sangat terburu-buru sekali tuan raffael. Apa anda tidak mau menemani saya, untuk sekedar berbincang, sambil menikmati suasana, yang indah ini?" Kaivan, yang melihat raffael hendak pergi segera, mencegahnya.
Raffael melirik sekilas, pada kaivan yang tersenyum penuh arti. "Maaf, itu bukan urusan anda." sahutnya datar.
Kaivan tersenyum sinis, saat mendengar perkataan raffael. baginya sikap raffael sangat menyebalkan, jika saja dia tahu dari awal jika sikap raffael begitu. mungkin dia akan berpikir ulang, untuk mengajukan kerja sama dengannya.
Roy yang merasa jengah pun, menepuk jidatnya karena merasa pusing, saat menghadapi sikap raffael. "Raf, lo kenapa sih?" tanyanya berbisik, kesal.
Raffael menatap tajam Roy. "Lo urus dia. Gue mau pulang!" ujarnya, pergi dari hadapan Roy dan kaivan.
"Tapi, raf... " Roy menghentikan ucapannya, saat melihat raffael menatap tajam. "Ok lah. Silahkan lo pergi. Biar gue, yang temenin pak kaivan." sambung Roy, pasrah.
Bagi Roy, tidak ada gunanya berdebat dengan raffael, saat ini. apalagi sekarang ada kaivan, yang terlihat sedang memperhatikan, mereka berdua.
Raffael pun segera pergi dari sana, untuk menemui dinda dan gevano. dia sangat tidak ingin melewatkan kedatangan dinda, di penginapannya. sebab setelah selesai mengantar gevano, dinda akan kembali ke kosannya lagi.
Roy pun pada akhirnya menemani kaivan, untuk sekedar berbincang ringan mengenai seputar hal, yang random.
"Apa, saya boleh bertanya sesuatu?" Kaivan yang sedang duduk, dan menikmati secangkir kopi, memulai pembicaraan.
Roy pun, mengangguk pelan. "Boleh tuan kaivan. Hal apa, yang ingin anda tanyakan?"
Kaivan tersenyum tipis. "Apa kamu, mengenali perempuan yang bersama, anak kecil tadi?" tanyanya, pura-pura tidak tahu.
Roy nampak berpikir, mencerna pertanyaan kaivan. "Maksud anda, siapa tuan kaivan?" tanyanya bingung.
"Dinda." jawab kaivan, yang membuat Roy terdiam melongo.
Sebab yang dia tahu, jika kaivan dan dinda sebelumnya belum bertemu. namun tanpa Roy ketahui, jika sebelumnya kaivan dan dinda, sudah saling bertemu, bahkan mengenalkan diri masing-masing.
"Oh...Dinda. Kenapa, pak kaivan bisa tahu nama Dinda? Apa sebelumnya, kalian pernah bertemu, atau sudah saling kenal?" Roy yang penasaran pun, langsung memberondong, kaivan dengan berbagai pertanyaan.
Kaivan menggeleng pelan, melihat sikap Roy. dia pun akhirnya, menceritakan tentang pertemuannya dengan dinda.
Bahkan kaivan terang-terangan mengakui, jika dirinya tertarik pada dinda. sehingga dirinya sangat ingin tahu tentang latar belakang perempuan, yang sudah mencuri perhatiannya itu.
"Sebaiknya, anda mencari perempuan lain saja, tuan kaivan. Karena yang saya tahu, dinda sudah mempunyai calon suami. Bagaimana, kalau saya carikan wanita, yang lebih cantik dari dinda? Apa anda mau?" Roy yang sudah mengerti tentang keadaan ini pun, segera mengalihkan pembicaraan.
Kini Roy tahu, jika kaivan sedang mencari informasi tentang dinda sahabatnya. namun tidak semudah itu, mencari tahu tentang dinda pada Roy. sebab dia tidak akan membiarkan hubungan dinda dan raffael hancur, karena munculnya orang ketiga.
Kaivan yang merasa kecewa dengan jawaban Roy pun, tidak lagi bersuara. dia pun memutuskan untuk pergi dari sana, dengan alasan harus menyelesaikan pekerjaan lain.
Roy dengan senang hati, mempersilahkan kaivan untuk pergi. sebab dia juga ingin segera pulang untuk berkumpul, dengan teman-temannya.
*
*
*
Di penginapan raffael...
"Papah sudah pulang." seru gevano, berjalan menghampiri raffael, yang baru saja masuk ke penginapannya.
Raffael tersenyum, kemudian menggendong tubuh mungil gevano. "Bagaimana? Apa kamu suka, dengan tempat ini, vano?" tanyanya , kemudian mencium pipi chubby, gevano.
"Aku suka tempat ini, pah. Tempatnya besal. Bahkan, aku juga bisa main sepak bola, di sini." jawabnya antusias.
Raffael tersenyum, matanya pun melihat ke sekeliling ruangan, seakan mencari sesuatu.
"Papah, pasti cali mamah." ujar gevano, tepat sasaran.
Raffael pun, tersenyum malu. "Anak pintar. Memangnya mamah di mana?"
Gevano pun menunjuk ke arah dapur, yang ternyata ada dinda yang sedang menyiapkan makan siang, untuk semua orang.
Raffael menurunkan gevano dari gendongannya, membiarkannya berjalan-jalan di ruang itu.
"Din, kamu sedang apa?" tanya raffael, menghampiri dinda, yang sedang memasak.
Dinda yang sedang mengiris bawang pun terkejut, sehingga pisau yang digunakannya, mengenai jari telunjuknya.
"Awww...!"
Raffael yang tadinya tersenyum seketika terlihat khawatir, saat melihat dinda terluka, karena ulahnya. "Kamu tidak apa-apa, din?"
Raffael sontak memegang jari telunjuk dinda, yang terluka. dia pun reflek membersihkan darah dinda, dengan mulutnya.
"Raf, apa yang kamu lakukan? Jangan begitu, itu darah, raf. Itu kotor!" Dinda yang merasa tidak nyaman pun, berusaha menjauhkan tangannya dari raffael.
Raffael tidak mendengar perkataan dinda. dia terus menghisap darah, pada jari dinda hingga tidak lagi keluar.
Setelah itu, raffael pun mencuci bersih tangan dinda dan segera mengobatinya.
"Terima kasih, raf." ucap dinda tulus.
Raffael pun, menatap dinda. "Maaf, aku tidak bermaksud membuat mu terkejut, din." sahutnya menyesal.
"Tidak apa-apa, raf. Semua ini salah ku, yang kurang hati-hati. Jadi, kamu tidak perlu lagi meminta maaf." Dinda pun tersenyum, melihat ke arah raffael, yang masih menyesali perbuatannya.
Di saat mereka sedang duduk berdua, gevano dan Roy yang baru saja datang, menghampiri mereka.
"Lagi pada ngapain, nih? Kok berdua saja?" Roy pun menggoda, dinda dan raffael.
Raffael memutar bola matanya malas, saat melihat kehadiran Roy di waktu yang tidak tepat.
"Jali, mamah kenapa?" Gevano yang duduk di pangkuan dinda pun seketika terkejut, saat melihat jari dinda di balut dengan plester.