Mantan Yang Terkutuk

Mantan Yang Terkutuk

| 1 Mantan—Setan

''Mas, yakin nih aku nggak ganggu acara reuni kamu?"

Suara Kemy terdengar ragu, meskipun pertanyaannya sama untuk kesekian kali. Duduk menyerong di kursi penumpang, ia memandangi Dipta sang kekasihnya yang sedang fokus menyetir.

''Ya ampun, Kamu tuh kenapa sih? Nggak usah khawatir, Yang. Temen-temenku juga pada bawa pasangan. Kamu bakal baik-baik aja.'' Dipta menoleh sekilas, senyum khasnya yang selalu berhasil meluluhkan hati Kemy terlihat jelas.

Kemy mendesah pelan. ''Tapi kan,"

''Nggak ada tapi-tapian. Santai aja. Mereka bakal suka sama kamu, kok,'' potong Dipta lembut.

Kemy diam, menunduk sambil memeluk sling bag merah mudanya. Dipta memang selalu tahu cara menenangkan, tapi kali ini firasatnya tidak enak. Bukan tentang teman-teman Dipta, melainkan tentang dirinya sendiri. Reuni ini adalah pertama kalinya Dipta mengenalkan dirinya secara resmi ke lingkaran pertemanannya. Dan entah kenapa, perasaan canggung itu semakin membesar seiring jarak mereka yang semakin dekat dengan tempat acara.

Sebuah villa tua megah di tengah hutan Bandung. Tempat itu begitu sunyi, seperti jauh dari peradaban.

''Villa ini kok serem banget, Mas. Kaya tempat syuting film horor,'' ucap Kemy, mencoba bercanda untuk mengurangi kegelisahannya.

Dipta tertawa kecil. ''Tenang, ini cuma tempat yang tenang dan adem, bukan tempat setan gentayangan."

Tapi Kemy tetap merasa merinding. Entah kenapa, aura tempat ini terasa ganjil sejak pertama kali mobil mereka melewati gerbang besi tua yang terbuka sedikit berderit.

Setelah memarkir mobil, Dipta membantu Kemy keluar. Suasana di sekitar villa terasa hidup, dengan suara tawa dan obrolan riuh dari teman-teman Dipta yang sudah datang lebih dulu.

Beberapa dari mereka berdiri di teras, tampak santai dengan pasangan masing-masing. Kemy sejenak merasa lega, meskipun masih sedikit minder melihat para wanita yang tampil begitu sempurna, tinggi, langsing, cantik seperti model yang baru turun dari panggung catwalk.

Dengan ukuran tubuh mungilnya, Kemy merasa seperti kurcaci di tengah-tengah para ratu kecantikan.

''Ayo, aku kenalin sama mereka,'' ajak Dipta sambil menggenggam tangan Kemy.

Langkah Kemy terasa berat. Ia menarik napas panjang, memaksakan senyum terbaiknya. Namun saat ia mulai berjalan mendekat ke kelompok itu, tatapannya tiba-tiba tertumbuk pada satu sosok. Seorang pria yang sedang berdiri dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celana, tubuhnya bersandar pada pagar kayu teras.

Surya.

Dada Kemy seketika bergemuruh, seolah ada batu besar yang menimpanya. Detak jantungnya berdegup jauh lebih cepat dari biasanya. Sosok itu berbalik, dan saat pandangan mereka bertemu, mata Surya menyipit tajam. Ada keterkejutan yang jelas terlihat di wajah pria itu sebelum dengan cepat digantikan oleh seringai kecil di sudut bibirnya.

''Kemy?'' suara itu terdengar rendah, penuh nada mengejek.

Dipta yang sedang menggenggam tangan Kemy ikut menoleh. ''Eh, Surya! Akhirnya datang juga.'' Dipta tersenyum lebar tanpa sadar apa yang sedang terjadi di antara mereka. ''Kenalin nih, Sur. Ini Kemy, pacar gue."

Surya melangkah mendekat, senyum liciknya makin lebar. ''Oh, pacar lo ya?'' katanya dengan nada ambigu. Tatapannya menelisik Kemy, membuat gadis itu ingin segera lari dan menghilang di balik pepohonan. ''Kita pernah kenal, loh. Lama nggak ketemu ya, Kem?"

Dipta mengernyit bingung, menatap Kemy dan Surya bergantian. ''Hah? Kenal? Serius!"

Kemy memaksakan senyumnya, meski rahangnya terasa kaku. ''Kita ... teman lama, Mas,'' jawabnya pendek, berusaha menghindari tatapan Surya yang begitu tajam.

''Teman lama?'' Surya terkekeh kecil, matanya masih tertuju pada Kemy. ''Yah, kurang tepat sih. Tapi kira-kira begitulah."

''Wah, dunia sempit ya,'' komentar Dipta sambil tertawa ringan, tak menyadari ketegangan di antara keduanya. Ia lalu menoleh ke arah teman-teman lainnya. ''Kita ke sana dulu yuk. Udah lama nggak kumpul bareng mereka."

Dipta menarik tangan Kemy untuk ikut bergabung ke tengah kelompok, meninggalkan Surya yang masih berdiri dengan senyum tipis. Namun sebelum benar-benar pergi, Surya berbisik pelan, hanya cukup terdengar oleh Kemy.

''Kamu beneran nggak cerita sama cowok itu, Kem? Wah, menarik."

Langkah Kemy terhenti sesaat. Jantungnya serasa akan meledak, tapi ia menggigit bibir, menahan diri untuk tidak merespons. Jangan panik, Kemy. Ini cuma kebetulan.

...----------------...

Sepanjang malam, Kemy berusaha keras menyembunyikan kecanggungannya. Dipta sibuk bercengkerama dengan teman-temannya, tertawa dan berbagi cerita lama yang jelas menghangatkan suasana. Kemy hanya bisa tersenyum, sesekali mengangguk saat seseorang mencoba mengajaknya bicara. Namun pandangannya sesekali tertuju pada Surya yang duduk di sudut lain ruangan, asik berbincang dengan beberapa teman lama.

Tapi tidak sekalipun Surya melepaskan tatapan dari Kemy. Tatapan yang penuh makna, dan bagi Kemy itu terlihat menyebalkan.

''Sini, ikut,'' bisik Dipta tiba-tiba, menarik Kemy menjauh ke balkon belakang villa. Udara malam yang dingin langsung menyergap mereka, membuat Kemy sedikit menggigil.

''Kenapa, Mas?'' tanyanya bingung.

Dipta tersenyum lembut. ''Kamu kaku banget dari tadi. Kamu nggak nyaman, ya?"

Kemy terdiam sejenak. ''Nggak kok, aku baik-baik aja."

Dipta meraih tangan Kemy, menggenggamnya erat. ''Kalau ada yang bikin kamu risih, bilang aja ya. Aku nggak mau kamu ngerasa sendirian di sini."

Kemy menatap wajah Dipta, pria yang selalu hangat dan tulus padanya. Tapi, entah kenapa rasa bersalah mulai muncul di benaknya. Dipta tidak tahu. Tidak tahu tentang masa lalu Surya dan dirinya.

...----------------...

Kemy keluar ke balkon samping villa. Dia membiarkan Dipta bebas bermain dengan teman-temanya. Sedangkan Kemy sendiri butuh udara malam untuk menenangkan hatinya yang sempat berkecamuk saat wajah Surya yang menyebalkan terus berputar di kepalanya, lengkap dengan tatapan merendahkan dari lelaki itu.

Kemy menghirup udara malam itu banyak-banyak dan menghembuskan perlahan.

''Bangsat! Kenapa harus ketemu dia di sini?'' gerutunya pelan.

Namun baru beberapa detik ia berdiri di sana, suara langkah kaki terdengar mendekat. Kemy menoleh dan mendapati Surya berdiri di sana dengan senyum liciknya.

''Loh, udah ngambek aja?'' goda Surya.

Kemy menatapnya tajam. ''Kamu apaan sih? Mau nyari gara-gara?"

''Enggak kok. Aku cuma kangen aja liat ekspresi kamu kaya gini. Masih kayak dulu, manis kalau lagi marah."

''Cukup!'' Kemy bersiap melangkah pergi, tapi tangan Surya menahan lengannya.

''Hei, aku cuma bercanda, jangan lebay,'' ucapnya sambil terkekeh.

Kemu mendelik tak suka. "Siapa juga yang lebay!" ketusnya tak tertahan.

"Aaah ... kalau bukan lebay berarti apa dong namanya? Liat mantan, masih ngambekan, jangan bilang kamu masih punya perasaan," nada bicara Surya yang menyebalkan berhasil membuat Kemy naik pitam.

"Kalau aku masih punya perasaan, nggak mungkin aku pacaran sama Mas Dipta. Situ kali yang belum bisa move on!" ledek Kemy penuh cibiran.

Surya terdiam. Perkataan disertai reaksi benci dari wanita mungil di depannya entah mengapa membuat hatinya panas. "Jangan kentara gitu dong bencinya, nanti kalo jadi benar-benar cinta kamu yang repot."

Bersambung

Terpopuler

Comments

范妮·廉姆

范妮·廉姆

ini ceritanya lagi d dalam mobil ya kak

2024-04-18

0

NT.RM

NT.RM

Semangat!! karyanya menarik perhatian dan penasaran

2024-02-11

1

NT.RM

NT.RM

aku juga kaget dengan dunia gila ini, Kemy

2024-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!