Dendam Dan Cinta Suami Cacat

"Aku Maura" Ucap wanita itu memperkenalkan dirinya.

Maura?

Rere nampak diam saat mendengar nama yang tak asing itu.

Hingga Rere tersadar jika Maura adalah nama yang Sama dengan nama mantan istri Edward.

"Tidak mungkin ini Maura mantan istrinya Edward, Maura yang itu kan sudah pergi jauh nggak mungkin kembali dengan anak umur tiga tahun juga" Batin Rere yang menolak percaya jika Maura di depan nya adalah Maura yang sama dengan mantan istri sang suami.

Rere mengingat jika Edward sudah menjadi duda hampir 3 tahun dan melihat usia Nuel yang sudah tiga tahun Rere rasa Maura di depan nya bukan lah Maura yang di cintai Edward.

Sedangkan Maura dia nampak melihat Rere dengan wajah yang terlihat kasihan.

"Jadi ini istri baru Edward, kasihan sekali dia pasti monster itu melakukan hal yang akan membuat istrinya takut" Batin Maura dalam hatinya.

Rere tiba-tiba mengulurkan tangan nya pada Maura.

"Akh iya, aku Rere" Ucap Rere memperkenalkan dirinya.

"Hem, senang berkenalan dengan mu Rere. Tapi sayang nya aku tak bisa lama. Suamiku sudah menunggu di luar" Maura yang memang sudah selesai belanja nya akhirnya pergi.

Rere masih melihat kepergian Maura yang begitu cepat.

Dan sekali lagi Rere menepis pikiran nya jika Maura yang barusan adalah Maura mantan istri nya Edward suami nya.

"Semoga saja bukan  Maura yang itu, dia terlalu cantik aku takut mas Edward kembali terjebak dalam perasaan lama nya" Gumam Rere penuh kecemasan di wajah nya.

Karena masih belum selesai dengan belanjaan nya Rere pun akhirnya lanjut belanja lagi.

Dan selesai dengan belanjaan nya Rere pun memilih pulang, Rere pulang hampir sore karena memang dia menghabiskan banyak waktu saat belanja bulanan.

"Bi, tolong bantuin angkat belanjaan ke dapur ya bi" Ucap Rere nampak kelelahan.

"Mau bibi buatin minum seger non?" Tanya bi Ika.

" Boleh Bi sekalian sama pudingnya ya" Balas Rere sambil duduk di sofa.

Bi Ika mengangguk lalu langsung pergi untuk mengambilkan apa yang diminta oleh sang majikan.

Tak lama kemudian Bi ika pun datang membawa minuman dingin dan puding untuk Rere.

" Makasih ya Bi" ucap Rere sambil tersenyum.

"Sama-sama non" balas Bi Ika sambil melengos pergi, tapi belum langkahnya jauh Bi Ika langsung di panggil oleh Rere yang sedang duduk.

"Bi punya foto mbak Maura mantan istrinya mas Edward nggak?" tanya Rere hati-hati.

"Enggak non, kenapa emang nya?" tanya Bi Ika menatap penuh tanda tanya pada Rere.

Rere yang merasa Bi Ika bisa di percaya pun akhirnya menceritakan kejadian saat belanja bulanan tadi dimana dia bertemu dengan wanita yang bernama Maura.

Bi ika mendengarkan dengan seksama, dia sedikit kaget tapi juga lega jika wanita itu adalah Muara, itu artinya Maura tak meninggal karena di bunuh majikan nya.

"Apa dia punya tanda lahir di tangan nya?" tanya Bi Ika.

"Nggak tau bi, mana sempat aku lihat sampai sejauh itu" balas Rere cepat.

"Non Maura punya wajah yang cantik dan lebih ke bule-bulean gitu, pipi nya tirus dan hidung nya mancung banget non" bi Ika menjelaskan seperti apa penampakan wajah Maura.

Dan Rere yang mendengar itu diam karena penampakan wajah yang di ceritakan bi Ika tidak sama seperti yang dia lihat tadi.

"Yang tadi pipi nya gemoy bi, tapi cantik sih sexy juga tapi punya anak" jelas Rere.

"Mungkin hanya sama nama Non, tapi beda orang" kata bibi lagi.

Rere mengangguk saja sambil makan, dan setelah itu bi Ika pun pergi karena masih memiliki pekerjaan.

Rere yang tinggal sendiri memilih bersantai dulu sambil makan puding, setelah itu Rere yang lelah pun masuk ke dalam kamar nya dan mandi.

****

Sore nya Edward pulang dan wajah pria itu nampak tak bersemangat seolah baru saja melewati hari yang cukup berat.

Saat di dalam kamar Edward melihat Rere yang sedang tertidur lelap, melihat itu dia tidak membangunkan istrinya melainkan memilih langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi.

Dan suara gemercik air di dalam kamar mandi membuat Rere terbangun dari tidurnya.

"Jam berapa ini?" gumam Rere sambil mengucek matanya.

Rere melihat sekelilingnya lalu fokusnya kepada jam yang sudah menunjukkan malam hari ternyata sudah jam 9 malam.

"Astaga aku ketiduran, ternyata sudah malam" lanjut Rere sambil bangkit dari tidurnya dan mengubah posisinya menjadi duduk di tepi ranjang.

Suara gemercik air kembali terdengar membuat Rere heran karena tidak biasanya Edward pulang cukup malam.

"Apa dia lembur?" lanjut Rere bertanya-tanya.

Tak lama kemudian Edward pun keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di pinggangnya.

"Kapan pulang mas?" tanya Rere sambil beranjak dari duduknya berniat untuk mengambilkan pakaian ganti untuk suaminya.

Setelah mendapatkan pakaian ganti suaminya Rere pun memberikan kepada Edward.

"Barusan, tadi di kantor ada rapat jadi aku pulangnya terlambat" balas Edward beralasan.

Rere mangut-mangut saja percaya meski dia agak sedikit bingung melihat raut wajah suaminya yang terlihat sedikit berbeda dari biasanya.

Rere berniat bertanya tapi dia pun mengurungkan niatannya karena takut suaminya merasa terbebani dengan banyaknya pertanyaan yang dia lontarkan.

Selesai berpakaian Edward dan Rere pun akhirnya memilih turun ke lantai utama untuk makan malam, selama makan tak ada obrolan yang keduanya bahas baik Rere ataupun Edward fokus dengan makanannya masing-masing.

Hingga akhirnya keduanya selesai makan dan Rere pun berniat kembali ke kamar tapi dia melihat Edward yang malah berjalan ke arah ruang tamu.

"Apa ada masalah? kenapa sikapnya menjadi aneh seperti itu" gumam Rere yang semakin heran dengan gerak-gerik sang suami.

Tidak ada aktivitas lain Rere pun akhirnya memilih ke dalam kamar dan tiduran sambil nonton film di ponselnya.

Sedangkan untuk Edward dia nampak sedang duduk di sofa dengan pandangan yang menerawang ke depan, masih ingat di ingatannya saat bertemu dengan sang mantan istri tadi di restoran mewah.

Edward tak bisa membuang bayang-bayang wajah Maura yang terlihat bahagia bersama seorang pria dan anak kecil.

" Apa itu yang menjadi alasan nya pergi dari kehidupanku?" gumam Edward bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Maura pergi meninggalkan Edward hanya dengan meninggalkan selembar kertas yang berisi jika dirinya ingin mengejar segala sesuatu yang belum pernah dia miliki.

Dan Edward kecewa dengan apa yang Maura lakukan karena wanita yang begitu dia cintai itu malah meninggalkannya di saat dia sedang terpuruk dengan fisiknya yang tidak sempurna.

"Apa karena aku cacat dan dia sempurna sehingga kamu lebih memilih dirinya dibandingkan aku Maura" lanjut Edwar yang masih memiliki banyak pertanyaan untuk sang mantan istri.

Edward masih belum siap untuk menanyakan semua itu karena sulit baginya menerima kenyataan jika dirinya telah dikhianati, apalagi setelah melihat anak kecil yang bersama Maura tadi dan suaminya yang terlihat begitu bahagia.

Semua itu cukup membuat Edward merasa bodoh karena pernah mencintai wanita yang tidak setia kepadanya.