Dinikahi Om Dari Sang Penghianat

Mentari pagi menembus tirai jendela kamar keluarga kecil itu. Aluna yang kini berusia 4 tahun, berguling-guling di atas kasur, sambil memeluk boneka kelinci kesayangannya. Alya terbangun lebih dulu, memandangi anak dan suaminya dengan senyum hangat.

Davin tidur dengan wajah tenang, tangannya masih menggenggam tangan Alya dari semalam. Ia lelah karena menyiapkan kejutan ulang tahun pernikahan kemarin, tapi jelas terlihat: ia bahagia.

Alya mengecup punggung tangannya. “Terima kasih untuk segalanya, mas Davin.”

Setelah sarapan bersama, mereka duduk di teras rumah. Angin semilir membawa aroma bunga melati dari taman. Aluna duduk di pangkuan Alya sambil bermain gelembung sabun.

“Sayang,” Davin memulai, “aku dapat undangan reuni keluarga besar minggu depan. Kali ini mereka yang undang langsung kita sekeluarga.”

Alya mengangkat alis. “Reuni keluarga mas?”

“Iya. Dan mereka menuliskan namamu di undangan. ‘Untuk Davin dan Alya beserta putri mereka, Aluna’. Sepertinya keluarga besar sudah benar-benar menerima.”

Alya menggigit bibirnya, menahan haru.

Selama ini, setelah cemoohan dari keluarga Rey, keponakan-keponakan Davin yang suka mengungkit masa lalu, dan Tante Ratna yang sempat menjatuhkannya di depan umum — Alya berdiri tegak. Ia tak pernah mencoba membalas dengan dendam, melainkan membuktikan bahwa ia bisa menjadi istri dan ibu yang luar biasa. Dan hari ini, ia memetik hasilnya.

Satu minggu kemudian.

Di acara reuni keluarga Davin, semua mata menoleh saat Alya melangkah masuk dengan anggun. Gaun krem sederhana membalut tubuhnya, tangan menggandeng Davin dan Aluna di tengah. Tak ada yang bisa menyangkal bahwa mereka adalah keluarga yang utuh dan bahagia.

Alya tidak butuh pengakuan, tapi dia diberi itu hari ini. Hatinya penuh haru dan juga kebagian.

Tante Ratna yang dulu julit, kini menepuk punggung tangannya dan berbisik, “Kamu kuat, Alya. Dan aku salah.”

Alya hanya tersenyum, tak ada dendam. “Terima kasih, Tante.”

Setelah acara selesai, Davin mengajak Alya dan Aluna berjalan-jalan ke danau kecil di belakang vila keluarga. Di sana, ia menunjukkan rumah kayu kecil yang sedang direnovasi.

“Ini hadiah terakhirku tahun ini,” katanya. “Tempat kita menulis kisah baru. Rumah liburan, tempat Aluna belajar naik sepeda, tempat kamu menulis bukumu nanti.”

Alya memeluk Davin dari samping. “Aku tidak tahu harus berkata apa…”

“Cukup bilang kamu bahagia,” jawab Davin lembut.

“Lebih dari bahagia. Aku utuh.” jawab Alya sembari memeluk sang suami dengan penuh cinta.

Aluna berlari sambil membawa ranting. “Papa, Mama, ayo lihat rumah Luna!”

Davin dan Alya tertawa bersamaan, lalu menyusul putri kecil mereka. Masa lalu memang pernah menyakitkan, tapi hari ini mereka berdiri di atas lembar baru — lembar yang ditulis dengan keberanian, cinta, dan kesetiaan.

Mereka tidak lagi sekadar pasangan yang menikah karena pengkhianatan. Mereka adalah keluarga yang tumbuh dari luka, dan kini mekar dalam kebahagiaan.

Dan begitulah akhir dari kisah Dinikahi Om dari Sang Pengkhianat. Bukan akhir dari kehidupan mereka, tapi awal dari cerita baru yang lebih indah lagi.

Semoga semua yang terjadi pada Alya dan juga Davin, dapat menjadi pelayan yang berharga.

Karena tidak semua musibah itu adalah hal yang terburuk. Bisa jadi itu adalah awal dari kebahagiaan kita.

Kita tidak tau apa yang akan terjadi kedepanya, yang perlu kita tau jangan menyerah dan terus berusaha. Yang terbaik

Usaha tidak akan mengkhianati hasil.

Tamat