Pelayan Duda Casanova

"Kamu menyesal ce?" tanya Hans. Dasar laki laki, dia tidak mengetahui Ace menangis karena area pribadinya sangat sakit dan berdenyut. Hans sudah berkali kali melakukan hubungan itu dengan Ace.

Hans sudah mengambil hal yang paling berharga dalam diri Ace. Sesuatu yang seharusnya dipersembahkan untuk pria yang dicintai dan mencintai dirinya kini sudah diambil oleh suami pura puranya.

Ace tidak menyesal. Ini adalah keputusannya. Dengan alasan surat perjanjian, sebenarnya Ace bisa mempertahankan kesuciannya. Tapi Ace berubah pikiran karena Ace juga berpikir jika perubahan seseorang dari yang jahat ke jalan yang benar butuh dukungan seorang wanita. Ace hanya berharap. Dirinya adalah pelayan ranjang terakhir bagi Tuan Hans. Jika tiba waktunya mereka berpisah nanti. Hans tidak lagi seorang duda Casanova.

"Tidak tuan."

"Lalu mengapa kamu menangis?" tanya Hans.

Ace tidak menjadi. Hans kurang peka melihat kesakitan Ace. Pria itu bahkan kini sudah menutupi dirinya dengan selimut berniat hendak tidur. Pertempuran nikmat itu membuat Hans kelelahan. Dan baru beberapa menit setelah berbaring. Pria itu sudah terlelap.

Ace semakin leluasa menangis. Ace sangat sedih. Andaikan Hans adalah pria yang mencintai dirinya mungkin pria itu tidak akan membiarkan dirinya menangis seperti ini. Atau bahkan akan bertanya apa yang menjadi alasan Ace untuk menangis. Atau akan mengecup keningnya sebelum tidur dan memeluknya dirinya.

Hans tidak seperti itu. Hans benar benar memperlakukan Ace seperti pelayan ranjang sebelumnya. Hanya butuh tubuhnya selanjutnya apa yang menjadi resiko si pelayan bukan urusan Hans lagi. Kesakitan yang dirasakan oleh bukan urusan Hans. Yang penting hasratnya terpenuhi.

Ace berusaha duduk. Mungkin karena Hans menggempur dirinya berkali kali dengan kasar. Ace merasakan area pribadinya bengkak. Sambil meringis Ace masuk ke kamar Mandi.

Benar saja, ketika Ace membersihkan area pribadinya. Perihnya sangat luar biasa. Ace harus merasakan kesakitan itu sendirian.

Ace merasakan tubuhnya lelah. Tapi karena otaknya terus berpikir membuat matanya sulit terpejam. Entah jam berada Ace terlelap yang pasti pagi harinya. Hans kembali menginginkan Ace menuntaskan hasratnya.

Tangan Hans kini sudah bergerilya di tubuh Ace. Jatah tadi malam seperti masih kurang karena paginya hasratnya muncul hanya melihat wajah istri pura puranya. Hans merasakan kenikmatan yang dia dapatkan dari Ace sangat berbeda dari pelayan pelayan sebelumnya. Tentu saja karena Ace masih suci. Dia yang membuka segel wanita itu.

Ace menggeliat. Ketika kedua matanya terbuka. Wajah Tuan Hans yang terlihat di wajahnya.

"Aku menginginkan kamu Ace. Layani aku pagi ini," kata Hans.

Ace memalingkan wajahnya. Selain penikmat wanita, ternyata laki laki itu egois dan tidak berperasaan. Hatinya meronta untuk tidak diperlakukan seperti tadi malam.

"Apakah begini cara mu memperlakukan mantan istri dulu tuan?" tanya Ace. Wajah Hans tiba tiba memerah dan sorot matanya terlihat marah. Hasratnya yang menggebu hilang karena pertanyaan Ace dan mengingatkan dirinya akan mantan istri.

"Jawab Tuan Hans," desak Ace. Hans tidak menjawab. Yang ada laki laki itu menatap langit langit kamarnya.

"Jika iya. Berarti sudah benar jalan yang diinginkan mantan istrimu. Karena sejujurnya setiap wanita ingin diperlakukan dengan wajar tidak seperti perlakuan mu tadi malam kepadaku."

"Apa maksud kamu ce. Jangan mengambil kesimpulan dengan sikap diam ku tadi."

"Tuan masih bertanya. Apa tuan tidak sadar dengan apa yang tuan lakukan. Aku memang memberikan tubuhku sebagai hadiah tuan. Aku sudah bersedia menjadi pelayan ranjang mu. Tapi apa kamu memperlakukan aku secara manusiawi tuan?. Kamu memperlakukan seperti Binatang Tuan. Kamu mengejar keinginan mu tanpa belas kasihan sedikit pun."

"Aku berusaha menyenangkan hatimu tuan. Tapi penyiksaan yang kamu berikan kepada ku tadi malam."

Ace memang tidak menikmati sedikit pun permainan mereka tadi malam. Perlakuan Hans yang sedikit kasar dan minim komunikasi membuat permainan itu hanya dinikmati satu orang saja. Rasa sakit itu semakin bertambah karena Hans hanya memberikan istirahat beberapa menit kemudian mengulang permainan. Ace yang tidak pernah sama sekali berpengalaman dalam hubungan ranjang berpikir jika seperti yang sewajarnya.

Dan setelah merasakan rasa sakit itu ber jam jam hingga pagi ini. Ace merasa jika apa yang dilakukan Hans tadi malam bukan lagi di tahap kewajaran.

Hans masih terdiam. Bayang bayang permainan tadi malam masih terekam di otaknya. Hans mengakui dirinya sedikit kasar memper lakukan Ace. Hans juga mengetahui Ace kesakitan tapi Hans berpikir jika itu biasa bagi perempuan yang melepaskan kesuciannya. Dan lama lama pasti akan menikmati permainan juga. Hans juga berpikir jika Ace menikmati permainan karena perempuan itu menurut saja ketika Hans melancarkan serangan meminta permainan diulang.

"Jika Tuan tidak bisa memperlakukan aku dengan baik di ranjang. Aku mundur tuan. Mundur sebagai pelayan ranjang tuan dan juga istri pura pura tuan," kata Ace.

Ace serius dengan perkataannya. Dia tidak akan membiarkan dirinya diperlakukan seperti Binatang di ranjang. Dipukul, digigit dan dijambak adalah perlakuan kasar baginya meskipun bagi sebagian wanita lainnya hal itu merupakan hal wajar dalam bercinta.

Tidak, Ace tidak akan membiarkan itu terjadi pada dirinya. Niatnya memang untuk mengarahkan Hans ke jalan yang benar bukan berarti Ace bersedia menjadi korban keganasan Hans diatas ranjang. Apa yang dilakukan oleh Hans memang masih hal kecil dibandingkan pria lain yang sampai menggunakan alat untuk menyakiti pasangannya demi mendapatkan kenikmatan.

"Ace, jangan berkata seperti itu. Apa jadinya aku jika kamu mundur sebagai istri pura pura ku?"

"Kamu egois tuan. Seharusnya Tuan menyimak apa yang aku katakan tadi. Aku hanya minta perubahan kamu Tuan. Jika Tuan bisa berubah. Apa yang Kita sepakati di surat perjanjian akan aku penuhi. Jika tidak. Good bye saja."

"Ace, bantu aku sembuh," kata Hans pelan