Berawal dari menemani sang kekasih menghadiri acara reuni dengan beberapa teman kuliahnya. Kemy malah dipertemukan dengan mantan pacar 'monyetnya' yang pernah menyakiti dirinya.
"Tumbuh tuh ke atas. Bukan kedepan." ~Uya
Sudah bulat tekad Kemy untuk kembali menghindari mantannya sejak pertemuan mereka beberapa malam lalu, nyatanya tak semudah itu. Sebab Dipta, sang kekasih yang tidak tau menau masalalu Kemy, tanpa sadar seperti memberi jalan untuk dia dan mantannya selalu saja bertemu.
"Sayang ... ini dia Komikus yang akan garap proyek webnovel kamu." ~Dipta
"Hai ... kita ketemu lagi Kemilau ... masih ingat 'kan? Surya."~Uya
Kemilau Nusaena
&
Suryakhan Semesta
Dalam cerita
_Mantan Yang Terkutuk _
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Semut69, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
| 32
"Kaget kan aku bisa tau?"
Kemy jelas terkejut. Bahkan sekarang kewaspadaannya pada lelaki itu semakin meningkat. Kemy khawatir Uya menyelundupkan mata-mata disekitarnya sekarang.
"Tadinya mau aku kembalikan, tapi karena aku udah kepalang kesel, jadi aku jual aja. Lumayan buat aku beliin baju sama tas yang ada di foto itu!" tunjuk Kemy pada foto yang sedang Uya pegang.
Terserahlah. Sudah terlanjur basah, ya sudah mandi sekalian. Kemy terpaksa memuntahkan segala unek-uneknya yang dia timbun sebelas tahun silam pada lelaki itu. Setidaknya dengan begini, beban wanita itu terlepas satu ons.
"Aku minta maaf!" tandas Uya mengunci manik coklat gelap milik Kemy. Inilah waktunya, pikir lelaki itu. "Maaf! Aku baru berani bicara langsung sekarang. Aku tau ini udah nggak berguna. Tapi ... aku cuma mau kamu tau, bahwa saat itu aku nggak pernah bersungguh-sungguh atas semua ucapan dan perbuatanku yang udah nyakitin kamu. Aku melakukannya karena terpaksa," sesalnya.
Kemy tak menyangka bahwa Uya akan menunjukan wajah seperti itu. Dia juga tak mengira bahwa lelaki yang duduk sejajar dengannya kini berani mencurahkan rasa penyesalannya.
Kemy menghargai tindakan Uya yang sudah meminta maaf atas kejadian masalalu. Walau laki-laki itu berkata semua yang dia lakukan atas dasar keterpaksaan, akan tetapi sungguh, Kemy tak ada niat untuk tau lebih jauh lagi lebih dari ini.
Toh semua sudah terjadi. Perasaan yang sudah terlanjur sakit atas sikap pria itu pun tak serta merta menarik traumanya begitu saja. Namun, setidaknya kini Kemy lebih bisa menerima dengan lapang dada.
Ternyata jika dibicarakan seperti ini permasalahan diantara mereka hanyalah sebuah umpan untuk keduanya bersikap lebih dewasa.
"Itu udah berlalu kok. Aku juga udah nggak mau bahas lagi."
"Tapi aku masih dibayangi rasa bersalah, Kemilau. Bahkan terbawa mimpi sampai sekarang. Aku tau, aku jahat. Mulut aku terlalu lancang. Cara aku salah. Semuanya. Aku menyesel! Sangat!"
Kemy terpaku oleh perkataan yang menyiratkan bahwa lelaki itu benar-benar menyesali perbuatannya. Bahkan sampai terbawa mimpi segala?
Ternyata bukan cuma dirinya yang mengalami trauma. Uya pun memiliki luka atas perbuatannya sendiri yang bahkan belum bisa dia tangani.
Kemy jadi berpikir. Jika Uya merasa terluka juga, lantas mengapa dia melakukan itu pada dirinya?
Apa keuntungannya?
"Kalau kamu sampai semenyesal ini dan sampai terbawa ke alam mimpi, lantas kenapa kamu melakukan itu sama aku, Mas?"
Benar. Inilah poin utamanya, pikir Uya.
Mengapa harus Kemy yang jadi korban?
Padahal rasa sakit hatinya berawal dari sikap Cakra dimasalalu yang seolah meremehkannya. Harusnya Uya balas pada lelaki itu saja, dan bukan pada adiknya yang tidak tau apa-apa. Akan tetapi jika tidak begini, Uya tidak bisa bertemu Kemy.
Sangat ironis memang.
"Aku melakukannya karena ingin balas perbuatan Abang," tandasnya.
Kemy tak mengerti. Separah itukan hubungan keduanya dulu?
Jika mengingat interaksi Cakra dan Uya di meja makan tadi, sepertinya tidak ada ciri-ciri serius bahwa keduanya pernah punya kisah menyakitkan.
"Permasalahan kalian separah itu sampai harus bawa-bawa aku?" tanya Kemy. Tidak ada raut emosi disana.
Uya tersenyum masam. Emosi labilnya saat dia remaja dulu sungguh berlebihan ternyata. Uya jadi malu pada dirinya sendiri.
"Aku memang bocah pecundang. Terlalu perasa dan egois," pungkasnya menunduk lemah. "Tapi ... entah kenapa, aku merasa bersyukur sudah mendapatkan atensi dari kamu," aku Uya mengangkat pandangannya ke wajah Kemy.
"Walau dengan cara yang buruk?" timpal Kemy.
Uya mengangguk. "Dan aku langsung mendapatkan karmanya."
"Karma seperti apa?"
"Entah ini karma atau sebuah kutukan ...," Uya menjeda kalimatnya sampai membuat dahi Kemy mengernyit tak mengerti. "You are the best thing that has ever happened to me. And I can’t imagine my life without you, Kemilau."
Kemy mengerjap untuk menatap keseluruhan wajah pria yang dulu pernah mengungkapkan perasaan suka padanya, saat dirinya masih berusia 13 tahun. Wanita itu masih ingat jelas bagaimana pesona lelaki bernama Surya yang sudah berhasil mencuri hatinya untuk pertama kali dalam hidup.
Tatapan disertai pengakuan 'suka' dan ajakan pacaran dari bocah lelaki yang menjadi kakak kelasnya dulu, jelas jauh berbeda dengan sosok lelaki dewasa yang Kemy perkirakan usianya sudah mencapai 26 tahun. Cukup matang.
Tatapan seorang Surya kali ini lebih menuntut seiring pengakuan dari pria itu yang membuat Kemy merasa diperlakukan jauh berbeda dengan yang dulu. Jujur saja Kemy berdebar.
Sama halnya dengan Kemy, Uya tak kalah terkejut saat dia akhirnya berani mengungkapkan perasaanya. Kenyataan bahwa kehadiran Kemilau dalam hidupnya adalah salah satu hal yang terbaik, tentu membuat dirinya tak bisa hidup tanpa wanita itu.
Tidak berlebihan rasanya bagi Uya berkata seperti itu. Sebab dia sudah menunggu momen ini terlalu lama dalam ketidakwarasan yang dia sembunyikan dengan rapi.
Hanya mendapat tatapan sedalam itu dari wanita didepannya tanpa merespon pengakuannya tadi, seketika Uya jadi pesimis. Dia takut di tolak. Sebab jika ungkapan ini tak berhasil, dirinya bingung untuk menghadapi Kemy kedepannya.
Uya berdeham kala suasana berubah menjadi canggung. Dia tidak mau momen pengakuan ini menjadi sia-sia.
"Jadi ... berapa hasil uang yang kamu dapat dari jual ponsel itu?" tanya Uya memecah sunyi.
Dia hanya mencoba mengalihkan suasana yang harusnya romantis agar tak menjadi risky. Anggap saja memberi wanita itu waktu untuk mencerna semua. Uya hanya berharap Kemy bisa mempertimbangkan pengakuannya.
"Eh!" Kemy tak menyangka lelaki itu begitu cepat mengalihkan pembicaraan. Kemy sedikit lega. "Eeem ... Kalo nggak salah ... 400 ribu!" sahutnya tanpa ragu.
"Hah?! Harusnya kamu bisa jual lebih dari itu. Masih bisa dapat tiga kali lipatnya. Jadinya kan kamu bisa beli pakaian yang lebih bagus dan nggak norak kaya gitu," canda Uya dengan tatapan jenaka.
Plak!
Seketika pukulan Kemy mendarat di bahu kekar Uya dengan amat keras.
"Aduh! Kamu kecil-kecil kalau mukul pedes ih!" gerutu Uya sambil mengelus bahunya yang kesakitan akibat pukulan Kemy. Asli sakit.
Kemy tak acuh. "Lebih pedes mulut kamu tuh kalau ngomong. Pake ngatain pilihanku norak," cebiknya.
"Mulut aku nggak pedes. Cobain dulu sini, baru komen," goda Uya dengan maksud lain.
"Paling cuma si Zoya Zoya itu yang bilang mulut kamu manis!"
"Lah, kenapa bawa-bawa dia. Eeiii ... kamu cemburu nih?" goda Uya semakin menjadi.
Kemy jadi salah tingkah. Kenapa juga nama Zoya keluar dari mulutnya.
"Sebenernya, Zoya hampir naksir kamu," beritahu Uya.
Sontak Kemy bergidik. "Ih! Jangan sembarangan ngomong!" tukasnya.
"Serius aku! Zoya itu rivalku sekarang,"
Kemy tak mau menanggapi omongan lelaki itu yang melantur. "Kamu nggak bisa apa punya temen yang normal?" ledek Kemy.
"Aku emang suka sesuatu yang diluar normal. Seperti kamu misalnya,"
Kemy mendelik dan langsung meraih handuk Uya yang tergeletak diatas ranjang. "Dasar jorok! handuk basah bukannya dijemur! Rasain nih!" Kemy hendak menggusak wajah Uya dengan handuk lembab lelaki itu. Akan tetapi,
Uya yang memiliki postur tubuh jauh lebih tinggi dan bertenaga tentu saja dengan mudahnya menangkup lengan Kemy yang hampir saja mengenai wajahnya. Dengan satu tarikan, akhirnya Uya berhasil memerangkap Kemy dalam pelukannya dan jatuh terduduk tepat di atas pangkuannya.
Deg
Deg
Deg
Jantung keduanya berdegup tak beraturan seiring napas mereka yang memburu karena aksi barusan yang kekanak-kanakan.
Kemudian tatapan Kemy menusuk ke arah Uya seiring tubuhnya yang berontak minta dilepas.
"Jangan goyang-goyang!" desis Uya menahan sesuatu yang tiba-tiba saja mencuat perlahan di bawah sana.
Melihat tingkah Uya yang mencurigakan Kemy pun berusaha lebih keras agar terlepas sambil memekik, "Kamu cabul!" tuduhnya. Dan seketika Uya tersadar.
'Bajingan gila!' maki lelaki itu pada dirinya sendiri.
Saat Uya akan melepaskan kungkungannya pada tubuh kecil wanita yang sedang dipangkunya, tiba-tiba ...
"Surya!"
...END SEASON 1...
...•...
...•...
...•...
...•...
...Apa Bersambung aja ya -_-...
mak seeeerrr rasanya mut,, semut
moga ada karya yg lain ya Thor 🙏🥰
mas uya,,,, uuuhhh gregeeettt dah
ntar kesemutan lagi diri ku 🤭😬😍
👍🏻😍😍