"Rahasia di Antara Kita" mengisahkan tentang seorang suami yang merasa bahagia dengan pernikahannya, namun kedatangan sahabat masa kecilnya yang masih memiliki ikatan emosional kuat membuat situasi menjadi rumit. Sahabat masa kecilnya itu mulai mendekatinya dengan cara yang tidak biasa, membuat suami tersebut merasa tidak nyaman. Sementara itu, istrinya yang selalu menuntut uang dan perhatian membuatnya merasa terjebak dalam pernikahannya. Bagaimana suami tersebut akan menghadapi situasi ini? Dan apa yang akan terjadi jika rahasia sahabat masa kecilnya dan perasaannya terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Tiba-tiba, seorang nelayan datang berlari ke arah Rendy dan Sarah, wajahnya terlihat sangat khawatir. "Pak, Bu! Aku baru saja menemukan dua anak kecil di pantai, mereka pingsan dan hampir kehabisan napas karena tenggelam!" kata nelayan itu dengan napas yang terengah-engah.
Rendy dan Sarah langsung terkejut, berlari menuju ke arah nelayan itu dengan hati yang berdebar-debar. "Di mana mereka? Bawa kami ke sana! Cepat!" kata Rendy dengan nada panik.
Nelayan itu membawa mereka ke tempat anak-anak mereka terbaring. Rendy dan Sarah langsung merasa lega karena anak-anak mereka ditemukan, tapi juga khawatir melihat kondisi mereka yang kritis. Anak-anak mereka terbaring dengan mata tertutup, kulit pucat, dan napas lemah.
Lidya terlihat khawatir dan bersalah, memandang Rendy dan Sarah yang sedang merawat anak-anak mereka. "Aku sangat menyesal," kata Lidya dengan suara lembut.
Rendy dan Sarah fokus merawat anak-anak mereka, memastikan mereka mendapatkan pertolongan medis yang tepat. "Kita harus segera membawa mereka ke rumah sakit!" kata Rendy tegas. Mereka berdua membawa anak-anak mereka ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Setelah beberapa jam perawatan intensif di rumah sakit, akhirnya kedua anak Rendy dan Sarah dinyatakan stabil dan mulai pulih. Rendy dan Sarah merasa lega dan bersyukur karena anak-anak mereka selamat.
Sementara itu, Lidya berusaha mendekati Rendy dan Sarah untuk menunjukkan perasaannya. Ketika Rendy sedang duduk di ruang tunggu, Lidya mendekatinya dan berkata, "Rendy, aku sangat senang anak-anak kita selamat. Aku tahu aku tidak bisa menjaga mereka dengan baik sebelumnya, tapi aku berharap kamu bisa memaafkan aku."
Rendy memandang Lidya dengan mata yang masih kesal, tapi Lidya terus berusaha mencuri simpati Rendy. "Aku tahu aku salah, tapi aku tidak ingin kehilangan persahabatan kita karena kesalahan ini. Aku berharap kita bisa melupakan ini dan memulai lagi," kata Lidya dengan suara yang lembut.
Sarah yang melihat Lidya berusaha mendekati Rendy, langsung marah. "Bagaimana kamu bisa begitu berani meminta maaf dan melupakan ini semua? Anak-anak kita hampir mati karena kelalaianmu!" kata Sarah dengan nada yang keras dan penuh kemarahan. Lidya terkejut dengan reaksi Sarah dan tidak tahu bagaimana menanggapi kemarahan Sarah.
Lidya terkejut dan terdiam sejenak, tidak tahu bagaimana menanggapi kemarahan Sarah. "Sarah, aku... aku tidak bermaksud seperti itu," kata Lidya dengan suara yang lembut, tapi Sarah tidak mau mendengarkan.
"Kamu tidak bermaksud seperti itu? Anak-anak kita hampir mati karena kamu tidak menjaga mereka dengan baik! Bagaimana kamu bisa begitu ceroboh?" kata Sarah dengan nada yang semakin keras. Rendy mencoba menenangkan Sarah, tapi Sarah tidak mau diam.
"Biarkan aku yang bicara dengan Lidya," kata Rendy, tapi Sarah tidak mau mendengarkan. "Tidak, aku tidak bisa diam. Aku tidak bisa memaafkan kamu, Lidya. Kamu harus bertanggung jawab atas kelalaianmu," kata Sarah dengan nada yang tegas.
Lidya terlihat sedih dan bersalah, tapi tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima kemarahan Sarah. Rendy akhirnya berhasil menenangkan Sarah dan membawanya ke ruang perawatan anak-anak mereka, meninggalkan Lidya yang masih berdiri di ruang tunggu dengan perasaan bersalah.
Lidya mengeluarkan ponselnya dan menekan beberapa tombol, kemudian menunggu seseorang menjawab. Setelah beberapa detik, seseorang menjawab dan Lidya langsung berbicara dengan nada yang rendah dan serius.
"Apa kamu sudah siap untuk melakukan apa yang kita bicarakan sebelumnya?" kata Lidya dengan nada yang tegas. Orang di seberang telepon menjawab dengan singkat, dan Lidya melanjutkan pembicaraan.
"Bagus, aku ingin kamu melakukan sesuatu untuk aku. Aku ingin kamu membuat Rendy dan Sarah percaya bahwa aku tidak bersalah atas kejadian yang menimpa anak-anak mereka," kata Lidya dengan nada yang licik.
Orang di seberang telepon mendengarkan dengan seksama, dan Lidya melanjutkan. "Aku ingin kamu mencari bukti yang bisa membuat Rendy dan Sarah percaya bahwa aku tidak bersalah. Aku ingin kamu melakukan apa saja untuk membuat mereka percaya padaku," kata Lidya dengan nada yang penuh perhitungan.
Setelah selesai berbicara, Lidya menutup telepon dan tersenyum dengan sendirinya. Dia terlihat yakin bahwa rencananya akan berhasil, dan dia tidak sabar untuk melihat hasilnya.
Tiba-tiba, sosok ibu tiri yang tangguh dan berwibawa muncul di hadapan Lidya. Ibu Ratna, ibunda Rendy, berdiri dengan mata yang menyala-nyala karena kemarahan. "Kamu! Kamu yang menyebabkan anak-anak Rendy dan Sarah hampir mati!" kata Ibu Ratna dengan nada yang keras.
Lidya terkejut dan mundur ke belakang, tapi Ibu Ratna tidak memberinya kesempatan untuk berbicara. "Kamu tidak pantas menjadi bagian dari keluarga ini! Kamu hanya membawa malapetaka dan kehancuran!" kata Ibu Ratna dengan nada yang penuh kebencian.
Tiba-tiba, Ibu Ratna mengangkat tangannya dan menampar Lidya dengan keras. "Pelajaran pertama untuk kamu, jangan pernah bermain dengan kehidupan orang lain!" kata Ibu Ratna dengan nada yang tegas. Lidya tersungkur ke tanah, pipinya merah dan sakit karena tamparan Ibu Ratna.
"Kamu harus bertanggung jawab atas perbuatanmu! Jangan pernah berpikir bahwa kamu bisa lolos dari kesalahanmu!" kata Ibu Ratna dengan nada yang keras. Lidya tidak berani melawan, dia hanya bisa menangis dan meminta maaf. Tapi Ibu Ratna tidak mau mendengarkan, dia hanya ingin Lidya merasakan akibat dari perbuatannya.
Sosok lelaki yang datang itu adalah Riko, mantan pacar Sarah. Riko memiliki wajah yang tampan dan percaya diri, tapi ada sesuatu yang berbeda dalam matanya sekarang. Ketika dia melihat Lidya yang masih terkapar di tanah, dia langsung menghampiri Ibu Ratna.
"Bu Ratna, apa yang terjadi?" kata Riko dengan nada yang khawatir. Ibu Ratna memandang Riko dengan mata yang masih menyala-nyala karena kemarahan.
"Riko, kamu tidak perlu ikut campur dalam urusan ini. Ini antara aku dan Lidya," kata Ibu Ratna dengan nada yang tegas. Riko memandang Lidya yang masih menangis, lalu memandang Ibu Ratna.
"Bu Ratna, saya tidak bisa diam saja melihat Lidya diperlakukan seperti ini. Apa yang dia lakukan?" kata Riko dengan nada yang ingin tahu. Ibu Ratna memandang Riko dengan mata yang penuh kebencian.
"Lidya menyebabkan anak-anak Rendy dan Sarah hampir mati. Dia tidak bertanggung jawab dan ceroboh," kata Ibu Ratna dengan nada yang keras. Riko memandang Lidya dengan mata yang berbeda, sepertinya dia tidak percaya apa yang didengarnya.
Tiba-tiba, Sarah dan Rendy datang ke tempat pertengkaran itu, wajah mereka penuh dengan kejutan dan kekhawatiran. Mereka terkejut melihat Lidya yang masih terkapar di tanah, dan Ibu Ratna yang berdiri dengan mata yang menyala-nyala karena kemarahan.
"Apa yang terjadi di sini?" kata Sarah dengan nada yang keras, matanya memandang Lidya dan Ibu Ratna bergantian. Rendy juga memandang Lidya dengan mata yang penuh dengan kemarahan.
Tapi yang membuat mereka lebih terkejut adalah kehadiran Riko, mantan pacar Sarah. "Riko? Apa yang kamu lakukan di sini?" kata Sarah dengan nada yang terkejut, suaranya meninggi karena tidak percaya.
Riko memandang Sarah dengan mata yang berbeda, sepertinya dia tidak berharap bertemu dengan Sarah di sini. "Sarah, aku... aku hanya kebetulan lewat," kata Riko dengan nada yang tidak yakin, suaranya terdengar lemah.
Tapi Sarah tidak percaya, dia melihat ada sesuatu yang tidak beres dalam hubungan Riko dan Lidya. "Lidya, apa yang terjadi? Kenapa kamu begitu dekat dengan Riko? Kamu tahu apa yang dia lakukan padaku dulu," kata Sarah dengan nada yang curiga, suaranya penuh dengan kemarahan.
Lidya memandang Sarah dengan mata yang takut, sepertinya dia tidak ingin mengungkapkan rahasia. "Aku... aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan, Sarah," kata Lidya dengan nada yang tidak yakin, suaranya terdengar lemah.
Rendy tidak percaya, dia melihat ada sesuatu yang tidak beres dalam hubungan Riko dan Lidya. "Riko, apa yang kamu lakukan dengan Lidya? Dulu kamu mencoba menghancurkan Sarah, dan sekarang kamu begitu dekat dengan Lidya? Apa yang kamu inginkan?" kata Rendy dengan nada yang keras, suaranya penuh dengan kemarahan.