ini squelnya dokter tampan, sarangheo yang menceritakan kisahnya Alvian.
Alvian Pratama Atmaja dijodohkan oleh sang kakek dengan gadis bercadar yang bernama Nafisah Adelia putri. Alvian tidak mencintai Nafisah karena dia sudah mempunyai wanita dambaannya.
Alvian memberikan perjanjian perceraian setelah enam bulan mereka menikah.
Akankah Nafisah menyetujuinya atau Mala bertahan dengan suami dingin yang tidak mencintainya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umi ayi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Kami tahu perasaan bapak, tapi maaf,dengan berat hati kami menyatakan pencarian ini kami tutup."
Seketika Alvian terduduk lesuh,kaki nya tidak bisa menopang tubuhnya, tubuh nya seperti tak bertulang hingga ia terkulai lemas.
"Al". dengan sigap Azka menyambut tubuh Alvian.
"Al" ucap mama rosa dan papa kompak menghampiri putra sulung mereka. Mama memeluk Alvian tersedu.
"Ma, istri Al mah", ucapnya lirih dan serak, air mata nya tak terbendung tumpah membasahi baju mama rosa.
"Sabar nak, ikhlaskan!" mama rosa memeluk erat sembari menggosok punggung Alvian dengan tangannya.
"Istri Al masih hidup mah, Nafisah masih hidup". Lirih nya.
"Sebaiknya kita pulang nak,siapkan tahlilan untuk almarhumah istrimu". ucap mama lirih sembari menangis.
"Tidak ma, tidak ada tahlilan. Nafisah masih hidup ma, dia masih hidup."
"Ma,kita pulang saja duluan,siapkan tahlilan dirumah." Papa menyarankan.
"Iya pah". papa membantu mama rosa berdiri.
"Al, mama duluan yah, kamu nyusul kerumah ya." sambung mama namun tak mendapat jawaban dari Alvian, dia masih saja menangis memandangi jurang yang gelap.
"Tante pulang saja Tan, Al biar Azka yang urus." Azka menimpali dan mama rosa mengangguk. Mama rosa ,papa,dan Safira kembali kerumah mereka untuk menyiapkan tahlilan.
Alvian masih terus melamun memandangi jurang berharap keajaiban. Ia menanti saat istrinya Nafisah naik keatas tapi itu mustahil.
"Al ayo kita pulang".
"Gak Ka, gue mau nungguin Nafisah." Alvian menggeleng.
"Al, jangan seperti ini, kamu harus ikhlas."
"Istri gue masih hidup Ka, jadi jangan katakan kalo dia meninggal." Teriaknya menggenggam kerah baju Azka.Mata nya merah membola karena marah.
Bugh..
Azka memberi pukulan kewajah Alvian membuat Alvian terhuyung kebelakang.
"Kamu harus sadar Al, Sudah tiga hari kita mencari. kamu harusnya berdoa, bersujud pada Tuhan meminta perlindungan untuk Nafisah jika kamu memang yakin dia masih hidup, bukannya terus meratapi seperti ini. Dan kamu juga harus ikhlas jika tuhan lebih sayang dengan Nafisah. Kamu kirimi dia doa. kalo kamu seperti ini yang ada dia tersiksa." Azka berteriak, ia benar benar kehilangan kesabaran melihat Alvian terpuruk seperti ini.
Alvian kembali menangis mendengar ucapan Azka, Dia sadar dia salah,seharusnya dia bisa ikhlaskan kepergian Nafisah,namun sangat sulit untuk menerima kenyataan.
Azka memapah Alvian berjalan dan memasuki mobil.Azka melakukan mobilnya dan Alvian pandangannya masih menatap arah jurang itu hingga hilang dari pandangannya. Tak butuh waktu lama mereka sudah sampai di rumah kediaman keluarga atmaja.Rumah sudah ramai oleh orang orang yang tahlilan. Ada juga sabilah istri dari Azka,dan juga dokter Hendri dan Ara.
Alvian berjalan dengan lemah masuki rumah, pandangannya kosong melewati semua orang yang ada dirumah itu.Ia berjalan menaiki tangga dan memasuki kamarnya.
"Ya Allah,kasian bang Al." Ara memeluk sabilah lirih, hati nya juga sedih atas kepergian nafisah.
"Iya Ra, bang pasti terpukul banget." sambung sabilah.
Kini semua orang yang tahlilan sudah pulang, Hendri dan Ara juga sudah pulang.Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam namun Alvian tidak tampak keluar dari kamarnya.
"Azka, sebaiknya kamu juga pulang. istirahatlah" ucap papa.
"Iya Ka, sebaiknya kamu pulang, kasihan istri kamu." sambung mama rosa.
"Iya om,Tante. Al pulang dulu, jika ada sesuatu jangan sungkan panggil Azka." ucap Azka menyalami kedua orang tua Alvian dan sabilah mengikuti.
"Om, Tante, sabilah pamit pulang yah!"
"Iya hati hati dijalan ya nak." mam rosa mengelus kepala sabilah.
**
Kini hanya tinggal lah mereka dirumah. "Sebaiknya kita istirahat, dan kamu Fira, pergilah tidur, besok kamu harus sekolah kan?".
"Iya pah." Safira langsung menaiki tangga dan masuk kekamar nya, sebelum membuka pintu kamarnya Safira melirik pintu kamar sang kakak. " Kak, kamu harus ikhlas" Ucapnya dalam hati kemudian masuk ke kamarnya.
Papa menggandeng mama berjalan namun langkah mereka berhenti saat melihat Alvian menuruni tangga dengan bergesa.
"Al, kamu mau kemana nak?" Tanya mama rosa namun tidak mendapat jawaban dari Alvian. Ia terus berjalan dan membuka pintu terdengar suara mesin mobil menandakan Alvian akan pergi.
"Pa, Alvian mau kemana? mama takut pa, kondisinya sedang tidak baik." Khawatir mama.
"Ayo kita ikutin ma". Papa dan mama rosa berlari keluar dan masuk kemobil,mereka mengikuti mobil Alvian.
Alvian terus melajukan mobilnya hingga apartemen nya. Ia masuk ke kamarnya dengan gemetar, kemudian ia tersenyum melihat Nafisah datang menghampiri dan menyambut kepulangannya.
"Mas, kamu mau minum apa? Mau mandi? Naf siapkan air hangat dulu. Mas mau Naf pijitin? Ayo bangun mas, sholat subuh." Alvian tersenyum melihat bayangan bayangan itu muncul.
"Sayang" Alvian mengelus seprei tempat tidurnya, ia mengingat betapa nyamannya dan nyenyaknya ia tidur sambil memeluk Nafisah.
"kenapa dielus terus?"
"Agar Naf bisa mengingat wajah mas terus"
"Apa mas mencintai Naf? Naf ingin mendengar mas nyatakan cinta dengan Naf walau hanya sekali seumur hidup Naf."
Bayangan bayangan itu muncul begitu saja, dadanya sangat sesak,nafasnya seolah berhenti hingga sulit bernafas kala mengingat itu.
"Sayang. maaf, maafin mas yang tidak pernah mengatakan kalau mas mencintaimu, sangat sangat mencintaimu. Kembali lah, mas janji akan menyatakan cinta mas setiap saat.
Alvian menangis tanpa suara, hanya air mata nya yang meleleh membanjiri wajahnya dan pandangannya teralihkan pada sebuah kotak kecil diatas nakas. Ia mengambil kotak tersebut dan membukanya, betapa shyok nya ia melihat isi kotak itu.
Dengan tangan gemetar ia mengambil benda pipih bergaris dua merah itu. "I..ini." bibirnya bergetar tidak sanggup bicara, kemudian ia membaca surat kecil didalamnya.
"Hy ayah! kini aku sudah hadir dirahim bunda ayah. aku tidak sabar ingin bertemu ayah"❤️
Bagai dihantam Gudam besar hati Alvian, sangat sangat hancur.Buah hati yang baru saja hadir dalam rahim sang istri kini juga harus ikur pergi bersama istri tercinta.
Alvian menangis tersedu sambil mendekap alat tes kehamilan dan juga surat kecil itu.
"Sayang, a..aku akan ja..jadi ayah? A..anak kita yang." lirihnya tertawa namun air mata masih terus mengalir.
"Haaaaaaaaa......" Alvian melempar semua barang yang ada dinakas hingga berserakkan
"Pa, Alvian pa". Mendengar teriakan Alvian,Mama dan papa berlari menuju kamar Alvian.
Ceklek
Betapa kagetnya mama melihat kondisi kamar Alvian yang berantakan.
"Al." mama menghampiri Alvian.
"Ma" Alvian mendongak melihat mama nya. "A..anak Al ma" ucapnya lirih dan terbata.
"Anak?" tanya mama bingung.
Alvian memberikan benda pipih bergaris dua itu pada mama nya, dan betapa kagetnya sang mama melihat itu.
"Al, I..ini?"
"Ternyata Nafisah sedang mengandung ma, anak Al." lirih nya.
Mama langsung berhambur memeluk Alvian, tangis mereka pecah memenuhi kamar.Papa yang tak kuasa menahan tangis pun ikut memeluk Alvian dan mama rosa.
.
.
Bersambung
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya 🥰