Shela... Seorang gadis yang terpaksa menikah dengan laki-laki yang belum ia kenal demi mendapatkan uang dari ibu laki-laki itu untuk biaya operasi adik satu satunya. Bagaimana kisah mereka selanjutnya, akahkah dia mendapatkan cinta Zevan yang sama sekali tidak mencintainya atau dia harus pergi dan mengakhiri pernikahannya dengan Zevan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azra_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Mengungkapkan perasaan
Zevan sudah duduk di sofa dengan posisi bersebelahan dengan Shela. Kemudian dia bergeser mendekat, Shela yang didekati justru bergeser menjauh. Tapi tangan Zevan tak kalah cepat, segera dia meraih pinggang Shela dan menariknya agar menempel disisinya.
"Lepasin! emang mau ngomongin apa sih?" Shela menggeliat berusaha melepaskan dekapan tangan besar Zevan di pinggangnya.
"Tenang dulu dong, gimana mau ngomong kalau kamu gerak terus kayak cacing kepanasan" Akhirnya Zevan melepaskan tangannya, namun masih dengan jarak yang cukup dekat.
"Kamu yang buat aku kepanasan" sewot Shela
"Kita belum pemanasan loh, tapi kamu udah kepanasan aja" keluar kata-kata jail untuk menggoda Shela.
"Udah buruan ngomong, aku capek butuh istirahat" malas menanggapi kata-kata ambigu suaminya.
"Aku sudah putus dengan Viona" Ucap Zevan sudah berganti mode serius.
"Kenapa?" Shela sedikit terkejut mendengar penuturan Zevan, tapi dia berusaha menutupinya.
"Karena aku ingin menjalani rumah tangga yang semestinya denganmu"
"Bukankah kamu sudah berjanji ingin menikahinya?" Shela mengingatkan kalimat yang pernah diucapkan Zevan.
"Awalnya iya, tapi sekarang tidak"
"Kamu bisa dengan mudah berjanji, lalu dengan mudah juga mengingkarinya. Apa kamu tidak memikirkan perasaan Viona?" suara Shela terdengar sedikit lantang.
"Aku mencintaimu Shela, aku memikirkan mu, kenapa kamu memikirkan orang lain?"
"Apa aku bisa percaya? Janji dengan Viona saja kamu ingkari. Apalagi denganku yang hanya perempuan kampung pilihan ibumu, yang sama sekali tak pernah kamu anggap keberadaan ku sebagai istrimu" Shela berapi-api, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Shela, ku mohon percaya padaku. Aku mencintaimu. Maafkan kesalahanku yang tak pernah menghargai keberadaan mu, aku ingin kita memulai semuanya dari awal" Zevan menangkup kedua pipi Shela agar menatapnya.
Shela menatap manik mata lelaki didepannya, tak terlihat kebohongan didalamnya. Ingin dia egois kali ini tanpa memikirkan orang lain, lelaki dihadapannya ini suaminya dia berhak atas semua yang ada didalam diri Zevan melebihi perempuan lain.
Zevan menarik tubuh Shela kedalam pelukannya. Mengelus pelan kepala gadis yang selama ini telah ia sakiti.
"Maafkan aku" Bisiknya lirih
Shela membiarkan Zevan memeluknya erat, ada kenyamanan yang Shela rasakan. Beginikah rasanya dicintai? Beginikah rasanya dianggap berharga? Pelan tangannya bergerak membalas pelukan Zevan.
"Sejak kapan kamu mencintai ku?" Tanya Shela masih dalam dekapan suaminya.
"Aku juga tidak tau kapan perasaan ini dimulai" Zevan mengendurkan pelukannya. "Tapi aku selalu merasa cemburu setiap kali kamu bersama Aldo" Zevan mengakui perasaannya.
"Apa kamu memikirkan perasaanku saat kamu bermesraan dengan Viona di mall?" ucap Shela kesal mengingat kejadian saat tanpa sengaja mereka bertemu di mall.
"Lalu bagaimana perasaanku saat kamu diatas panggung berdua dengan Aldo? Apa kau sedang mengungkapkan perasaan mu lewat lagu? Rasanya aku ingin menghancurkan cafe saat itu" Wajah Zevan berubah masam, bukannya menjawab justru balik bertanya.
"Ngomong-ngomong sejak kapan kamu ada dicafe itu? Kamu lihat aku nyanyi?" Shela penasaran dengan kedatangan Zevan yang tiba-tiba saat itu.
"Hemm"
"Jawab dong?"
"Aku melihat semuanya" Jawabnya dengan nada malas.
"Aku sudah tidak ada hubungan apapun dengan Aldo"
"Shela.... Aku hanya orang baru yang datang di hidupmu, banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dirimu. Berbeda dengan Aldo yang jauh lebih mengerti tentangmu, tentang apa yang kau sukai. Bahkan dia dengan mudah menemukanmu saat kamu menghilang dari cafe. Mungkin aku memang tidak pantas untuk mendapatkan cintamu, kesalahanku terlalu besar sudah mengabaikan keberadaan mu disisi ku. Tapi mulai hari ini aku akan berusaha menjadi orang yang paling mengerti tentang mu" Zevan kembali mengungkapkan apa yang dia rasakan.
"Orang baru bukan berarti tidak mampu. Begitu juga aku yang datang secara tiba-tiba di kehidupanmu saat masih ada nama orang lain di hatimu" Shela menunjuk dada Zevan. "Kita hanyalah dua orang asing yang dipersatukan oleh keadaan"
"Tapi sekarang aku menginginkan orang asing itu untuk terus bersamaku"
"Aku akan terus bersama mu, selama hanya ada aku dihatimu. Aku tidak ingin berbagi dengan siapapun"
"Terimakasih kasih sudah menerimaku. Aku mencintaimu" Zevan memeluk erat istrinya, memberikan kecupan hangat di kening gadis itu.
Shela tak kuasa menahan air matanya, pernikahan yang selama ini sangat jauh dari yang ia harapkan kini benar-benar dia rasakan.
Ku mohon, semoga ini bukan sebuah mimpi.
"Sebaiknya kamu berhenti bekerja agar tidak bertemu lagi dengannya" ucap Zevan tiba-tiba
"Tapi aku masih ingin bekerja. Aku senang dengan pekerjaanku, bukan karena Dia!"
"Aku akan memberimu pekerjaan yang lebih menyenangkan" Senyum seringai muncul dibibirnya.
"Apa?" tanya Shela polos
"Ayo ke kamar, akan ku beri pekerjaan yang menyenangkan"
Plak....
"Aww.... Apa hobimu menampar orang sekarang?" Zevan meringis mendapat serangan mendadak.
"Kamu suka banget bicara sembarangan" Shela hendak berdiri meninggalkan Zevan. Dengan cepat lelaki itu menarik tangan Shela hingga jatuh ke pangkuannya.
"Mau kemana?" tangannya sudah melingkar sempurna di pinggang istrinya.
"Mau ambil obat, aku belum minum obat malam ini" Shela memang belum minum obat, tapi sebenernya hal itu dijadikan alasan agar lepas dari dekapan Zevan. Sejujurnya dia takut jika lelaki ini melakukan hal yang lebih daripada itu, dirinya belum siap untuk saat ini.
"Oke, setelah minum obat langsung istirahat" Zevan melepaskan tangan dari pinggang ramping istrinya.
Dengan cepat Shela masuk ke dalam kamarnya bahkan setengah berlari, Zevan tertawa kecil melihat tingkah Shela yang sangat gugup saat dia menggodanya.
Aku menyesal baru menyadarinya sekarang, ternyata dia sangat menggemaskan hahaha....
Di dalam kamar Shela duduk di tepi ranjang, gadis itu memegang dadanya yang berdegup kencang. Perasaan apa ini? Batinnya. Menarik nafas dalam dan membuangnya kasar. Setelah beberapa menit jantungnya mulai berdetak normal, kegugupannya mulai mereda. Segera dia mengambil dan meminum beberapa macam obat yang diresepkan dokter saat dirumah sakit. Setelahnya gadis itu naik ke tempat tidur berniat untuk segera memejamkan matanya.
"Shela, sudah minum obatnya?" Teriak Zevan dari depan pintu kamarnya. Bukannya menjawab Shela menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Ceklek.... Suara pintu terbuka
Ahh dasar bodoh! kenapa aku bisa lupa mengunci pintu, pasti karena tadi sangat gugup aku jadi lupa.
Shela memejamkan matanya pura-pura tidur.
"Shela, apa kamu sudah tidur?" panggil Zevan pelan. Tidak ada jawaban. Zevan ikut naik ketempat tidur dan tidur disebelah Shela yang masih tertutup selimut hingga kepala.
"Ngapain kamu tidur disini?" teriaknya lalu membuka selimut yang menutup kepalanya saat merasakan Zevan tidur disebelahnya.
"Kamu pura-pura tidur?" Zevan tertawa geli melihat kelakuan istrinya, lalu merubah posisi menjadi duduk dan menghadap kearah Shela.
"si-siapa yang pura-pura?.... Aku memang sudah tidur tadi" Shela mengelak
"Ya sudah tidur lagi, atau mau aku peluk biar lebih nyenyak?" goda Zevan
"Tidak perlu" sahut Shela cepat "Kamu tidur saja di kamarmu, disini ranjangnya sempit" Masih berusaha mencari alasan agar Zevan segera pergi dari kamarnya.
"Ayo pindah ke kamarku, disana ranjangnya luas" Zevan menaik turunkan alisnya dengan tatapan menggoda.
.
.
.
.
.
Bersambung
mampir
thor