Mantan Yang Terkutuk

Mantan Yang Terkutuk

| 1

"Mas ... kamu yakin nih, aku nggak ganggu acara reuni kamu sama temen-temen kampus kamu?"

Kemy duduk menyerong ke arah Dipta yang sedang mengemudi. Raut wajah khawatir Kemy kentara sekali.

Dipta menoleh sekilas ke arah kekasihnya. "Mulai deh. Kamu gak usah khawatir, Yang. Mereka juga pada bawa pasangan kok. Santai aja," sahut pria berwajah maskulin itu dengan senyum manis yang menular.

Sudah tiga kali Kemy bertanya perihal yang sama pada Dipta hari ini; saat Dipta menelepon untuk menjemput, ketika Dipta sudah sampai di tempat kost wanita itu dan sekarang saat keduanya berada di dalam mobil menuju tempat acara diadakan.

Kemy hanya merasa takut jika dirinya akan menjadi kambing conge diantara para teman lelaki dari kekasihnya itu. Sebab yang Kemy tau, acara kumpul-kumpul bersama teman lama akan lebih asik jika hanya dengan orang-orang yang satu frekuensi saja.

Dan Kemy tidak yakin dirinya akan mampu berbaur, mengingat usia Dipta yang lebih tua tiga tahun dari Kemy. Selain itu mereka juga berkuliah di Universitas yang berbeda dan secara otomatis sirkel pertemanan mereka pun tidak sama.

Semoga saja teman-teman Dipta adalah orang-orang yang asik dan baik. Kalau tidak, Kemy lebih memilih untuk pura-pura sariawan. Begitu rencananya, seperti yang pernah disarankan salah satu sahabatnya. Tiara.

Ah! Mengingat nama itu, tiba-tiba saja Kemy jadi rindu. Dengan kesadaran penuh, Kemy pun merogoh ponsel di dalam mini sling bag-nya dan mulai membuka grup chat yang hanya berisikan dia dan kedua sahabatnya. Tiara dan Kanya.

...----------------...

^^^"Bestieeee!!! Kita nongki sambil rumpi nyoook?"^^^

Ara-Chan : [Cus Beiiib. Only Us, right! No kaum patriarki 😏]

^^^"👩🏻‍🦰👩🏻‍🦰👩🏻‍🦰 👌"^^^

Kanya : [ K. jadwal nyusul]

...----------------...

Kemy tersenyum riang melihat percakapan singkat yang disambut baik oleh kedua sahabatnya itu. Si lebay Ara dan si to the point Kanya. Begitulah pandangan Kemy terhadap kedua teman dekatnya yang sudah bersama selama hampir delapan tahun itu.

"Chating sama siapa? Sampe senyum-senyum gitu ...," tanya Dipta yang mencuri pandang ke arah sang kekasih yang sibuk dengan gawainya.

Kemy memasukan kembali ponselnya yang memiliki casing berwarna merah muda, dengan bentuk yang mirip 'kemasan susu kotak' itu ke dalam tas kecil dipangkuannya. Lalu menatap Dipta dengan antusias.

"Ara minta kumpul-kumpul, Mas." Kemy sengaja berbohong. Hal ini dia lakukan agar Dipta tidak banyak tanya ini--itu. "Tapi ya gitu deh, cuma aku, Ara sama Kanya." tekan Kemy.

"Oh ... Oke! Apa perlu aku sponsori buat reservasi tempat pertemuan kalian. Biar nyaman?"

Aaah, inilah Pradipta Cavero. Cowo royal dan bukan kaum 'Adam' yang rewel apalagi curigaan. Positif terus pikiran lelaki yang tahun ini usianya genap 27 tahun itu. Alasan inilah yang membuat Kemy awet berpacaran dengan Dipta selama 16 bulan ini.

"Makasih ya Yayangnya aku, udah peduli sampe segitunya," Kemy mengelus gemas rambut halus yang tersebar rapi di sepanjang rahang kekasihnya,

ugh! Macho.

...----------------...

Kemy sebelumnya sudah diberitahu oleh Dipta bahwa pertemuan itu akan dilakukan disebuah Villa. Akan tetapi wanita itu tidak menyangka bahwa Villa yang dipilih Dipta sangat terasingkan dari bangunan lain. Bahkan hampir ke pelosok Bandung.

Selain itu pepohonan tinggi nan rimbun yang tertanam disepanjang jalan membuat Kemy merasakan dirinya sedang menuju ke 'dunia lain'.

"Gimana?" tanya Dipta saat melihat tatapan sang kekasih yang tidak teralihkan dari luar kaca jendela mobil.

Kemy menoleh. "Aku baru pertama kali loh masuk hutan asli begini. Eemm ... biasanya tuh ya, cuma baca deskripsi atau nonton doangan. Disini bener-bener kaya belum terjamah sama manusia gitu. Keren banget. Aku yakin bisa dapet inspirasi disini, Mas," sahutnya antusias.

Lengan Dipta terulur ke arah kepala Kemy, lalu jemari pria itu mengelus lembut rambut hitam Kemy yang terurai sebahu. "Syukurlah, aku nggak salah ngajak kamu," ucap Dipta.

...----------------...

Satu persatu teman-teman dari Dipta pun mulai berdatangan. Tentu saja mereka tidak sendirian. Benar kata sang kekasih, teman-teman Dipta itu membawa gandengannya masing-masing.

Para wanita yang terlihat digandeng mesra oleh para lelaki yang menjadi teman-teman Dipta itu wujudnya bukan kaleng-kaleng.

Seperti Apotik kosong, nggak ada obaaaat cantiknya. Body-nya asli kutilang--kurus, tinggi dan langsing. Sepertinya pakai baju apapun akan cocok-cocok saja. Kemy jadi iri.

"Duh! Cuma Gue doang nih yang bentukannya kaya temennya putri salju," hela Kemy dalam hati. Dia merutuki ukuran tubuhnya yang terbilang mini.

"Mas!"

Panggilan Kemy membuat Dipta menoleh. "Hmm?" sahutnya dengan tatapan lembut.

"Aku mau ke kemar mandi," beritahu Kemy.

"Biar aku antar,"

"Nggak usah. Aku udah tau kok tempatnya dimana," sahut Kemy dengan senyum segan. Walau Villa ini sangat megah, tapi bukan berarti Kemy akan nyasar karena tidak bisa balik ke tempat awal kan?

Memangnya dia anak kecil!

Sebenarnya 'kamar mandi' hanyalah alasan Kemy saja untuk menghindari sekelompok manusia yang terlihat seperti jajaran para model cat walk itu. Dia tidak mau dianggap sebagai lampu sorot yang gunanya hanya untuk menerangi para model beraksi dan malah membuatnya panas sendirian.

...----------------...

Udara sejuk, semilir angin dan tentu saja pepohonan hijau tinggi menjulang sejauh mata memandang cukup menyegarkan pikiran. Semakin malam, pemandangan disekitar Villa itu terlihat pekat, hanya terpercikkan sedikit cahaya dari lampu sorot yang terpasang di area pekarangan Villa. Dan hal itu menimbulkan ide dalam benak Kemy.

Tanpa menunggu waktu, Kemy pun langsung mempersiapkan ponselnya dan mulai menekan aplikasi 'transkripsi instan' untuk mulai berbicara. "Tepat pukul dua belas malam, dari arah sumur tua di rumah neneknya, Kanji mendengar--"

"Ah! Emmh! Ouuuh!"

"Shit!" Kemy memaki kesal dengan raut wajah jijik pada suara samar yang terdengar merintih itu. "Gila aja ditengah hutan gini! Kesambet setan baru tau! Siapa sih?!" lanjutnya memaki.

Dengan rasa penasaran yang membuncah, Kemy pun berjalan mengendap-endap untuk mencari tau dari mana asal suara laknat itu berasal.

Setelah beberapa langkah kesamping kanan dari posisi awal, Kemy pun mulai mendekati bilik kayu yang penuh dengan tanaman yang berdiri ditengah-tengah sebagai pembatas pada balkon itu.

"Ah! Eeemmh!"

Suara rintihan itu semakin jelas terdengar. Kemy sebenarnya enggan untuk mencari tau asal suara itu. Akan tetapi jiwa kepo-nya membuat Kemy nekat memberanikan diri untuk mencondongkan kepalanya dari balik bilik kayu. Kemudian, tampaklah visual dari suara yang membuat perasaan Kemy buruk seketika. Dan,

"Ha--mmph!" Kemy langsung menutup mulutnya sendiri agar suara teriakannya terhenti. "Ya Tuhaaaaan! Dunia bener-bener mau kiamat!" gumam Kemy saat melihat dua sosok manusia tak tau malu yang tanpa sehelai benangpun sedang melakukan aksi tak senonoh di atas sofa yang berada di balkon paling ujung.

"Gila aja! Telanjang ditengah hutan begini. Malem-malem pula. Ngalahin Simpanse kelakuannya." Dengan suara setengah berbisik, Kemy kembali mengutarakan rasa kesalnya.

"Siapa yang telanja--hmmph!"

Jantung Kemy seketika jatuh saat mendengar suara yang berbicara cukup keras di telinganya. Refleks dia menoleh dan membekap bibir orang itu sekuat tenaga. "Huuussst! Diem!" perintahnya.

Kedua mata Kemy kembali memperhatikan sepasang manusia yang masih melakukan hal yang iya iya disana. Kendati khawatir ketahuan. Akan tetapi pandangan Kemy tak lepas dari pertunjukan langsung itu.

Tak munafik, ada gelanyar aneh pada bagian tubuh Kemy yang seolah bereaksi saat melihat itu.

Duh! Otak Kemy sudah tercemar.

Dengan menggelengkan cepat kepalanya, Kemy berusaha mengenyahkan adegan tersebut agar pergi dari ingatannya.

Tiba-tiba saja, telapak tangan kanan Kemy terasa panas. Seperti embusan napas yang terperangkap. Perlahan Kemy pun menoleh ke arah dimana lengannya berada dan,

dia melihat sosok dengan tampilan serba hitam serta mata merah yang menatap tajam dirinya yang berdiri tepat disebelahnya. Sontak Kemy terkejut bukan main sampai dia berteriak lepas dan cukup keras sampai,

"Siapa itu woy! Gua doain matanya bisul!" disusul suara teriakan dari arah balkon diujung tadi yang terdengar lantang sampai membuat Kemy terkejut sendirian. Namun, secara tiba-tiba lengan Kemy ditarik paksa oleh sosok itu, kemudian,

"Lari!" pekik sosok berbaju serba hitam itu mengambil langkah seribu.

Bersambung

Terpopuler

Comments

PociPan

PociPan

ini ceritanya lagi d dalam mobil ya kak

2024-04-18

0

Fazrin

Fazrin

Semangat!! karyanya menarik perhatian dan penasaran

2024-02-11

1

Fazrin

Fazrin

aku juga kaget dengan dunia gila ini, Kemy

2024-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!