"Enam bulan," lirih Diana dengan pelan bahkan terdengar ada rasa takut di nada bicaranya.
Sherly yang mendengar itu benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa, jantungnya terasa ditikam saat mendengar pernyataan dari adik kandung yang rela berselingkuh dengan suaminya sendiri.
Sakit? Bukan saatnya memikirkan rasa sakit ini, dengan tenaga yang masih tersisa, Sherly menatap Rian dengan tatapan kecewa.
"Ceraikan aku, mas!"
"Tidak! Jangan pernah berharap hal itu akan terjadi!"
Apa yang akan dilakukan Sherly saat Rian tidak mau menceraikannya? Apa yang akan terjadi antara Sherly dan Diana? Sanggupkah Sherly menahan rasa sakit ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lujuu Banget, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan dari Gio
Beberapa bulan berlalu dengan begitu cepat, bahkan masa iddah Sherly tinggal menunggu hitungan jari. Hubungan Sherly dan Fahri juga semakin dekat, hanya hubungan Sherly dan Gio saja yang sedikit renggang karena pria itu suka ada urusan mendadak.
Rian juga sering datang menemui Sherly, penampilannya benar-benar tidak terawat, rambut yang mulai panjang, kumis dan jambang yang mulai tumbuh. Tetapi Sherly tidak peduli dengan pria itu, dia benar-benar fokus dengan dirinya sendiri dan Amelia.
Pagi ini, setelah mengantar Amelia pulang, kening Sherly berkerut saat melihat Gio dan Fahri sudah ada di sana, bahkan kedua pria itu tampak akur membuat Sherly malah menaruh curiga, ini adalah momen yang tidak mungkin terjadi. Tetapi sekarang? Apa yang dia lihat?
"Kalian kenapa ke sini?" tanya Sherly seraya duduk.
Gio tersenyum tipis, tanpa basa-basi dia memberikan sebuah undangan membuat Sherly mengerutkan keningnya, untuk apa undangan itu?
"Siapa yang nikah?" tanya Sherly penasaran, dia mengambil undangan tersebut lalu membaca nama yang ada di sana.
Selesai membaca nama prianya, Sherly melototkan mata, menatap Gio dengan tatapan tidak percaya. Dia tidak salah lihat 'kan? Gio menikah? Dengan siapa?
"Dengan siapa kamu nikah? Tiba-tiba banget," ujar Sherly membuat Gio menghela napas pelan.
"Anak rekan bisnis papa, dijodohin. Kalo bisa memilih ... mending nikah sama kamu," kelakar Gio membuat Fahri menatapnya dengan tajam.
Sedangkan Gio segera mengangkat kedua jarinya melihat tatapan tajam Fahri. Beberapa minggu lalu dia telah dijodohkan dengan seorang wanita yang bagi Gio lebih baik memilih Sherly daripada dia karena Gio memang menyukai Sherly, sayangnya dia tidak bisa menolak perjodohan jika tidak perusahaan orang tuanya akan bangkrut.
"Nanti kalian berdua harus datang! Ajak Amelia juga!" tekan Gio yang diangguki oleh Sherly.
Sherly sempat menggelengkan kepala saat melihat kedekatan Gio dan Fahri, pantas saja sudah baikan, ternyata ... tidak ada lagi persaingan.
"Sebentar! Aku angkat dulu!" Fahri melangkah agak menjauh karena dia harus menerima sebuah telepon.
Sedangkan Gio, dia segera mendekat ke arah Sherly membuat wanita itu menatap Gio dengan penasaran.
"Aku saranin, lebih cepat kamu nikah sama Fahri, di luaran sana, ada banyak cewek yang ngejar-ngejar Fahri," bisik Gio membuat Sherly mengerutkan keningnya, untuk apa Gio mengatakan hal seperti itu kepadanya? Lagian apa hubungannya dengan Gio?
"Aku lihat Fahri suka sama kamu, jadi jangan tunggu lama-lama," lanjut Gio.
Kali ini Sherly melototkan matanya, dia menggelengkan kepala menolak ucapan Gio barusan, tidak mungkin Fahri suka kepadanya, pria itu hanya kasihan kepada dirinya dan Amelia.
"Kamu tahu? Fahri itu mantan suami Diana," bisik Sherly.
"Diana, adik kamu itu?" tanya Gio dengan tatapan tidak percaya, dia baru tahu fakta itu, padahal mereka sudah lama kenal.
Sherly mulai menceritakan tentang hubungan mereka, mulai dari perselingkuhan Rian dan Diana, perceraian hingga kedekatan mereka berdua, tentu saja Gio menatap mereka dengan tatapan takjub, tidak menyangka jika selama ini ada rahasia besar yang mereka simpan.
"Tapi ... apa salahnya dicoba? Aku benar-benar yakin Fahri serius sama kamu!"
"Dikira makanan dicoba? Pernikahan itu bukan mainan!" tekan Sherly.
Gio menghela napas pelan, dia kembali ke posisi duduknya semula karena Fahri sudah selesai dengan urusannya, sekarang pria itu tersenyum lebar.
"Tadi kalian bahas apa?"
"Bukan apa-apa," jawab Sherly dengan cepat, dia tidak mau Gio membuka mulut dan membahas hal barusan, membuatnya malu saja.
Mereka bertiga kembali berbincang-bincang seakan tidak pernah terjadi persaingan, bahkan Gio dan Fahri sangat terlihat akrab.
Tiba-tiba ponsel Sherly berdering membuat wanita itu segera menerima panggilan tersebut, hanya sebentar dia melototkan matanya, bahkan Gio dan Fahri yang melihat ekspresi Sherly menjadi diam, apa yang terjadi?
"Aku harus ke rumah sakit," ujar Sherly membuat Gio segera berdiri, berniat untuk mengantar Sherly tetapi ucapan Fahri membuatnya mengurungkan niat, lebih baik dia memberi ruang untuk kedua orang itu.
"Cepat masuk ke dalam mobil, biar aku antar!" tekan Fahri yang diangguki oleh Sherly.
Keadaan sepertinya sangat darurat sehingga Sherly lupa untuk berpamitan kepada Gio, kedua orang itu pergi meninggalkan Gio yang mulai menggerutu kesal.
"Awas aja jika di kehidupan kedua aku berjodoh sama Sherly!" kesal Gio lalu melangkah pergi dari sana.
Di depan rumah sakit, Sherly segera berlari menuju ruangan tempat ibu tengah di rawat, dia baru saja dihubungi oleh adik ibu jika ibu tengah masuk rumah sakit, dia bahkan baru tahu jika penyakit ibu semakin parah.
"Bagaimana keadaan ibu?" tanya Sherly seraya menatap semua orang yang juga tengah menatapnya dengan sinis, karena ... Sherly datang bersama Fahri.
"Ibumu lagi istirahat," jawab paman membuat Sherly menghela napas lega, dia bersyukur jika ibu baik-baik saja.
"Hebat ya kalian berdua, kamu sama Diana sama aja, enggak ada yang menjaga kakak di saat kakak tengah sakit, anak durhaka kalian berdua!" kesal adik ibu seraya melirik Sherly dengan tatapan sinis, sedangkan Sheeky yang mendengar jika Diana tidak menjaga ibu sedikit tertegun, bukankah Diana tinggal di rumah?
Semenjak Diana kembali ke rumah, Sherly sangat kecewa sehingga dia tidak pernah menginjakkan kaki ke sana lagi, makanya dia tidak pernah tahu kondisi kedua orang tuanya karena mengira Diana yang tengah merawat mereka, lagian bukankah Diana anak kesayangan mereka?
"Ini lagi, kenapa kamu malah datang bersama mantan suami Diana? Kamu enggak malu?" lanjut adik ibu membuat darah Sherly tiba-tiba mendidih.
"Ris, sudah!" tekan Ayah yang baru saja keluar dari ruangan ibu.
Bapak hanya menatap Sherly dengan tatapan sayu, dia ingin sekali memeluk Sherly tetapi dia sadar Sherly pasti kecewa kepadanya.
"Abang ipar, anak kamu ini harus dinasehatin, entah dari keturunan siapa sehingga mendapatkan tingkah laku seperti ini. Lihat Diana, selingkuh sama Rian, sekarang Sherly? Malah berhubungan dengan mantan suami Diana? Kalian lagi bertukar suami? Hah?" kesalnya masih melontarkan kata-kata pedas membuat Sherly hanya memalingkan wajahnya, dia tidak ingin mencari keributan di sini, apalagi ini rumah sakit.
"Mending bude diam deh kalo enggak tahu apa-apa."
Pandangan semuanya beralih melihat seorang wanita melangkah ke sana, siapa lagi jika bukan Diana, hanya wanita itu yang berani membantah ucapan orang yang lebih tua.
"Kalian ini! Pantas saja kakak sakit karena kalian berdua! Bukannya beban kakak berkurang malah bertambah!"
"Mending bude ngurus Devi yang lagi hamil, takutnya malah membuat keluarga bude malu," kesal Diana membuat bude seketika terdiam.
Bagaimana Diana tahu perihal itu? Sedangkan Diana yang melihat bude tidak lagi berbicara hanya tersenyum sinis, dia juga tidak terlalu mempedulikan kehadiran Sherly di sana, yang ada di pikirannya, bagaimana jika Fahri melaporkannya? Walau kejadian itu sudah cukup lama tetapi tetap saja dia takut di penjara.
...***...
jalang ini dah bunuh org dgn mencelakai HBS it minta maaf dan selesai gK di penjara...anjing GK...y anjing bgt lah....anjingggggggggggg
bangettt