Cover by me
Namanya Saga Bimantara, perwira tentara berpangkat letnan satu. Ia di jodohkan dengan anak dari komandannya di kesatuan yang bernama Nada queenza rahadi. Tentu saja Saga menerima perjodohan itu di karenakan dirinya juga membutuhkan istri agar sang ibu tidak sibuk menyuruhnya untuk nikah.
Namun di sisi lain Nada—gadis yang akan di jodohkan dengan Saga menolah mentah-mentah perjodohan tersebut, tentu saja dengan alasan dia tidak mengenal Saga lebih-lebih usia pria itu yang sangat jauh di atasnya. Dalam bayangannya pria dengan usia segitu sudah peot, reyot, dan tentu saja dekil mengingat pria itu berprofesi sebagai tentara.
Sampai suatu hari takdir mempertemukan keduanya dalam sebuah insiden yang dimana Nada dalam bahaya yang akan di perkosa para pembegal. Di situlah Saga datang sebagai penolong Nada dan di situlah Nada jatuh cinta pada pandangan pertama ke Saga. Tapi baik Saga maupun Nada tidak tau kalau merekalah yang di jodohkan.
Yuk, baca ceritanya disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bincang-bincang
Setelah selesai Saga memijat kaki Nada yang terkilir, Saga melilitkan perban di pergelangan kaki Nada yang terkilir. lalu ia pergi mengambilkan sepiring makan malam di dapur mess untuk Nada. Karena Nada belum makan malam.
"Ini kamu makan dulu" Saga memberikan sepiring nasi beserta lauk pauknya kepada Nada.
"Om Saga udah makan?"
Saga menggelengkan kepalanya.
"Ya udah, sini kita makan barang-bareng" Nada menarik tangan Saga untuk duduk di sebelahnya.
"Ah, gak usah" Saga menepis tangan Nada.
Nada pun menatap Saga "ini terlalu banyak untuk aku, kita makan bareng-bareng aja. Gak boleh nolak!"
Saga melamun, entah apa yang di pikirkan pria tersebut.
"Hm?" Nada memastikan kembali.
Saga menganggukkan kepalanya ragu.
Nada segera menarik Saga untuk duduk. Mereka akhirnya makan bersama, Nada menyuapi Saga dengan tangannya.
"Saya bisa makan sendiri" ucap Saga.
"Udah diem, gak usah protes!" Nada menyodorkan sesendok nasi ke mulut Saga.
Saga akhirnya menurut, ia membuka mulutnya.
Para rekan satu mess dengan Saga melihat situasi itu membuat mereka berhenti tidak jadi masuk ke dalam mess, mereka malah berbalik, dan berjalan kembali ke area latihan militer.
"Ya Allah, mata gue ternodai. Kenapa gue harus melihat keuwuan ini? membuat gue merasa iri hati" ucap salah satu dari mereka di depan pintu mess.
"Makannya punya pacar supaya uwu-uwuan" sahut salah satunya lagi.
"Kayak lo punya pacar aja"
Tentara yang menimpali ucapan rekannya tadi merogo saku celananya, dan langsung menunjukkan foto pacar barunya, membuat pria tadi makin tidak karuan.
Tiba-tiba malah turun hujan.
"Astaga! Malah hujan" pekik salah satunya lagi yang sejak tadi hanya diam.
___________________
"Untuk sementara waktu kamu tidur di sini dulu, besok baru saya antar ke posko" ucap Saga sambil mengunyah makanannya.
"Maksud Om saya harus tidur di sini?"
Saga menganggukkan kepalanya.
Nada menatap Saga dengan pikiran yang sudah melayang "Om mau ambil kesempatan dalam kesempitan ya" Nada tersenyum menggoda.
"Maksud kamu?"
"Heleh, sok gak ngerti"
Saga menaikan sebelah alisnya. Mencoba mencerna perkataan Nada.
Nada menaik turunkan alisnya penuh arti.
Dan itu membuat Saga mengerti. "Pikiranmu itu terlalu jauh Nada!" Saga mendorong kepala Nada dengan jari telunjuknya. "Kamu gak liat di luar lagi hujan, jalannya juga pasti licin. Dan itu kaki kamu juga masih sakit. Kamu memang bisa berjalan sampai ke posko dengan kaki seperti itu?" Saga pun menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang di pikiran istinya, dengan senyuman tipis.
Nada pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum malu, yang di katakan Saga juga ada benarnya. "Lah kalau saya tidur disini, Temen-temen satu mess Om Saga tidur dimana?"
"Mereka bisa tidur di mess yang masih kosong"
Nada tersenyum dengan pikiran yang terlampau jauh, berharap sesuatu terjadi malam itu.
Saga menangkap wajah senyum Nada yang terlihat aneh itu. "Ngapa kamu senyum-senyum sendiri?"
"Gak papa, gak papa" jawab Nada enteng dengan pikiran yang sudah kemana-mana dengan senyuman yang terlihat mengerikan di mata Saga.
Saga sampai bergidik ngeri melihat senyuman Nada itu.
Saga bergegas memberitahukan rekan satu mess untuk tidur di mess yang masih kosong "saya minta tolong, untuk malam ini saja, kalian tidur di mess kosong yang ada di samping dapur"
"Lah kenapa emang?" tanya rekan satu mess Saga polos.
"Malam ini istri saya tidur di mess bersama saya"
Ucapan Saga membuat ketiga pemuda itu memikirkan hal yang tidak-tidak. Sama seperti Nada, pikiran mereka juga terlampau jauh.
"Lagi rindu adegan ranjang dia" bisik salah satunya pada kedua rekannya yang berada di sampingnya, dan Saga yang memiliki telinga seperti kelinci itu, mampu mendengarnya.
Saga pun mendelikkan matanya menetap pria itu "Kamu bilang apa barusan?!"
"Gak, gak ada let!" mereka langsung berlari meninggalkan Saga, mereka tertawa melihat ekspresi wajah Saga yang akan meledak.
Saga menggelengkan kepalanya, melihat ke 3 rekannya yang pergi menjauh. Ia bahkan memikirkan perkataan yang di katakan rekannya barusan. "Apaan yang rindu adegan ranjang? Wong saya belum apa-apain dia. Gimana bisa rindu adegan ranjang" gumamnya.
"Kak Nada keadaannya udah bagaimana bang?" suara Abhian membuat Saga terkejut. Takut kalau Abhian mendengar perkataannya barusan.
"Sejak kapan kamu disana?!" tanya Saga yang terlihat panik namun berusaha tenang.
"Baru aja" sahut Abhian.
Saga membulatkan mulutnya membentuk huruf o. Ia sedikit lega "Kakinya terkilir, tadi juga saya udah urut. Besok pasti sudah agak lumayan"
Abhian menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah saya mau mandi, sebentar lagi juga waktunya sholat isya. Saya pergi dulu" ucap Saga, kembali ke messnya.
Abhian menganggukkan kepalanya "iya"
Saga baru selesai melaksanakan sholat isya di mess karena di luar sedang hujan, Nada yang sudah berbaring dengan tubuh yang sudah memakai selimut itu pun menatap Saga yang membuka baju kokonya, ia menelan salivanya susah payah.
Tubuh Shirtless Saga itu sangat meresahkan.
Sumpah! pikiran Nada berkeliaran entah kemana, setelah sekian lama, semenjak Saga pergi bertugas ini kali pertama mereka tidur di satu ruangan lagi. Nada senyum-senyum sendiri. Ia bahkan menarik selimutnya menutupi wajahnya sebatas mulut, kakinya berjingkrak gemas mengkhayal apa yang akan terjadi kedepannya.
Saga yang menyadari kelakuan aneh Nada pun berbalik menatap Nada "kenapa kamu? Kesurupan?"
Nada mencebikkan mulutnya "enak aja" ketusnya.
"Ya habis, kamu jingkrakan kayak orang kesurupan gitu" Saga menunjuk dengan bibirnya.
"Emang harus orang kesurupan aja yang kakinya bisa jingkrakan gitu" Nada menurunkan selimut sebatas dada, dengan mengerucutkan bibirnya, dia sedikit kesal sekarang.
Melihat bibir Nada yang mengerucut malah membuat Saga gemas.
" Ya sudah ayok kita tidur" Saga membaringkan tubuhnya di atas ranjang di sebelah ranjang yang Nada tiduri.
"Lah kok Om Saga tidurnya di situ?"
Apa sih yang diharapin betina satu ini? Hadeh.
"Jadi saya harus tidur dimana? Di luar?" Saga sudah memejamkan matanya.
"Ck" Nada berdecak kesal. "Katanya dia kangen sama aku. Malah tidurnya sendiri-sendiri" gerutu Nada pelan, masih dapat di dengar oleh Saga. Ia pun membalik tubuhnya memunggungi Saga.
Saga mendengar itu pun tersenyum, merasa gemas dengan Omelan Nada.
"Ya udah deh, mimpi indah ya Om Saga, jangan lupa mimpiin aku" suaranya terdengar kesal.
"Hm" sahut Saga sudah memejamkan matanya tanpa dosa.
"Eh tunggu dulu, Om Saga pernah gak mimpiin aku?" Entahlah pertanyaan itu tiba-tiba melintas di pikirannya.
Mendengar itu, Saga langsung membuka kedua matanya dan melirik istrinya yang ternyata memunggunginya. Ucapan Nada mengingatkan akan kejadian mimpi basah waktu itu. Bagaimana kalau Nada tau jika dia pernah hadir di mimpi basahnya?
Astaga, Saga sungguh sangat malu jika mengingatnya.
"Pernah" ucap Saga, entah mengapa mulutnya malah memberikan jawaban itu.
Tamatlah riwayatmu Saga.
Nada langsung menoleh ke arah Saga yang tengah berbaring di ranjang sebelah Nada.
"Serius Om pernah mimpiin aku?!" tanya Nada begitu antusias.
Saga menoleh menatap Nada. Lihatlah wajah Nada yang begitu antusias. Dengan berat hati ia menganggukan kepalanya.
Mengaku juga gak papakan? Nada juga gak akan menanyakannya secara rinci.
"Hua— mimpiin aku gimana tu?" mata gadis itu berbinar penasan akan mimpi Saga.
"Eummm, saya udah lupa." ucap Saga ragu.
"Yah Om Saga mah. Padahal aku juga pernah lo mimpiin Om Saga, cium-cium semua muka aku, sampai leher dan peluk aku sampai gak mau lepas" ucap Nada tanpa kendala.
mulutnya si Nada lancar banget kayak jalan tol. Gak usah jujur-jujur amat bisa kali Nada.
Saga membulatkan matanya mendengar itu, mengapa gadis ini terlalu jujur "Apa?!"
"Iya, mungkin karena efek aku terlalu kangen, di tinggal tugas sama Om Saga. Hu...hu..." Nada memasang mimik wajah sedih.
"Itu mah bukan efek kangen saya, tapi efek karena terlalu sering nonton Drakor kamu mah. Makannya terbawa sampai mimpi. Tontonan kamu si gak bener"
"Gak semua Drakor begitu kali Om, enak aja bilang tontonan aku gak bener" Nada mengerucutkan bibirnya. "Lagiankan wajar juga mimpi begitu, namanya juga aku lagi kangen"
"Iya-iya, wajar juga kalau kamu mimpi begitu. Saya juga pernah mimpi begitu" ucapnya di akhiri gumaman di akhir.
Nada sepontan langsung terduduk dari tidurnya mendengar ucapan Saga. Dia tidak salah dengarkan?
"Om pernah mimpi begitu itu seperti apa?"
"Ha?" Saga panik. Tenyata Nada mendengar gumamnya.
"Om pernah mimpi begitu itu yang seperti apa?" tanya Nada mengulangi pertanyaannya.
Saga berdehem sejenak, apa rahasianya akan terbongkar kali ini? Saga akhirnya pasrah, sudah terlanjur juga "Mimpi seperti mimpi kamu" jawabnya dengan surah pelan, sangat pelan. bahkan masih kalah keras dari suara air hujan yang sudah tidak sederas tadi.
Tapi sayangnya Nada masih mendengarnya ia bahkan membulatkan matanya "iih, pikiran Om Saga mah yang gak bener" Nada gantian meledek Saga dengan ledekan yang Saga ucapkan pada Nada ia bahkan sampai menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir.
"Bagi semua laki-laki itu normal Nada. Bukan gak bener"
Oke, akhirnya Saga jujur.
"Iya si normal, tapi tetep aja Om Saga mimpinya gak bener" Nada meringis dan akhirnya terkekeh.
"Kamu itu calon dokter, dan di SD juga kan sudah di pelajari tentang mimpi basah yang di alami para kami lelaki itu normal. Bukan gak bener Nada" Saga mencari pembelaan. Ia menghentikan ucapannya, sambil menatap langit-langit mess.
"Kamu tau apa yang gak bener?" lanjut Saga menatap Nada yang jauh di ranjang sebelahnya.
Nada menatap suaminya di sebrang sana dan menggeleng polos.
"Yang gak bener itu saya ngelakuinnya sama kamu"
...Jangan lupa like dan comment👇...