XAVIERA TRANSMIGRATION

...Sekecewa apapun diri ini terhadap takdir, aku harap dapat menerimanya dengan baik dan semoga akan datang hal indah di depan sana yang menantiku....

...~Xaviera Transmigration~...

Kening Viera mengerut samar, terlihat keringat nya jatuh bercucuran. Sedangkan Raymond, pria itu terlihat berantakan. Setelah dari ruang dokter tadi, ia benar-benar tidak bisa memikirkan apapun. Ia bingung, marah, sedih tetapi ia-pun tidak bisa marah kepada siapa-siapa. Karena ini kehendak Tuhan, mau seberapa kayanya dia tidak akan pernah mengembalikan jiwa putri kandungnya kedekapannya.

Sampai ia melihat seorang suster yang tergesa-gesa keluar dari kamar putrinya mengakatan jika Viera pingsan kembali. Seketika Reymond berlari ke kamar itu dan mendapati putrinya benar-benar pingsan.

"Bangunlah princess, Daddy sangat membutuhkanmu" gumamnya sambil terus mengecup punggung tangan Viera yang tidak terdapat jarum infus.

Perlahan Viera membuka matanya. "Haus" ucap Viera lirih. Raymond yang mendengar itu langsung mengangkat wajahnya untuk menatap putri tersayangnya. "Mau minum sayang?" Viera mengangguk.

Raymond membantu Viera minum agar tidak tumpah. "Pelan-pelan saja."

Viera menjauhkan gelas itu dari mulutnya. "Sudah?" Viera kembali mengangguk.

"Bagian mana yang masih sakit hm?"

"Pusing" Viera menyentuh kepalanya.

Lantas Reymond memencet tombol disana untuk memanggil Samuel.

Samuel masuk lalu memeriksa Viera. "Nona jangan banyak pikiran ya." Viera mengangguk.

"Terimakasih dan maaf." Viera menundukan kepalanya.

"Kenapa meminta maaf sayang?"

Viera mendongak. "Karena saya bukan Viera, maafkan saya yang dengan lancangnya memasuki tubuh putrimu." perkataan Viera membuat kedua pria itu kaget. Berarti tebakan Samuel benar?

"Apa maksudmu sayang? Viera ini putri daddy."

Viera menggeleng, "Saya Sabrina Angelica, seorang gadis yang entah bagaimana keadaan tubuhku sekarang akibat terjatuh disaat kekasihku menamparku."

Reymond memandang putinya sendu, kenapa takdir mempermainkannya? Jika di depannya ini Brina, lalu jiwa putrinya kemana?

"Kamu benar-benar bukan Viera?" Brina mengangguk. "Lalu kemana jiwa putriku?"

"Eum maaf, jiwa Viera telah berbahagia dengan mommy nya. Dan saya tidak tau apakah saya bisa kembali ke tubuh saya atau-" suara Brina tercekat, ia benar-benar sedih. Dia sangat bersyukur masih di beri kesempatan untuk hidup, tapi bagaimana ia bisa menghadapi kehidupannya dalam raga orang lain? Dan apakah tubuhnya disana baik-baik saja atau sudah meninggal? Ia sungguh bingung.

"Stt tenanglah sayang" Reymond merengkuh tubuh kecil itu dalam pelukannya. Hatinya terasa sakit, sangat sakit.

Samuel yang melihat itu merasa iba, ia lalu pamit keluar untuk memberi waktu untuk ayah dan putrinya itu.

"S-saya sungguh tidak mengerti, bagaimana m-mungkin saya bisa berada di tubuh ini" Brina menangis tersendu-sendu, membuat pria yang mendekapnya itu turut menitihkan air mata.

Reymond menonggarkan pelukannya, terlihat wajah putrinya dengan mata sebam dan hidung yang memerah. Jarinya terulur untuk mengusap air mata yang enggan berhenti turun itu.

"Lihatlah Daddy nak" pintanya. Brina menatap pria di depannya dengan sesekali seenggukan.

"Siapapun dirimu, selama kamu memasuki tubuh Viera, kamu adalah putriku. Putriku Xaviera Brina Sebastiano. Saya juga bingung dan sedih, tetapi kamu bilang jika jiwa Viera sudah berbahagia dengan Ibunya" Reymond menjeda kalimatnya. Terlihat Brina mengangguk.

"Saya tidak khawatir lagi, jadi sekarang putriku yang cantik ini jangan bersedih lagi hem?"

Brina_Viera mengangguk. "Terimakasih karena tidak marah dan mengusirku" ucapnya kemudian.

Dahi Reymond mengerut. "Hei sayang, apa yang kamu pikirkan? Bagaimana mungkin seorang ayah mengusir putrinya sendiri."

"Karena saya bu-"

Reymond menggeleng. "Kamu putriku dan saya adalah Daddy mu. Mulai sekarang panggilah saya dengan sebutan Daddy, mengerti?" Viera mengangguk, Reymond lantas memeluk putrinya sayang.

...⏳...

Disebuah ruangan ber cat abu-abu, terdapat seorang pria muda yang sedang sibuk dengan laptop di depannya. Sampai sebuah ketukan di pintu membuat fokusnya buyar.

"Masuk!"

Seseorang itu masuk, melihat atasanya yang sedang sibuk ia menjadi gugup.

"Katakan!"

"Tuan muda, ada penghianat di bagian pelabuhan. Ia menyelundupkan senjata tanpa ada yang memerintah."

Pria muda yang di panggil 'Tuan muda' itu menghentikan kegiatannya. Ia mendongak menatap asisten pribadinya yang lebih tua dua tahun darinya. "Eksekusi!"

"Baik Tuan muda, saya undur diri."

Pria muda itu mengangguk singkat, setelah asistennya pergi, ia langsung menyandarkan tubuhnya pada kursi.

"Ck berani sekali bermain-main denganku." ucanya dengan smrik andalannya.

Ponsel yang ia geletakan di meja bergetar, lantas ia mengangkat panggilan tersebut. Tertera nama 'Mommy' pada layar ponselnya.

"Iya Mommy" jawabnya lembut, sangat berbeda saat ia berbicara dengan asistennya tadi.

>.<

Please like and comment nya hehe :)