Lucinda de Vries mengira acara wisudanya akan menjadi hari kebahagiaannya sebagai sarjana kedokteran akan tetapi semua berakhir bencana karena dia harus menggantikan kakak kandungnya sendiri yang melarikan diri dari acara pernikahannya.
Dan Lucinda harus mau menggantikan posisi kakak perempuannya itu sebagai pengantin pengganti.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Lucinda de Vries nantinya, bahagiakah dia ataukah dia harus menderita ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 RUANGAN KAMERA PENGAWAS
Di ruangan pengawas kamera...
Kevin duduk serius menghadap ke layar monitor di depannya, dia bekerja untuk mengambil kendali seluruh kinerja kamera pengawas di rumah ini.
Terutama menganalisa seluruh rangkaian aktivitas yang pernah ada di rumah ini.
Gambar-gambar mengenai kegiatan selama dia tak sadarkan diri juga mulai dia periksa dan keseluruhan gambar itu muncul pada layar monitor kamera pengawas CCTV.
"Ya, ampun, gambar yang menyedihkan, bagaimana mereka setega itu terhadapmu, Kevin ?"
Terlihat gambar-gambar di saat Kevin sedang terbaring dan dikelilingi sejumlah orang berjas hitam lengkap.
Ada gambar tubuh Kevin di perlakukan tidak hormat dengan mencuri cap jari untuk mendapatkan uang.
Ada pula gambar Sugeng sedang tertawa mengejek di dekat tempat pembaringan.
Dan ada juga gambar saat Lucinda disekap di dalam kamar Kevin.
Lucinda langsung teringat peristiwa itu, saat ruangan kamar milik Kevin berubah secara otomatis dimana dirinya di suntik pelupa dan jatuh pingsan lantaran menghirup asap yang muncul di ruangan itu.
Untungnya Lucinda sangat tanggap dan bertindak cermat sebelum orang-orang suruhan Sugeng bertindak semena-mena pada dirinya.
"Kenapa kau nekat mematikan lampu di kamar, Lucinda ?"
"Aku penasaran saat itu, apakah memang ada kamera pengawas di kamar Kevin dan aku mencoba kebenarannya, dokter..."
"Ya, ampun, Lucinda, beruntung sekali kamu bisa menghindari petaka yang terjadi padamu dan masih sehat hingga detik ini."
"Kau benar, aku masih beruntung sekali karena bisa bertahan hidup sampai detik ini padahal mereka telah menyuntikkan cairan penghapus ingatan pada diriku, dokter "
"Selamatnya kamu masih bertahan hidup sekarang, bagaimana bisa kamu menghindari celaka saat itu, Lucinda ?"
"Aku mengantisipasi situasi buruk bakal terjadi padaku dengan menelan obat spesial untuk memperkuat imun tubuh tetap stabil, dokter..."
"Kau meraciknya sendiri, dokter Lucinda ?"
Lucinda menggangguk cepat seraya tersenyum simpul lalu berkata.
"Ya, aku meraciknya sendiri, kebetulan aku ahli membuat resep obat ciptaanku sendiri, dokter..."
"Woah, rupanya kau sangat ahli pengobatan dan meracik obat juga, hebat sekali !"
"Tidak sehebat anda, dokter Juwita..."
"Oh, yah, terimakasih atas pujiannya, aku jadi malu sendiri mendengar kemampuanku dipuji-puji hebat, Lucinda."
Juwita tersenyum malu-malu sembari menundukkan pandangannya sedangkan Lucinda hanya membalas tersenyum simpul
"Aku sudah mengatur semua kamera pengawas dan memindai semua pengaturan pada ponsel pribadiku, sekarang kamera pengintai bekerja seperti biasanya..."
"Lalu kamera di kamarmu, bagaimana ?"
"Aku sudah menyetelnya dan membuat tampilan gambar seperti gambar biasa."
"Kenapa tidak langsung dimatikan kamera pengawas di kamar anda, akan lebih aman jika kegiatan disana tidak terpantau oleh kamera ?"
"Jika aku mematikannya langsung akan menimbulkan kecurigaan dan mereka bisa segera melaporkan situasi yang ada di rumah ini pada Saraswati..."
Juwita merapatkan keningnya sembari menatap serius pada Kevin dan berkata.
"Siapa Saraswati itu ?"
"Kata Lucinda kalau dia adalah ibu tiriku yang telah menyebabkan aku koma oleh racun buatan ibu tiriku, Saraswati..."
"Oh, begitu, ya..."
Juwita memalingkan muka ke arah Lucinda yang ada di sampingnya sembari menatap serius.
"Aku sudah mendapatkan hasil laboratorium itu yang mengenai sampel darah milik Kevin yang kamu kirimkan kepadaku, Lucinda."
"Oh, yah, ternyata sudah selesai, mana aku ingin melihatnya, apa kamu membawa hasil laboratorium itu sekarang, dokter ?"
"Ya, aku membawa serta hasil laporan laboratoriumnya, Lucinda..."
"Boleh aku melihatnya sekarang..."
Juwita segera menyerahkan hasil laboratorium kepada Lucinda de Vries, hasil laporan kedua yang telah dia selesaikan.
Dengan cepatnya, Lucinda membuka amplop berukuran sedang itu lalu membacanya cermat.
"Suamimu ini terkena racun tidur yang amat langka bahkan aku sendiri tidak tahu bagaimana cara untuk membuat penawarnya, Lucinda..."
Lucinda tersentak kaget sembari mengalihkan pandangannya kepada Juwita yang berdiri di dekat meja monitor pengawas.
"Racun tidur ? Jenis apa yang terkandung di dalam racun itu, mungkin saja aku bisa mencari penawarnya, dokter ?"
"Ada semua keterangannya yang menyebutkan jenis serta kandungan apa yang ada di dalam racun tidur di tubuh suamimu itu, Lucinda..."
"Dimana ?"
"Tepat di lembaran kedua, kau bisa temukan di bagian kolom panjang di bawah keterangan tulisan itu, Lucinda !"
"Oh, baiklah..."
Lucinda segera membuka lembaran berikutnya lalu membaca kolom panjang di lembaran kertas laporan itu.
Ada sejumlah keterangan tentang kandungan racun tidur yang ada di dalam tubuh Kevin.
"Racun tidur jenis langka, dan jenisnya juga aku baru tahu, sangat sulit mendapatkan penawarnya karena ini racun jenis unik dan lumayan berbahaya..."
Juwita membalas ucapan Lucinda dengan anggukkan cepat seraya menatap serius.
"Benar sekali, dan racun tidur jenis langka ini hanya bisa di temukan di daerah beriklim tropis dan penawarnya juga hanya ada di tempat itu."
Kata Juwita pada Lucinda dengan nada serius.
"Daerah beriklim tropis, dimana itu adanya ?"
"Di negara asalku, Indonesia..."
Sahut Juwita dan Kevin bersamaan sehingga keduanya saling berpandangan terkejut kaget.
"Wow... !"
Seru Juwita dan Kevin kompak lalu sama-sama tertawa renyah.
Juwita lalu melontarkan pertanyaan kepada Kevin Jansen di sampingnya.
"Ternyata asli Indonesia, ya ?"
"Ayahku berasal dari Indonesia..."
Sahut Kevin dengan anggukkan kepala ringan.
"Dimana ?"
Tanya Juwita ingin tahu.
"Kota Malang tepatnya..."
Ucap Kevin dengan tatapan serius.
"Oh, Kota Malang, jauh dong dari tempat asalku..."
Kata Juwita sembari mengulum bibirnya.
"Indonesia bagian mana asalmu tinggal ?"
Tanya Kevin seraya mengalihkan perhatiannya dari layar monitor ke sampingnya.
"Bandung..."
Juwita tersenyum manis seusai dia menyebutkan nama kota tinggalnya.
"Paris Van Java, keren dong, sama-sama kota dingin, ya..."
"Ya, benar, tapi agak jauh dari Kota Malang, apa kalian berminat ke Indonesia ?"
"Untuk waktu dekat tidak, tapi sesuai keadaan yang terjadi pada Kevin dan dokter bilang bahwa penawar racun tidur hanya bisa di dapatkan di daerah beriklim tropis maka kami memutuskan kembali ke Indonesia..."
"Apa ?"
Sontak Kevin terkejut lalu menoleh ke arah Lucinda.
"Ke Indonesia ??? Kau yakin itu, Lucinda ???"
Kevin seakan tak percaya dengan jawaban Lucinda yang berminat datang ke Indonesia.
"Demi menyembuhkanmu dari racun tidur yang ada di dalam tubuhmu maka aku memilih pergi ke Indonesia, untuk mencari obat penawar buatmu Kevin..."
"Benarkah itu ?"
Terlihat wajah Kevin berseri-seri senang mendengar perkataan Lucinda lalu bersorak penuh semangat.
"Yeaaay, kita liburan ke Indonesia !"
"Tidak untuk liburan kita ke Indonesia akan tetapi mencari obat kesembuhan untukmu supaya kamu bisa terbebas dari racun tidur di dalam tubuhmu, Kevin..."
"Yah, tidak jadi bersenang-senang dong, sudah lama sekali aku tidak pernah lagi mengunjungi negeri asal ayahku dan aku ingin sekali pergi kesana..."
"Setelah kamu sembuh dan pulih normal, kita bisa sekalian liburan saat tiba di Indonesia nantinya, Kevin."
"Benarkah itu, Lucinda ???"
"Yah, benar, dan aku janji padamu sesampainya kita di Indonesian nanti, kita akan mampir jalan-jalan sebentar kemudian melanjutkan tujuan kita semula..."
"Janji ?"
"Aku janji !"
"Kalau begitu arahkan jarimu ke arah jariku dan berjanjilah padaku bahwa kamu akan menepati janji itu, Lucinda !"
"Yah, janji, raden Kevin yang terhormat..."
Mendengar pembicaraan antara Lucinda dan Kevin membuat Juwita tertawa. Dan akhirnya suasana berubah mencair di antara mereka bertiga pada saat mereka berada di ruangan pengawas.
Satu tugas terselesaikan dan kamera pengawas berhasil dikendalikan, tinggal satu langkah lagi yaitu memindahkan Sugeng ke tempat lain yang jauh dari kediaman Kevin Jansen.