- Up tiap hari
- Bahasanya ringan dan menyenangkan
Anak laki-laki yang hanya tumbuh bersama sang Ibu yang menjalani hidu sederhana dengan menjadi buruh pabrik mendapatkan sesuatu yang sangat luat biasa, seorang pria kaya-raya datang ke rumahnya dengan mengatakan akan mengangkatnya sebagai anak dengan satu syarat....
Yun kecil yang tak memahami itu menyutujui syarat tersebut dengan harapan akan mendapatkan hidup layak sebagaimana ia inginkan selama ini.
Waktu berlalu begitu cepat, Yun tumbuh menjadi laki-laki tampan dan sukses dalam usianya yang masih muda. Dengan kemampuannya ia dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan mudah, kehidupannya berubah dratstis dengan bergelimang harta. Namun karier suksesnya tak sesukses kisah cintanya, usia yang cukup dan pekerjaan yang menjanjikan tak membuat Yun memiliki satu pun wanita idaman yang membuat Ibu dan orang-orangnya mulai khawatir. Disinilah peran Nenek sebagai mak comblang kelas kakap beraksi...
Mau tau gimana serunya cerita Yun dalam mencari tulang rusuknya atas bantuan Nenek???
Mau tau gimana serunya Yun menghadapi cewek-cewek yang langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya???
Dan mau tau gimana receh dan jailnya sang Nenek buat jodohin cucunya tersebut???
Langsung aja kalian duduk manis dan baca novel lanjutan dari Cinderella Jaman Now ini yach...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofa Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bucin VS Logis
"Orang kayak elo mana tau gimana menggambar rasa cinta yang telah merasuk ke dalam dada, meresap hingga ke dalam Sukma dan memenuhi seluruh hati juga pikiran." Kata Alex yang udah menjadi seorang puitis kelas kakap, kalo masalah bikin kata-kata cinta nan syahdu dan memabukkan Alex memang jagonya. Spontanitas nya luar biasa buat menggambarkan suasana hati, lingkungan atau apa pun yang ada di depan matanya. Ni orang mungkin pas orok emaknya ngidam makan buku puisi kali ya jadi gedenya kayak gitu bentuknya.
No coment buat Yun, males ngikutin aliran cowok yang udah kerasukan jin yang namanya cinta itu.
"Orang kayak Lo mana bisa merasakan betapa indah dan menyenangkan membayangkan sebuah senyum yang selalu teringat dalam rekaman memory yang tersimpan di dalam palung hati yang terdalam, senyuman manis yang akan selalu menjadi sebuah kekuatan bagi mereka yang mempercayainya, senyuman manis yang menjadi kekuatan saat kita merasa sedih dan memerlukan orang lain dalam kesendirian, senyum manis yang...."
"Udah diem, BERISIK !"
Akhirnya panas dan gatel-gatel juga Yun dengernya, makin lama makin aneh-aneh ngomongnya Alex bukannya makin sadar. Berasa liat Opera sabun aja.
Belum kelar menggambarkan suasana hati yang ia rasakan udah di potong duluan sama Yun dengan wajah dinginnya yang ngalahin rasa dingin AC di ruangannya tersebut, bukan Alex namanya kalo menyerah gitu aja dan nganggap serius atau tersinggung sama yang di ucapkan Yun. Senyum jahil tersungging di bibirnya buat jahilin tu orang.
"Wahai kau lelaki dingin tak berperasaan, cobalah untuk mengenal cinta di dalam hidupmu yang akan membawa kedamaian serta keindahan...." Katanya tepat di samping kanan telinga Yun.
Juengkel banget Yun sama kelakuan kekanak-kanakan yang di tunjukkan Alex kepadanya, rasanya pengen gundulin rambut tu anak saking jengkelnya. Udah tau kalo dia gak suka omongan romantis berbau cinta malah sengaja buat ngomporin lagi di kupingnya. Yun menatap tajam mata Alex yang tepat di sampingnya tersebut, memberikan isyarat dan kode keras untuk laki-laki itu menghentikan apa yang ia lakukan kalau tidak ingin berakhir menyedihkan.
Alex yang paham betul dengan tatapan mata itu memilih mundur teratur sebelum berakhir jadi bubur kacang ijo sambil mengangkat kedua tangannya ke atas sebagai tanda bahwa kini ia menyerah dan gak mau lanjutin lagi. Laki-laki jangkung itu menarik kursi dan memilih duduk, berdamai dengan keadaan saat ini adalah yang paling tepat ia lakukan. Kalo udah marah Yun itu nakutin banget, lebih menakutkan di bandingkan banteng yang lagi ngamuk. Walau Alex gak pernah liat tu cowok marah, tapi dengan mendengar apa yang orang katakan ia bisa menjaga sikap untuk menyelamatkan diri sendiri.
"Huh....!"
Yun melirik ke arah Alex yang mukanya di tekuk itu, ada rasa bersalah di dalam hatinya dengan apa yang telah ia lakukan. Bagaimana pun Alex adalah sahabat baiknya walau mereka memiliki sifat dan sikap yang saling bertolak belakang, kalo di liat udah kayak air dan minyak yang gak bakalan bisa bisa menyatu dengan sempurna. Itu sih kata pribahasa, tapi kenyataannya mereka bisa berteman dengan sangat baik tanpa ada konflik sekali pun.
"Lo kenapa?" Akhirnya Yun gak tega juga liat muka Alex yang kucel, biasanya tu cowok gak kayak gini. Selalu energik dan udah kayak gak bakalan kehabisan baterai di dalam dirinya.
Alex menggeleng lemah, bingung juga pas di tanya gitu karena gak tau moodnya tiba-tiba berubah kayak gini. Ada rasa senang dan sedih yang kini menjadi satu, membuatnya menjadi merasakan sensasi perasaan yang membuatnya bingung untuk ia ungkapkan dan rasakan.
Yun mengernyitkan alisnya, sambil mencoba membaca situasi yang Alex rasakan. Wajah itu menunjukkan kebingungan luar biasa dengan guratan-guratan urat yang menonjol membuat Yun merasa yakin kalau sesuatu yang serius telah terjadi.
"Lo percaya gak sama yang namanya takdir cinta?"
Hah???
Jadi lagi-lagi cinta, dari tadi yang di omongin tuh cinta dan kini balik lagi jadi topik utamanya cinta.
Lebih baik memilih diam buat memberikan kesempatan Alex ngomong, walau cuma seperempat hati doang Yun nanggepinnya. Kalau itu bisa membuatnya lebih baik maka Yun akan berkompromi dengan situasi yang membuat lehernya tercekik dan paru-parunya mengempis kekurangan oksigen, apa lagi kalau bukan cerita cinta yang bakal Alex ungkapkan dengan pemilihan kata super lebay dan merangkainya dalam bahasa cinta yang bikin kepala Yun pusing gak bisa menerjemahkannya.
"Dalam hidup gue selama ini gue gak percaya yang namanya cinta."
Gak percaya yang namanya cinta???
Apa kabar yang kemarin-kemarin ngomong oh bulan oh bintang jadi sekarang udah amnesia dan ngomong lain lagi.
"Bagi gue cinta itu cuma ungkapan dan omong kosong doang."
Kali ini Yun sangat-sangat setuju dengan apa yang Alex katakan, dan ia menganggukkan kepalanya pelan sebagai ungkapan persetujuan darinya.
"Cinta itu gak ada dan cuma buat mereka yang gak punya kerjaan aja buat percaya, buang-buang waktu memikirkannya."
Dari mana aja Lo bro... baru nyadar sekarang setelah jaman dinaurus punah dan udah ganti jaman beberapa kali.
"Gue sadar sih kalo udah berkelana kesana kemari, berpindah dari satu cewek ke cewek lainnya, berpindah dari satu hati ke hati lainnya selama ini cuma buat cari kesenangan dan kebahagiaan buat ngisi kekosongan yang hati gue rasakan."
Telat Lex Lo nyadar nya...
udah mau kiamat baru nyadar....
Tapi baguslah kalo mau nyadar walau itu telat di bandingkan enggak sama sekali.
Alex menyandarkan kepalanya di kursi dan memejamkan matanya perlahan, mencoba mengingat kembali masa lalu yang telah ia jalani selama ini sebagai Playboy kelas hiu dengan bermain cantik dan elegan. Udah berapa lusin cewek yang ia dekati dan rayu untuk di jadikannya pacar, saking banyaknya Alex Sampek lupa jumlah dan nama mereka. Playboy kelas hiu ya kayak gini, koleksi pacarnya banyak banget sampek lupa jumlah dan nama-nama cewek yang pernah menyandang status pacar dan sekarang tu menyandang status mantan. Bukan cuma nama dan jumlah, tapi Alex juga lupa sama muka mereka. Pernah ketemu gak sengaja gitu dia di sapa sama cewek, ge-er lah si Alex di sapa cewek cantik nan seksi. Pasang aksi paling top karena jiwa playboy-nya langsung bangkit dan bergejolak, dengan percaya diri yang tinggi Alex yakin kalau ni cewek pasti naksir dan lagi pendekatan sama dia (Setidaknya gitu sih yang ada dalam pikirannya saat itu), Eh gak taunya tu cewek malah mantan sendiri yang gak tau mantan dengan urutan ke berapa dalam perjalanan ke playboyan-nya.
Walau se-playboy apa pun, Alex tetap menjunjung tinggi prinsip untuk tidak menyentuh dan merusak masa depan cewek yang dekat dengannya. Karena keyakinan yang tertanam dalam dirinya adalah menyakiti wanita sama saja dengan menyakiti ibunya sendiri, dengan keyakinan tersebut Alex memperlakukan setiap wanitanya dengan sangat lembut dan baik.
Datang mendapatkan hati mereka dengan cara yang baik dan berpisah pun dengan cara yang baik pula, karenanya tak ada satu pun mantan-mantan Alex yang menyimpan dendam kepadanya. Alex menjunjung tinggi asas kesetiaan dalam setiap hubungan yang ia lakukan, selama ia memiliki komitmen pada satu wanita maka ia tidak akan melakukan dengan wanita lain. Walau umur komitmennya gak ada yang awet alias cuma seumur jagung doang, playboy pro emang beda kan cara mainnya di bandingkan playboy kaleng-kaleng yang serobot kanan kiri alias tampung terus asal bisa.
"Gak ada satu pun cewek yang bikin gue tu berasa beda, mereka rata-rata sama aja. Dikit aja di gombalin udah langsung nyangkut, gak ada sensasi berjuang dan tantangan buat gue deketin mereka. Itu tuh bosenin tau gak."
Sekarang aja Lo ngomong kek gini, pas Lo kerasukan ngomong Lo beda banget. Gue bingung sama Lo yang amnesianya bersambung dan berkelanjutan.
"Malah ada yang belum gue gombalin udah pada nempel duluan, cuma gue ajak kenalan doang udah langsung main iya." Sambil tepuk jidad nya sendiri, inget kalo rata-rata cewek yang ia deketin tuh gak ada rasa gregetnya.
Tapi gimana pun Alex gak mau jadi cowok yang cuma ngasih harapan palsu doang. Walau gak suka dia tetep maju terus pantang mundur, ngasih status buat cewek yang ia jadikan target walau gak ada rasa suka atau sejenisnya sebagai penghargaan. Karena Alex tau pasti yang namanya wanita itu memiliki hati lembut melebihi kapas dan dia gak pengen merusak kelembutan itu hingga menjadi duri yang akan berbalik melukainya atau membuat kerapuhan dalam jiwa mereka yang menyisakan luka dan trauma di sana.
"Rasanya mantan-mantan gue tu gak ada satu pun yang bisa masuk dan bikin gue jatuh cinta. Gue pengen seorang wanita yang bisa membuat hati gue bergetar hebat, bikin merinding sekujur tubuh, bikin jantung gue berdetak dengan sangat cepat."
Panas dan berasap telinga Yun dengerin ocehan-ocegan Alex yang dari tadi bahas hal gak berguna buatnya tersebut, hal-hal menggelikan bikin perut mules. Mendingan denger Omelan Rega atau Ayah pas marah, itu jauh lebih baik seribu kali lipat di banding dengerin ocehan Alex saat ini.
"Kenapa Lo gak pacaran dan tidur dalam satu kandang sama singa liar, gue jamin kalo hati Lo bergetar hebat, jantung Lo berdetak kencang dan bikin Lo merinding luar dalam." Jawab Yun yang udah mulai habis kesabarannya itu, dengerin Alex udah berasa menguras energi dan emosinya. Ni orang Bucin nya ngalahin anak ABG penggemar K-Pop.
"Gila ya Lo, lo mau gue jadi santapan singa di dalam kandang sana? Bukan cuma raga gue yang tercabik-cabik tak bersisa tapi juga hati gue. kalo gue Sampek mati se-tragis gitu kasian sama singa nya kalo makan gue."
Yun mengernyitkan alisnya, Apa hubungannya tu singa? Bukannya malah seneng dapat makanan dan kenyang.
Seolah tau apa yang di pikirkan Yun saat ini, mukanya udah nunjukin rasa heran yang tak terbantahkan. Tapi Alex memilih untuk memberikan kesempatan buat Yun mendapatkan jawaban atas rasa heran yang ia rasakan.
"Kasian singa nya bakal mati keracunan makan elo." Jawabnya asal.
"Salah bro..." Menggerakkan jari telunjuknya dengan sangat cepat kalau apa yang Yun katakan adalah sebuah kesalahan.
"Lalu?"
"Kasian singa nya bakal dapat amukan dari mantan-mantan gue yang gak terima kalau mantan terindah dan terganteng dari mereka itu di makan sama singa." Jawabnya sambil menganggukkan kepala tanda kalo jawaban nya itu adalah jawaban paling tepat di seluruh jagad raya.
"Hah???"
Asli Yun gak bakalan nyangka Alex bakalan ngomong gitu dengan tatapan mata heran.
"Lo gak percayakan?" Kata Alex dengan menahan tawa melihat ekspresi wajah Yun yang terheran-heran.
"Lo kan tau kalo mantan gue itu banyak banget dan mungkin kalo kita hitung persentase penduduk di kota ini tu bisa jadi sepertiga nya lah...."
Jawaban yang Alex berikan itu ngeselin banget, bukannya malu malah bangga punya mantan di sana-sini yang gak jelas. Dimana kaki melangkah di sana bakal ninggalin jejak.
"Satu cewek aja kalo udah marah dan ngamuk itu nakutin banget, itu cuma satu dan Lo bisa bayangin kalo semua mantan gue gak
terima dan ngamuk..." Sengaja gantungin ucapannya biar ngasih waktu buat Yun berpikir dan memainkan imajinasinya.
"Kalo mereka semua ngamuk, bahkan kekuatan militer Rusia gak bakalan bisa bandingin amukan para wanita."
What???
Jawaban gak masuk akal yang Yun dengar dan itu terdengar sangat meyakinkan dari yang bersangkutan. Bahkan mimik wajah Alex terlihat sangat meyakinkan sekali yang membuat Yun merasa sebel.
"Gue heran, kok mereka tu mau sama makhluk kayak Lo?" Heran aja ada yang mau sama orang aneh kayak Alex, malahan laku banget lagi.
"Ho ho ho.... Jangan salah brother...." Menyilang kan kakinya buat cari posisi enak, "Karena strategi pemasaran gue gak kalah hebat sama strategi pemasaran Lo. Bukan cuma di dunia bisnis yang memerlukan strategi akurat dalam menangkap dan memenangkan peluang, tapi dalam hal perasaan dan cinta tu juga harus menyusun strategi buat menyelaraskan dan memuluskan semuanya."
"Ngarang aja Lo, jangan sama in Lo sama gue."
"Mana mau gue sama m elo yang hidupnya datar kayak tembok gak ada seninya itu."
"Sialan Lo?!"
"Gue ngomong apa adanya, hidup Lo itu di isi dengan kerja dan kerja. Datar....... kayak tembok gedung yang setinggi apa pun ya tetep datar."
"Punya nyali dan nyawa berapa Lo udah berani ngomong gitu sama gue?"
"Nyawa gue cuma satu, tapi nyali gue banyak. Saking banyak-nya gua juga bingung di mana-mana gue nyimpen tu nyali. Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha....."
Yun menatap aneh Alex, emang dari awal ni orang aneh banget kalo ngomong. ngomong gak jelas tapi mukanya serius, pas beneran serius malah kayak becanda.
"Santai aja lah... Jangan ngeliatin gue kayak gitu, entar Lo malah jatuh cinta sama gue lagi. Apa kata dunia cowok ganteng, berkharisma dan maskulin kayak Lo ternyata menyukai cowok juga." Sambil pasang muka super serius.
Yun melempar sisir yang ada di dekatnya ke arah Alex saking sebalnya, untung yang deket tangannya itu cuma sisir dan bukan hydrayer. Kalo gak bakalan terjadi tragedi yang tidak di inginkan, dari dulu cuma Alex yang berani melakukan hal-hal konyol seperti ini. Malah ni cowok gak segan-segan alias nyablak banget kalo ngomong, tu mulutnya udah gak punya rem asal nyerocos dan ngeluarin semua apa yang ada di kepalanya. Hal itu yang Yun sukai dari seorang Alex, Alex dapat mengungkapkan apa pun dengan sangat mudah dan lugas yang sangat berbeda dengannya. Yun harus menutupi apa saja yang rasakan, menutupi segala ekspresi untuk menjadi seorang yang kuat hingga semua orang segan padanya. Yun memiliki karakter kuat sebagai seorang sekertaris yang terlihat dingin, serius dan juga berkharisma. Menyeimbangi penampilan atasannya yang tak lain adalah Rega. Bukan berarti Yun harus memakai topeng itu terus menerus, saat ia hanya bersama orang-orang yang ia percaya Yun kembali menjadi dirinya sendiri. Melakukan tindakan-tindakan yang tidak dapat ia lakukan di luar, menjadi seseorang yang humoris dan menyenangkan. Hanya Rega dan Alex yang melihat sisi lain sekaligus sisi sebenarnya seorang Yun tanpa memakai topeng.
"Wuih,"
Refleks Alex melakukan tindakan menghindar yang sebenarnya sia-sia, kecepatan dan keakuratan lemparan Yun itu mengenai bagian dadanya sebelah kiri. Yun memandang ngeri sisir yang tergeletak di atas lantai, sambil mikir kalo tu belati yang di lempar bakal tak bernyawa dalam sekejap. Siapa pun bakal mengakui kemampuan Yun yang bisa menggunakan segala macam teknik dan juga senjata, kemampuan yang sangat luar biasa yang tidak semua orang tau.
"Kenapa Lo bengong?" Tanya Yun dengan tersenyum puas, puas melihat ekspresi ngeri dan juga kaget dari temannya itu. Ia tau apa yang saat ini Alex bayangkan dan itu sudah lebih cukup untuknya.
"Kemampuan Lo sangat luar biasa, bisa Lo ajarin gue?" Katanya antusias.
"Buat apa?"
"Buat gue pakek pak ke pasar malam."
"Hah?"
"Iya, cewek kan paling suka sama cowok yang bisa kayak Lo. Gue bakal bawa cewek itu ke pasar malam dan nunjukin kemampuan gue sama dia, gue yakin kalo dalam sekejap gue bisa dapet perhatian plus hatinya dan bakal gue jadiin pasangan seumur hidup gue."
Yun menggeleng, alasan macam apa itu yang Alex katakan?
pokoknya gak ada yang gak berkaitan sama yang namanya cewek, tu orang otak yang ada dalam kepala cuma cewek dan cewek.
"Kita kan temen?" Masih gak nyerah buat dapetin kemauannya.
"Gak."
"Baru jadi manusia aja Lo pelit banget Yun, gimana Lo jadi goku???"
"Siapa sun go ku???" Tanya balik Yun yang emang gak tau siapa goku yang Alex maksudkan.
"Goku itu nama kartun legenda, masak Lo gak tau sih? ck ck ck ck ck..." Sambil pasang menyebalkan dan mengejek. " Dia itu punya kekuatan super yang bisa ngalahin musuh-musuhnya, pokoknya keren banget Goku itu."
"Mana ada waktu gue buat liat yang gituan, walau ada waktu mendingan buat istirahat atau tidur."
"Ya ya ya.... gue tau kalo lo itu adalah orang super sibuk yang dalam kamus hidup Lo waktu itu sangat berharga." Dengan gerakan tiba-tiba Alex melompat mendekati Yun. "Sesekali nikmati harimu dan menjadi orang yang menyenangkan, jangan menjadi orang yang menyedihkan."
"Gue rasa Lo beneran punya nyawa lebih dari satu."
"Hei Bro.... Hidup untuk dinikmati bukan untuk di jadikan serius dan kaku."
"Gue akan ingat nasehat Lo suatu hari."
"Ya elah.... keburu kiamat Lo gak bakalan ingat juga." Duduk balik ke kursinya yang tadi. "Pokoknya apa pun dan bagaimana pun gue bakal dapetin cewek manis itu. Iya, apa pun bakal gue lakuin...."
Yun melirik Alex yang udah terbang ke langit paling atas dengan menggelengkan kepala.
"Gak usah ngejek gue, gue tau kok isi kepala Lo walau gak ngomong. Gue sumpahin Lo bakal jatuh cinta dan pas Lo jatuh cinta bakal tau apa yang gue rasain sekarang."
"Gak bakalan."
"Lo yakin?"
"Banget."
"Wah wah.... Lo bisa yakin banget, tapi gue rasa Lo itu gak bakal bisa nolak kalau cinta udah datang dan menghampiri Lo."
"Gue bakal pastikan kalo cinta gak bakal mampir dan datang sama gue."
"Why???"
"Karena cinta itu hanya membuat orang menjadi sosok lain, membuang waktu dan melakukan hal-hal yang gak berguna dalam hidupnya." Jawab Yun dengan lancar dan wajah dingin.
Alex menegakkan punggungnya dan memilih posisi duduk menghadap Yun, menatap laki-laki itu.
"Lo salah besar, Nol besar...." Membuat bentuk lingkaran besar dengan kedua tangannya di udara.
"Cinta itu bikin orang menjadi bahagia, menjadi penyemangat dalam hidup, menjadi hidup lebih berwarna dan menyenangkan, memberikan energi luar biasa, yang terpenting cinta bisa membuat orang menjadi manusia sesungguhnya."
"Kata-kata yang Lo pakek itu cuma kutipan dongeng anak-anak sebelum tidur yang selalu orang tua ceritakan kepada anak mereka untuk memberikan sugesti agar mereka dapat tertidur lelap dan bermimpi indah."
"itu lebih baik kan? Dunia dongeng itu sangat menyenangkan dan mimpi adalah bagian dari hidup."
"Hidup tentang kenyataan dan bukan mimpi."
Alex masih ingin membahas apa yang Yun katakan dan mengatakan dengan tegas bahwa yang ada dalam pikirannya itu adalah kesalahan besar, pemikiran yang kaku dalam memandang arti hidup itu membuatnya tumbuh menjadi orang yang dingin. Walau sebenarnya ia tau kalau Yun memiliki sisi lembut dan juga baik, namun semua itu harus ia sembunyikan karena keadaan yang ia hadapi. Yun harus menjadi laki-laki berkharisma dan kuat untuk melindungi dan berjalan berdampingan dengan Rega. Yun memiliki andil besar dalam perjalanan karir dan juga dalam mengembangkan bisnis keluarga Rega, untuk itu ia harus memakai topeng agar semua orang tidak dapat meremehkannya dengan sangat mudah.
"Lo gak ada kerjaan?"
Yun menggeleng pelan, "Hari ini Rega ngasih waktu gue buat keluar dan istirahat, semua meeting dan kegiatan dia ambil alih." Katanya.
"Lo mau ngelakuin apa?"
"Entah lah."
"oke kalo Lo gak tau mau ngapain, tunggu gue 30 menit." Berdiri dan melepaskan celemek yang ia pakek.
"Lo mau ngapain?"
"Gue mau ngajak Lo buat ngelakuin sesuatu yang menyenangkan. sebagai gantinya Lo harus ganti rugi biaya salon gue karena buat Lo gue harus tutup lebih cepat di bandingkan biasanya." Katanya dengan membereskan peralatan yang ia pakai.
Yun hanya memperhatikan Alex dengan matanya membereskan peralatan-peralatan yang sama sekali tidak ia ketahui, mengekori nya dengan matanya. Alex adalah orang yang sangat menyenangkan dan sangat memahaminya, tanpa harus Yun mengatakan sepertinya Alex tau apa yang ia rasakan. Seperti saat ini, tanpa harus mengatakan seolah-olah Alex tau bahwa Yun memerlukan hiburan di luar karena beban pikiran yang ia rasakan. Alex adalah sahabat yang baik, dapat memahaminya dengan sangat baik dan persahabatan mereka terjalin dengan murni tanpa ada rasa meminta imbalan.
Dalam kehidupan yang Yun jalani, mendapatkan seseorang menjadi sahabat itu sangat sulit. Seseorang yang menerimanya dengan tangan terbuka dan apa adanya, karena ia yakin bahwa banyak orang yang memasang topeng untuk mendekatinya dan memiliki niat yang tidak baik dengannya.
*****
Chintya memandangi rambut barunya yang terlihat sangat cantik di cermin, cuma potong rambut gini aja udah merubah penampilannya sangat drastis. Kata orang rambut adalah mahkota wanita, sepertinya kata-kata itu memiliki makna yang mendasar. Gimana enggak, kalau dengan memiliki rambut yang cantik mampu membuatnya memiliki tingkat kepercayaan diri lebih lagi. Kepercayaan yang membuatnya menjadi lebih yakin lagi buat dapetin pujaan hatinya yang menurut Chintya bakalan memerlukan perjuangan yang ekstra.
Karena mood nya udah balik lagi ke asal dan malah lebih baik di bandingkan sebelumnya Chintya memutuskan untuk membeli beberapa pakaian yang pantas di sebut sebagai pakaian seorang wanita. semalam udah cari referensi tempat yang menjual pakaian seperti yang ia inginkan dan saat ini ia menuju tempat tersebut dengan wajah cerah dan sumringah. Menebarkan aura positif kesekitar nya yang membuat Chintya melihat apa pun terasa indah, bahkan Sampek kucing eek di pinggir jalan aja kayak ngerasa liat unicorn.
Setelah beberapa menit berputar-putar mencari tempat dan tadi sempet nyasar juga sih karena gak hapal sama jalan tapi akhirnya sampai tempat yang ia tuju dengan selamat dengan bantuan teknologi mutahir yang di namakan internet. Chintya mengambil dan memakai topi serta tasnya sebelum turun, untung aja cuaca sangat bersahabat saat ini dengan langit cerah seperti hatinya yang cerah. Pandangannya terpaku pada pohon yang tak jauh berada di tempat ia memarkir mobil, entah apa yang Chintya rasakan kalau ia seolah pernah melihat pohon tersebut. Bukan hanya pohon tapi keadaan sekitar yang seolah familiar dan itu membuat Chintya tertegun, berusaha memutar otaknya untuk mencoba mengingat dimana dan kapan ia pernah melihat semua ini. Menelisik lebih jauh untuk menggali lebih dalam lagi hingga bagian-bagian terkecil di dalam memori yang mungkin terselip di sana memori yang ia lupakan. Semakin lama dan dalam ia mencoba semakin yakin bahwa ia tidak menemukan potongan ingatan tersebut di mana pun hingga celah terkecil sekali pun.
"Lo?"
Chintya yang sejak tadi terpaku dalam pikirannya itu kaget dan di paksa sadar juga keluar dari dunia yang baru saja menariknya, ia menoleh ke arah suara yang ia yakini kalau itu memang memanggilnya. Ia liat cowok yang berdiri tak jauh dengannya dan tersenyum manis saat pandangan mata mereka bertemu yang membuat Chintya merasa kikuk dan cepat-cepat membuang kearah lain. Malu kan kalo liat-liatan kayak gitu sama cowok asing yang gak di kenal, di kira tu cowok entar cewek apaan.
"Lo yang di taman kan?"
Taman???
Chintya mengerjap kan matanya dengan memiringkan kepalanya sedikit, entah kenapa hari ini tu beberapa hal membuatnya untuk memakai otak buat mengingat kejadian-kejadian.
"Lo ngajak gue ngomong pas joging tapi malah Lo kabur duluan."
Masak sih???
Chintya memberanikan diri melihat siapa cowok yang ngomong kayak gitu, sekarang ia ingat kejadian di mana ia salah orang. Mengira kalau orang itu adalah Yun dan ternyata orang lain yang karena malu banget ia langsung kabur tunggang langgang.
Matanya membulat sempurna melihat sosok yang kini berdiri di depannya, refleks ia menutup mulutnya untuk menahan agar tidak keluar teriakan dari sana.
Okta yang melihat ekspresi cewek di depannya itu menarik ujung bibirnya dan tertawa kecil, ekspresi yang natural dan sangat manis tertangkap oleh indera penglihatannya. Seakan waktu berhenti membuat Okta tersihir oleh keadaan ini, tatapannya tidak mampu lepas dan berpaling dari sosok mungil itu. Perasaan hangat langsung memasuki dadanya dan membuatnya tersadar.
"Gak usah kaget gitu, gue gak berniat jahat." Katanya menyadari keterkejutan karenanya, " Tadi gue pas jalan liat Lo makanya gue samperin." Okta berusaha mencairkan suasana yang sedikit kaku dan menegangkan tersebut.
Chintya berusaha menguasai dirinya, menurunkan tangannya dan bersikap senormal mungkin.
"Lo mau kemana?"
"Gue?"
Okta mengangguk, rasanya gemes banget liat cewek ini. Gak tau kenapa pas liat bingung dan kikuk gini bikin tu cewek manis banget di matanya.
"Gue mau ke sana." Menunjuk butik yang ingin ia tuju.
Okta melihat ke ujung jari telunjuk dan tersenyum manis, memang takdir menuntunnya. Sebenarnya Okta juga ingin ketempat yang sama dengan wanita tersebut, sebuah kebetulan yang telah di atur oleh takdir dan itu adalah berkat untuknya.
"Gue juga mau kesana."
"Oh."
Cuma itu yang keluar dari mulut Chintya, gak tau kenapa ni cowok lebih ramah dan gak semenakut kan tadi pas ketemu, atau jangan-jangan dia nya aja yang terlalu banyak mikir negatif karena malu.
"Ayo?"
Okta memilih melangkahkan kakinya lebih dulu karena ia tau cewek di depannya itu masih bingung dan sepertinya belum sadar sepenuhnya. Setelah beberapa langkah ia menoleh ke belakang dan masih mendapati berada di tempat yang sama.
"Hei, Lo mau Sampek kapan di situ?"
Lagi-lagi Chintya melamun, hari ini tu gak tau kenapa bawaannya itu melamun dan melamun. Banyak kejadian yang membuatnya untuk memaksa otaknya berpikir lebih di bandingkan biasanya.
"Iya." Langsung jalan setengah berlari ke arah cowok yang berdiri menunggunya. Chintya memilih menundukkan wajahnya, masih malu kalo inget kejadian salah orang. Mana sok akrab banget lagi waktu itu, mau di taruh di mana tu muka kalo inget lagi. Pasti ni cowok mikir yang enggak-enggak sama dia, secara di samperin cewek yang gak di kenal. Ngajak ngomong dan sok akrab gitu, siapa aja bakalan kaget. Tapi untungnya ni cowok gak bahas tragedi tersebut, karena pembawaannya yang ramah dan menyenangkan bikin Chintya merasa lebih rileks walau masih ada rasa canggung juga. Selama ini Chintya tu gak pernah dekat sama cowok dan Yun adalah orang pertama yang ingin ia dekati.
Okta seperti kehabisan kata-kata, bingung mau ngomong apa soalnya ni cewek pasif banget. Beda banget sama cewek yang di temui di taman, yang ngajak ngomong semangat dan riang membuat Okta bertanya-tanya tentang siapa orang yang cewek ini harapkan saat itu. Ia sangat yakin kalau orang tersebut memiliki tempat khusus di dalam hatinya hingga membuatnya menjadi sosok yang penuh semangat dan riang, berbeda dengan saat ini yang cuma diam seribu bahasa. Sibuk dengan pikiran-pikirannya sendiri Sampek gak terasa langkah kakinya telah sampai di tempat yang ia tuju, kakinya telah menginjak lantai teras butik yang sebenarnya milik temannya. Kebetulan Okta datang untuk berkunjung dan membeli beberapa baju di sana, dan kebetulan itu membuatnya bertemu dengan sosok yang sama sekali tidak ia duga sebelumnya. Kebetulan yang mungkin bisa menjadi takdir, Okta mengulurkan tangannya dan membuka pintu. Dengan isyarat dan senyuman ia mempersilahkan cewek yang ada di sampingnya untuk masuk terlebih dahulu. Sopan santun klasik yang udah turun temurun dari beberapa jaman dan generasi di mana seorang cowok bakalan memperlakukan dan mendahulukan cewek.
Chintya mengangguk pelan dan melangkahkan kakinya terlebih dahulu untuk masuk ke dalam butik tersebut di ikuti cowok yang sejak tadi berjalan di sampingnya. Sejauh ini cowok itu bersikap ramah dan sopan kepadanya yang membuat Chintya merasa lebih nyaman.
******
Hai_hai semuanya.....
Para Readers yang ada dari Sabang Sampek Merauke.....
Apa kabar nih?
Sorry banget ya Author baru balik lagi setelah sekian lama vakum dari dunia tulis menulis di karenakan beberapa macam hal yang to be continue alias gak ada habis-habisnya, Author harus fokus ke beberapa hal yang gak bisa buat bagi waktu karena ini dan itu. Tapi insyaAllah mulai sekarang Author coba buat balik lagi dan berusaha buat up date kayak biasanya.
Formatnya kita bikin agak beda dari yang sudah-sudah ya, Author bakal bikin satu bab cerita tu isinya lebih banyak dan panjang di bandingkan bab yang biasa Author up dalam novel-novel author sebelumnya. Bisa jadi dalam satu bab ini mencakup dua sampai tiga bab yang biasanya biar kalian lebih puas bacanya dan lebih greget.
Untuk Up nya, Author gak bisa Up tiap hari karena itu kita bikin durasi yang jauh lebih panjang lagi sebagai ganti karena gak bisa Up tiap hari.
Buat "Cinderella Jaman Now" itu emang Author sengaja bikin ending agak nge-gantung gitu kan kemarin di karenakan Rega dan paket komplitnya (Ella, Mika, Miki) bakal nongol di sini, walau mereka buka tokoh utama lagi tapi mereka bakalan nongol kok....
Jadi buat kalian penggemar pasangan suami istri tersebut gak usah berkecil hati karenanya.
Pasti ada yang nanya kenapa sih di bikin kayak gitu?
Kenapa ceritanya gantung?
Gimana sama Anak-anak Ella?
Gimana sama cerita rumah tangga Ella dan Rega atau gimana kelanjutan cerita cinta Rania dan Rhanty?
Pertanyaan kalian semua itu bakal Author jawab dan suguhkan di sini.
Alasan Author sih simple aja, soalnya Bab_nya udah banyak banget yang ngalahin deretan semut pada mudik. Kalo kepanjangan kan jadi agak kacau alur cerita mereka yang ada beberapa pihak ngomen kalo alurnya berbelit-belit dan gak kelar-kelar. Buat menanggulangi hal tersebut Author milih buat bikin ending ceritanya dan nyisipin cerita Ella sama Rega di sini.
Biar kalian gak bosen bacanya dan juga kalian dapat alur cerita baru yang lebih seger lagi.
Tapi....
Tetep aja tokoh utama disini adalah Yun, tentang perjalanan cinta Yun yang udah jadi cinta segi lima.
Yang penasaran sama siapa entar Yun jadian, kalian harus ngikutin.
Makasih buat kalian semua yang udah dukung Author selama ini, dukung Author yang masih amatir dalam dunia tulis menulis.
Yang nulis ada typo-typo gitu atau salah-salah makek bahasa dan menyuguhkan alur cerita yang menurut kalian sangat membosankan atau gak sesuai sama bayangan kalian, harap maklum karena Author juga manusia biasa yang kadang moodnya itu Up and down kayak musim pancaroba. Dalam hal ini mood itu sangat mempengaruhi seseorang menghasilkan karya, kalo moodnya jelek itu udah kelar deh gak dapat ide atau bahkan buat nulis aja rasanya berat banget alias kosong. Udah megang Hp atau Laptop nih, tapi gak tau apa yang mau di tulis. Gak bisa konsen dan lupa sama sekali alur cerita yang kemarin apaan dan akhirnya milih buat gak ngelakuin apa-apa.
Jangan lupa buat ninggalin jejak berupa Like, Vote, dan komennya.
Author harap komentarnya jangan yang jatuhin atau negatif ya?
Soalnya buat bikin yang kayak gini doang itu susah Lo kalo kita dalam keadaan badmood. Jangankan menghasilkan 1000-2000 kata, buat 100 kata aja udah berasa berasap kepala kalo dalam keadaan yang gak memungkinkan.
Jadi Author mohon buat kalian itu meninggalkan komen yang positif aja biar Author tambah semangat lagi menghasilkan karya yang bisa sesuai dengan keinginan kalian, biar emosinya tu dapat dan bisa di nikmati dan resapi.
Makasih......
semangat thor, d tunggu up nya...