Labirin Cinta

Labirin Cinta

Flash back 1

Yunandra Faisal Azhar

Terlahir dari keluarga sederhana dengan keterbatasan ekonomi yang membuat keluarganya harus bertahan hidup dengan berbagai macam cara. Yun kecil tak pernah mendapatkan masa kecil layaknya anak pada umumnya dengan bermanja-manja pada sang Ibu dengan merengek manja meminta mainan-mainan khas anak kecil lainnya karena ia harus ikut dan membantu sang Ibu yang hanya seorang buruh pabrik untuk bekerja setiap harinya memenuhi kebutuhan yang hanya sekedar menyambung hidup. Ibunya tak tega membiarkan dan meninggalkan anaknya di rumah seorang diri dan lebih memilih untuk membawanya karena bisa mengawasinya secara langsung.

Ayah Yun yang telah meninggal dunia sebelum ia dilahirkan karena penyakit kronis yang telah lama ia derita itu meninggalkan Yun dan Ibunya sendiri di dunia ini. Dahulu, Ayahnya memiliki penghasilan yang lumayan sebagai kontraktor bangunan. Bahkan sempat memiliki rumah yang bisa di bilang layak, mobil yang mampu mengantarkan ke mana pun mereka pergi dan tabungan yang tak seberapa banyak namun cukup yang ia miliki selama bekerja. Semua peninggalan serta tabungan yang dengan susah payah si sisihkan ayahnya itu habis terjual untuk membiayai pengobatan penyakit yang Ayah Yun derita hingga tak menyisakan apa pun untuk anak dan istrinya. Yun tak pernah melihat secara langsung bagaimana wajah Ayahnya, hanya melalui foto dan cerita Ibu ia tau dan mengenal sosok sang ayah tersebut.

Kebetulan Ibu Yun adalah anak tunggal dari keluarganya sehingga tak memiliki saudara lain, Nenek dan Kakek juga telah meninggal dunia hingga membuat mereka menjadi sebatang kara di dunia yang kejam dan dingin ini bagi sepasang Ibu dan anak yang berjuang sekuat tenaga hanya demi bisa menyambung hidup mereka.

Masa kecil Yun di habiskan di pabrik bersama sang Ibu dan buruh pabrik lainnya yang usia jauh lebih dewasa dan tua di bandingkan nya sehingga membuatnya menjadi anak yang berpikiran dewasa bila di bandingkan dengan usianya saat itu, walau keterbatasan ekonomi tak membuat pertumbuhan Yun terganggu. Yun kecil tumbuh menjadi anak yang cerdas dan memiliki tubuh sehat. Layaknya anak pada umumnya, terbesit keinginan untuk memiliki mainan bagus yang hanya bisa ia lihat di toko saat ia berangkat ke pabrik. Pergi ke wahana bermain atau tempat rekreasi yang semua itu hanya sebuah angan-angan dan mimpi semata. Penghasilan yang Ibunya terima sebagai buruh pabrik hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok makan mereka, tak ada uang sisa untuk membeli mainan yang ia inginkan atau pergi ketempat-tempat yang hanya bisa ia dengar tersebut. Walau seperti itu, Yun tak pernah meminta kepada sang Ibu untuk memenuhi apa yang ia inginkan, menyadari bahwa semua itu tak akan mungkin bisa terwujud dan hanya akan menjadi beban bila ia meminta dan merengek.

Yun kecil dan ibunya tinggal di rumah kontrakan berukuran 4x6 meter, tentu saja segala kegiatan mereka lakukan disana karena tak mampu menyewa rumah yang lebih besar lagi bila di hitung dari keuangan mereka yang tak memadai dan terbatas tersebut. Bukan rumah, melainkan bedakan kecil itu lebih dari cukup untuk mereka tinggali. Bukan dari seberapa besar dan mewah tempat yang Mereka tinggali asalkan mereka tetap bersama di mana pun tak akan menjadi masalah karena mereka saling memiliki. Banyak orang yang tinggal di tempat besar dan mewah namun mereka merasa tak nyaman.

Yun bersekolah di sekolah umum tak jauh dari rumahnya bersama anak-anak lain sebayanya, sekolah umum yang di dirikan oleh seorang pengusaha kaya secara gratis untuk membantu warga sekitar yang memang memiliki ekonomi kelas bawah yang rata-rata buruh pabrik dan pemulung tersebut. Warga hanya perlu mendaftarkan anak-anak mereka tanpa membayar sepeser pun, bahkan perlengkapan sekolah lainnya tak perlu menebusnya dan di berikan secara cuma-cuma asalkan mereka mau mendaftarkan dan bersekolah di sana.

Mereka sangat berterimakasih dengan adanya sekolah umum yang sangat membantu rakyat ekonomi kelas bawah seperti mereka, namun rasa terimakasih itu hanya bisa mereka ucapkan secara tak langsung. Pengusaha kaya nan dermawan itu tak pernah menyebutkan tentang siapa jati dirinya yang sebenarnya, bahkan guru pengajar tak ada yang tahu siapa sosok yang sebenarnya dari sang dermawan.

Yun tak pernah menyesali keadaan mereka yang serba kekurangan tersebut, bahkan ia sangat bersyukur memiliki Ibu yang sangat menyayangi dan memperhatikannya. Demi putranya itu, sang Ibu rela menghabiskan uang yang terima setiap bulannya untuk memenuhi keperluan anaknya sehari-hari. Memberikan makanan bergizi agar anaknya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang pintar dan cerdas yang mampu menjadi kebanggaan seorang Ibu suatu hari nanti. Hanya Yun harapan satu-satunya wanita itu, karena tak ada lagi siapa pun di dunia ini selain menyisakan mereka berdua.

Tak ada seorang pun Ibu yang tak ingin melihat anaknya menjadi seorang yang sukses di kehidupannya kelak melebihi apa yang mereka miliki saat ini, begitu juga wanita itu. Ia berusaha sekuat tenaga membesarkan anaknya seorang diri dengan kasih sayang yang melimpah dan disiplin yang ketat demi membuat anaknya menjadi orang yang sukses kelak. Tak ada yang spesial dalam kesehariannya, setiap pulang sekolah Yun harus bekerja membantu Ibunya di pabrik. Itu yang dilakukannya setiap hari hingga tak ada hal lainnya lagi selain pergi ke sekolah.

Hingga keberuntungan datang menghampiri layaknya keajaiban di negeri dongeng yang tak pernah Yun kecil bayangkan sebelumnya. Sebuah mobil mewah tiba-tiba terparkir di depan rumahnya yang kecil itu. Seorang laki-laki berwibawa dengan setelan jas mahal menginjakkan kaki di rumah mereka di temani dua orang yang berpakaian sama pula di samping kanan dan kirinya.

"Apa Anda Nyonya Azhari?"

Wanita cantik itu mengangguk pelan, memperhatikan tamunya dengan pandangan mata waspada dan gerakan yang membuat perlindungan diri dengan hanya memperlihatkan sebagian kepalanya keluar tanpa membuka pintu sepenuhnya.

"Kami dari Yayasan tempat anak Nyonya sekolah selama ini, Tuan kami ingin berkunjung dan berbincang sebentar perihal anak Nyonya." Katanya sopan.

Mendengar semua penjelasan itu barulah ia membuka pintu secara penuh dan menyambut dengan hangat tamu-tamu agung yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, Ada apa Tuan saudagar kaya itu datang ke gubug ku ini?

"Si-Silahkan Tuan, maaf gubuk kami tak layak untuk kalian." Membeberkan karpet terbaik yang ia miliki dengan tambalan disana-sini, karena hanya itu yang ia miliki.

Setelah semuanya duduk dalam ruangan sempit itu, Mahendra memperhatikan seorang anak yang duduk seorang diri tak jauh dari mereka. Meski tubuhnya sedikit kurus, namun sorot matanya yang bening dan tajam itu memperlihatkan keteguhan hatinya dan tekad yang kuat yang ia cari dan ia inginkan.

"Kedatangan kami saat ini untuk meminta Nyonya memberikan kuasa penuh atas anak Nyonya untuk kami didik dan kami sekolahkan lebih baik lagi. Kami melihat potensi yang luar biasa pada anak Nyonya saat ini dan sangat disayangkan kalau potensi yang ia miliki tidak di kembangkan secara maksimal."

"Dengan kata lain, saya akan mengadopsi anak Nyonya dan menyekolahkannya hingga menjadi orang sukses," Mahendra mengambil alih pembicaraan karena melihat kebingungan dari wajah wanita yang ada di depannya.

Ibu Yun membelalakkan mata dan mulutnya terbuka lebar saat mendengarnya, tak percaya dengan apa yang ia dengar. Bagaikan hujan di padang pasir yang terasa sangat menyejukkan itu membuatnya sempat kehilangan harapan demi masa depan putra tunggalnya tersebut kini menjadi kenyataan.

"Tu-Tuan ..., maafkan saya. Saya sangat berterimakasih dengan niat mulia Tuan yang sudi mengadopsi anak saya, tapi....," Katanya ragu, entah apa yang dilakukannya itu tindakan yang benar atau bukan.

"Nyonya, saya hanya ingin mendidik anak Nyonya tanpa harus memisahkan kalian." Jawab Mahendra seolah tahu apa yang wanita itu pikirkan karena tak ada satu pun orang tua yang ingin di pisahkan dari anaknya.

" Saya sendiri memiliki putra yang umurnya tak jauh dari anak Nyonya, dan dia tak lama ini kehilangan Ibunya karena sebuah kecelakaan." Ada raut sedih saat Mengatakannya, " Nyonya hanya memberikan ijin Nyonya untuk saya, saya berjanji tak akan memisahkan kalian apa pun alasannya. Bahkan saat kami membawa anak Nyonya bersama kami, saya minta Nyonya ikut bersamanya."

Yun kecil yang saat ini baru berusia 8 tahun itu menghampiri ibunya yang duduk mematung dengan mata berkaca-kaca.

"Ibu?"

Menyadari putra semata wayangnya itu mendekat, ia memeluk dengan tangannya yang kurus dan hanya terbungkus tulang.

"Bagaimana bisa saya membalas kebaikan yang Tuan lakukan terhadap kami? Bagaimana bisa saya berterimakasih?"

Mahendra tersenyum ramah, "Nyonya hanya perlu menemani anak Nyonya dan tolong lakukan hal yang sama terhadap anak saya. Saya akan menyekolahkan mereka di tempat yang sama dan berharap kelak mereka berdua menjadi sahabat dan saudara yang bisa saling membantu dalam menjalani hidup. Hanya itu yang saya inginkan dari Nyonya."

Wanita itu menggenggam tangan putra kesayangannya, menimbang keputusan apa yang akan ia ambil demi masa depan putranya tersebut. Sebuah kesempatan yang Tuhan berikan datang kepadanya saat ini, memberikan celah luar biasa menggoda meraih masa depan yang gemilang. Orang tua mana yang tak ingin anak-anak mereka dewasanya menjadi orang yang sukses, orang tua mana yang tak ingin anak-anak mereka menjalani hidup lebih baik di bandingkan orang tua mereka sendiri saat ini? Dan itu hal yang sama terjadi dengan Azhari, menginginkan kehidupan yang layak untuk putra kebanggaannya tersebut.

"Nyonya, saya tak akan memaksakan keinginan saya. Saya hanya minta apa pun keputusan yang nyonya pilih nantinya tak akan menjadi penyesalan karenanya." Ujar Mahendra yang seolah tau apa yang wanita itu pikirkan, ia tak bisa menyalahkan apa bila kedatangannya menjadi sebuah kecurigaan besar di dalam hati. Seorang yang asing tiba-tiba muncul dan meminta satu-satunya anak serta harta berharganya itu yang tentu saja akan menimbulkan kecurigaan karenanya.

"Tuan, bolehkah saya bertanya?"

Mahendra tersenyum hangat, "Silahkan, anda bisa menanyakan apa pun yang ingin anda tanyakan."

"Mengapa Anda memilih anak saya? Bukannya di luar sana banyak anak seusia anak saya yang lebih cerdas dan sehat di bandingkan putra saya?"

"Karena saya yakin anak nyonya akan mampu menjadi teman dan saudara untuk putra saya. Saya akan menyayangi putra nyonya seperti saya menyayangi putra saya sendiri, saya akan memberikan masa depan yang cerah di samping putra saya, saya akan memberikannya hak sebagai anak dan saya akan memberikan nama saya di belakang nama putra anda sebagai bukti keseriusan saya untuk menjadikannya anak angkat saya."

*****

Hai-hai Readers sekalian....

Senang bisa ketemu lagi sama kalian, kali ini author menyajikan cerita klasik nan unik dari si ganteng Yun.

Yang jadi penggemar Yun acungkan tangannya tinggi-tinggi... ☝☝☝☝☝

Jangan lupa like, tambahin tanda hatinya buat ngikutin novel dari author ini dan vote nya biar author tambah semangat lagi nulisnya.

Dukungan dari kalian semua itu jadi semangat yang luar biasa buat author.

Happy reading guys....

Terpopuler

Comments

titis irene

titis irene

baru ketemu setelah sekian lama kucari.... lanjut baca

2023-06-29

0

Kamil SerigalaMalam Madura

Kamil SerigalaMalam Madura

baru baca siapa tau tar malah nagih

2021-04-25

1

Erni Fitriana

Erni Fitriana

senangggg....syukaaaaa

2021-04-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!