"Apa tidak ada cara lain Pak?, mungkin jika cacat di salah satu kaki dan tangan saya masih bisa menerimanya tapi ini tuli dan bisu, bagai mana saya bisa berkomunikasi dengannya?" ucap Frayogha yang tidak bisa mengerti dengan permintaan seorang pimpinan sebuah pondok pesantren yang memintanya menikahi putrinya yang tuli dan bisu, hanya karena dia ingin menghalalkan makanan yang telah dia makan.
Di paksa untuk menikahi seorang yang tidak dia kenal, dan katanya tuli juga bisu, rasanya jika menikahpun pernikahan mereka tidak akan lama atau mungkin sebaliknya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lagi-lagi kalah
Makan malam telah tiba, Bagus yang memang mempunyai misi membuat Yogha cemburu dan misi merebut hati Ainur kini sudah berada di depan pintu kamar Ainur.
"Tok, tok, tok"
"Nurr, ayo makan!!" ucap Bagus dan Yogha yang baru keluar kamar berkata "Dia tidak makan malam."
Bagus yang mendengar ucapan Yogha langsung melirik kebelakang dan berkata "Kenapa apa dia sedang diet?"
"Bukan, tapi suasana hatinya sedang buruk akhir-akhir ini" ucap Yogha sambil berjalan dan melewati Bagus.
"Oh" ucap Bagus lalu dia kembali mengetuk pintu tersebut dan berkata "Nurr ayo kita makan! kalau kamu tidak makan aku juga tidak, kamu harus tahu jika aku memiliki penyakit lambung yang serius, jika tidak percaya kamu bisa menanyakannya sama tante Fatma!"
Ainur yang sebenarnya sudah dari tadi berada di belakang pintu kamarnya kini langsung membuka pintu tersebut lalu berkata "Masnya, jangan seperti itu, jangan karena saya mas tidak makan, kalau mas jatuh sakit siapa yang rugi?"
"Kalau kamu tidak mau aku sakit, ayo kita makan!" ajak Bagus dan Ainur yang tahu jika Bagus bukan tipe orang yang mudah menyerah dengan terpaksa ikut walau malas.
Bukan tanpa alasan Ainur mengalah karena sebelumnya Bagus pernah meminta no ponsel Ainur dan saat itu anur menolak permintaan Bagus tapi dengan keras kepalanya Bagus justru menunggu Ainur sampai pulang mengajar.
Kini mereka sudah turun dari lantai dua dan mereka berjalan berdampingan karena Bagus merengek meminta hal tersebut dan hal itu membuat mata Yogha membola dengan sempurna.
"Kenapa bisa, aku yang sudah lama tinggal bersamanya tidak pernah berjalan berdampingan tapi dia?" ucap Yogha dalam hati.
Bagus yang melihat reaksi Yogha kini tersenyum bangga karena berhasil membuat Yogha kesal.
Sementara Bu Fatma yang melihat mereka juga ikut tersenyum bahagia karena melihat Yogha kesal dan dia juga bahagia karena Ainur mau ikut makan malam lagi.
Sebelum duduk Bagus langsung mengambil makanan untuk Ainur dan Yogha yang melihatnya lagi-lagi merasa kesal karena apa yang di lakukan Bagus tidak pernah terlintas di benaknya.
"Sial kalau begini aku bisa kalah" ucap Yogha dalam hati.
Bagus yang sudah menaruh makanan untuk Ainur kini melihat kearah Yogha yang sedang menatapnya, dan dari tatapan dan senyuman Bagus mengandung sebuah arti ejekan bagi Yogha dan berhasil Yogha benar-benar kesal sampai makanan yang ada di hadapannya dia makan dengan sangat kasar karena saat dia mengunyah terlihat seperti memakai tenaga dalam.
Semua orang yang melihat hal tersebut hanya bisa bengong karena untuk pertama kalinya mereka melihat Yogha makan dengan cara seperti itu.
"Gha ada apa?" tanya pak Agung yang tak tahu dan kurang peka.
"Tidak ada apa-apa" jawab yogha
"Tidak ada apa-apa, tapi cara makanmu sangat berbeda dari biasanya" ucap pak Agung lagi
"Aku sedang lapar pah, jadi begini caraku makan" ucap Yogha menjelaskan.
"Tapi..." ucapan pak Agung terhenti karena bu Fatma memegang tangannya pertanda jika obrolan mereka harus berakhir atau Yogha tidak akan melanjutkan makan malamnya.
Makan malam berlanjut dan Ainur yang merasa tidak nyaman, karena berada di antara dua orang laki-laki yang sedang perang dingin dan tiba-tiba dia tersedak lalu Bagus dengan sigap langsung memberikan Air minum pada Ainur dan Yogha kembali merasa kesal.
Lagi dan lagi Yogha kalah dari Bagus, saking kesalnya Yogha, dia sampai meninggalkan meja makan tanpa menghabiskan makanannya terlebih dulu.
"Maaf, aku sudah kenyang" ucapnya sebelum pergi
"Tumben?" ucap pak Agung bingung, mungkin jika pak Agung tipikal orang yang peka dia tidak akan sebingung itu tapi ya memang dia bukan orang yang peka jadi bingunglah yang dia dapat.
"Sudah pah, jangan dipikirkan mungkin dia sedang kesal jadi begitu" ucap Bu Fatma menenangkan pak Agung.