Saudara kembar tersebut mengira akan melewati masa SMA mereka di Asrama dengan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya, seseorang membuka ruang musik tua yang mencurigakan itu. Sejak saat itu muncullah teror-teror maut yang merenggut murid satu per satu. Apakah kedua saudara kembar tersebut bisa menyelamatkan teman-temanya yang lain?! Yuk mampir.🙏
Terima kasih sudah berkenan membaca karya author. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan cara; like vote dan komen ya guys🙏🥰🫶🌹🌹🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alma Kadier Carally, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 32
“ Mereka datang untuk mengusut kasus kematian beberapa siswa di sekolah kita. Kurasa sebentar lagi sekolah kita akan menjadi trending topic.” Retno berkata, seakan bisa mendengar celotehan yang ada dalam pikiran Davina.
“ Kurasa juga begitu,” Danisa membalas.
“ Tapi, masalahnya bukan itu. Ana yang ada di dalam tubuh Amanda tidak akan bisa mati jika lagu ciptaannya yang membunuh banyak orang tidak dihancurkan. Sementara orang yang bisa menghancurkannya sudah meninggal.”
Davina yang sudah mengerti terlihat menganggukkan kepalanya.
“ Kalau mereka berhasil menemukan pelakunya dan mengetahui pelakunya adalah Amanda, Ana bisa kapan saja meninggalkan tubuh Amanda. Kalau itu terjadi, Amanda yang akan berada dalam masalah besar.”
Danisa menundukkan kepalanya, menatap ujung sepatu yang digunakannya seakan sepatunya lebih menarik daripada pembicaraan mereka.
“ Kita sudah kalah sejak kehilangan Andre. Hanya dia yang bisa membunuh Ana.”
“ Sejak awal, Ana di dalam tubuh Amanda mengincar Andre, aku tahu itu. Dia menggunakan Davina sebagai umpan agar Andre datang.”
“ Dia juga menggunakan aku sebagai umpan dan kemudian gagal. Lalu, dia berhasil melukai tangan Andre dan membuat Andre tidak bisa bermain Piano. selama beberapa saat. Dari awal sudah terlihat, bahwa dia yang akan menang.” ungkap Danisa.
Suasana hening. Ketika Danisa menghentikan ucapannya dan menatap ujung sepatunya, Davina dan Retno ikut melakukan hal yang sama.
Menundukkan kepala mereka sedalam-dalamnya dan menatap ujung sepatu masing-masing. Membiarkan keramaian yang ada di depan gerbang sekolah mereka menguasai suasana di antara mereka untuk beberapa saat.
“ Aku merasa bersalah kepada kak Andre,” kata Davina.
“ Dia pernah menyelamatkan nyawaku dan aku meninjunya keras-keras. Tapi, aku tidak melakukan apa yang kak Andre pernah perintahkan kepadaku. Seharusnya, aku memperingatkan murid-murid agar tidak mendekati ruangan itu. Sekarang, sudah ada beberapa orang yang terbunuh.”
“ Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Oke? Andre pasti mengerti. Mungkin dia juga tahu, bahwa kamu pasti trauma.”
Davina mengangkat kepalanya dan mendapati tangan kakaknya berada di pundaknya.
Mata Davina berkaca-kaca. Seraya berkata. “ Tapi, aku merasa harus menebusnya, Kak. Secara tidak langsung kak Andre telah percaya kepadaku, tapi apa yang aku lakukan? Aku tetap keras kepala. Kalau saja aku peringatkan mereka, mungkin tidak ada yang menjadi korban….”
Suasana kembali hening saat terdengar suara sirine mobil polisi menjauh dari gerbang sekolah.
“ Apa yang harus kulakukan. Kak? Aku tidak bisa berdiam diri seperti ini. Aku harus melakukan sesuatu untuk menyingkirkan Ana dari tubuh Amanda. Dia temanku.”
“ Amanda teman kita juga, Davina. Kamu tidak bisa memaksakan keadaan seperti ini.” Danisa mengguncang bahu Davina pelan agar kembali tenang.
“ Kita bisa melakukannya.”
Davina dan Danisa langsung mengalihkan pandangan suram mereka ke arah Retno yang berkata lirih di samping Davina.
“ Bagaimana mungkin kita melakukannya…?” tanya Davina.
“ Dengan Astral Projection.” Satu kalimat dari bibir Retno benar-benar manjur membuat Davina dan Danisa terkejut.
“ Kamu serius akan melakukannya?” ucap Danisa.
Davina dan Danisa menatap Retno dengan tatapan tidak yakin, sedangkan Retno hanya menganggukkan kepala penuh kepastian.
“ Bagaimana kalau kita gagal?” tanya Danisa.
“ Jangan sampai gagal. Kalian tahu, bahwa ini adalah satu-satunya cara yang masih kita miliki untuk menyelesaikan masalah ini.”
Retno mengangkat bahunya sambil terus menatap penuh keseriusan pada Davina dan Danisa.
Davina menghirup nafas dan membuangnya perlahan. Seraya berkata. “ Baiklah. Ayo, kita lakukan sebelum semuanya terlambat. Kita tidak hanya menyelamatkan nyawa Amanda saja,”
Davina berhenti sejenak dan menoleh ke arah Danisa yang masih memandangnya ragu. “ Kuharap kamu ingat, bahwa kita akan menyelamatkan banyak orang.”ucapnya.
*
*
Jangan lupa like, vote dan komen ya guys. Terima kasih.🙏🥰🫶🌹🌹🌹
Bersambung