NovelToon NovelToon
Gelora Berbahaya Pria Simpanan

Gelora Berbahaya Pria Simpanan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Suami Tak Berguna
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Rahm

Laura tidak pernah membayangkan pernikahannya akan terasa seperti penjara. Nicholas, suaminya, selalu sibuk, dingin, dan jauh. Di tengah sunyi yang menusuk, Laura mengambil keputusan nekat-menyewa lelaki bayaran untuk sekadar merasa dicintai.Max hadir seperti mimpi. Tampan, penuh perhatian, dan tahu cara membuatnya merasa hidup kembali. Tapi di balik senyum memikat dan sentuhannya yang membakar, Max menyimpan sesuatu yang tidak pernah Laura duga.Rahasia yang bisa menghancurkan segalanya.Ketika hasrat berubah menjadi keterikatan, dan cinta dibalut bahaya, Laura dihadapkan pada pilihan: tetap bertahan dalam kebohongan atau hancur oleh kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Rahm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengkhianat

"Nick menyetujuinya!" Ia memekik kegirangan saat mengumumkan hal itu pada Seila. "Dia akan pulang untuk makan siang bersama kita!"

"Oh ya? Senang mendengarnya."

Laura menganggukkan kepala dengan semangat. "Aku senang sekali dia bersedia meluangkan waktunya untukku di tengah jadwalnya yang padat."

Seila hanya tersenyum.

"Apa kamu keberatan jika aku meninggalkanmu sebentar, Seila? Aku ingin mandi dan berdandan untuknya."

"Uh, kamu manis sekali," goda Seila. "Mandilah dan berdandan yang cantik untuk suamimu."

"Terima kasih, Seila. Aku berjanji, aku hanya sebentar." Laura segera berlari menuju kamarnya. Dia bersenandung, menyanyikan lagu-lagu yang liriknya berantakan. Tapi dia tidak peduli itu, karena suasana hatinya sangat senang sekali.

Jika sudah berendam, Laura terkadang suka lupa waktu. Mandi cepat, bukan dirinya.

Sehingga saat Nicholas sudah tiba, dia masih di dalam bak mandi.

Nicholas masuk ke rumah dan langsung menuju dapur. Dia melihat Seila sedang sibuk memasak. Perlahan pria itu mendekatinya, lalu memeluknya dari belakang.

"Aku mendapatkanmu," bisiknya di telinga wanita itu.

"Nick!" Seila memekik dengan suara tertahan. "Apa yang kamu lakukan?" Serunya seraya memutar tubuhnya. Tangannya berbanding terbalik dengan ucapannya yang seakan kaget dengan sentuhan Nicholas. Tangan lentiknya melingkar nakal di leher Nicholas.

Pria itu tersenyum, "Memeluk kekasihku. Merindukanku?"

Seila melirik ke arah pintu masuk. Belum ada tanda-tanda Laura akan muncul. Kemudian dia menganggukkan kepala sambil tersenyum genit. "Sangat merindukanmu."

"Bagus, karena jika kamu tidak merindukanku, aku akan mengurungmu sepanjang hari. Hukuman untukmu."

"Hais, harusnya aku mengatakan tidak merindukanmu. Aku suka hukuman yang kamu rencanakan," goda Seila.

Kedua manusia  kurang ajar itu sama-sama tertawa. Mereka melepas rindu tanpa memikirkan Laura sama sekali. Dasar manusia-manusia egois!

"Kudengar kamu masak sop?"

"Kesukaanmu." Seila menjawab dengan semangat.

"Aku lapar sekali. Lalu, apa yang dilakukan Laura?"

Seila mengangkat kedua bahunya. "Seperti biasa, dia mempertanyakan banyak hal. Dia membantuku mengiris bawang dan juga membuat sambelnya."

"Ck! Aku lebih suka sambel buatanmu."

"Aku juga membuatnya," Seila tersenyum jahil. Dia menunjuk sambel buatan Laura yang sudah dia buang ke tong sampah.

"Ah, Seila..." Nicholas tertawa lagi. "Laura bisa merajuk padamu jika dia tahu apa yang kamu lakukan padanya."

"Kamu tinggal merayunya. Dia tidak akan kuat pada rayuanmu."

"Dia tergila-gila padaku," ucap Nicholas penuh percaya diri.

"Ya, sangat tergila-gila." Seila membenarkan.

"Bagaimana denganmu?" Nicholas memegang dagu Seila, menatap matanya dengan penuh hasrat.

"Haruskah kamu mempertanyakannya?"

"Aku butuh jawaban."

"Aku mencintaimu," Seila pun tidak melepaskan tatapannya dari mata Nicholas.

"Aku senang mendengar jawabanmu, Sayang. Aku juga mencintaimu." Dia mendorong Seila kemudian, menjauh darinya. Kening Seila berkerut tidak suka.

"Kenapa mendorongku?"

"Dia datang." Nicholas mundur dan berjalan mengitari meja. Duduk tenang di sana. Dan benar saja, Laura pun muncul dengan ceria. Semakin ceria begitu melihat kehadiran suaminya.

"Nick, kamu sudah pulang!" Laura berlari kecil menghampiri Nicholas. Mengecup pipinya, hingga meninggalkan bekas lipstiknya di sana. "Maaf, aku tidak menyambutmu, aku sedang mandi. Kamu tahu sendiri jika aku suka lupa waktu saat sedang berendam." Laura menjelaskan meski tidak diminta. Ia tidak ingin Nicholas salah paham padanya. Uh, Laura yang malang. Dia tidak tahu jika Nicholas tidak peduli semua itu. Tidak ada penyambutan dari Laura padanya, bagi Nicholas justru lebih bagus. Dia dan Seila bisa melepas rindu untuk sesaat.

"Tidak apa-apa," Nicholas menjawab singkat, tangannya menghapus jejak ciuman Laura.

"Oh, maaf," Laura tersenyum malu-malu saat melihat bekas lipstiknya di sana. Pun ia mengambil tisu dan membersihkannya.

"Kamu pasti sudah lapar, aku akan menyiapkannya." Kening Laura mengernyit saat menemukan semuanya sudah tersaji di hadapan Nicholas. "Sepertinya kamu memang sangat luar," pikiran Laura terlalu simpel dan sederhana. Tidak sedikitpun ia curiga jika Seila lah yang menyiapkan segalanya. "Ini makanan kesukaanmu, tentu saja kamu tidak sabar ingin mencicipinya. Aku juga sangat merindukan masakan Seila." Laura duduk di sebelah Nicholas. "Kalian sudah saling menyapa?" Kali ini Laura bertanya pada Seila.

"Ya, kami sudah saling menyapa dan sepertinya aku harus bersiap-siap untuk menerima hukumanku," kata Seila sambil mengisi piring Laura.

Laura tertawa, "kamu memang pantas dihukum. Tapi, Nick," tangan Laura memegang lengan Nicholas. Nicholas melihat tangan tersebut, tapi tidak mengatakan apa-apa. Tatapannya perlahan naik, berhenti di wajah Laura dengan ekspresi andalannya. Datar. "Tolong jangan menghukumnya terlalu berat," bujuknya dengan tulus.

Oh Laura, kamu hanya tidak tahu jika hukuman yang dimaksud Seila adalah hukuman yang mungkin akan mereka nikmati berdua. Hukuman yang merupakan simbol pengkhianatan mereka padamu.

Nicholas menggeleng singkat. "Dia pasti menyukai hukumannya," Nicholas menukik alisnya saat menatap Seila.

"Memangnya apa yang bisa kulakukan selain menikmatinya," sahut Seila.

"Ya, kamu harus menikmatinya," Nicholas mulai menyuapkan makanan ke mulutnya. "Kamu juga nikmati makan siangmu," imbuhnya tanpa menatap Laura.

"Bagaimana rasanya, enak bukan?" Laura bertanya pada suaminya.

"Ya, enak."

"Maafkan aku, Nick, aku tidak bisa memasak seenak ini meski aku sudah belajar cara membuatnya."

"Tidak apa-apa."

Jawaban acuh tidak acuh itu justru dianggap Laura sebagai bentuk perhatian dari suaminya.

"Tapi aku yang membuat sambelnya." Laura menyodorkan sambel ke hadapan Nicholas. "Kamu sudah mencobanya?"

Nicholas menatap Seila yang terlihat khusuk menikmati makan siangnya, kemudian Nicholas mengalihkan pandangannya pada Laura. "Sangat enak."

"Seila, ceritakan pada kami, bagaimana liburanmu?" Laura membuka topik baru.

"Ya begitulah," Seila mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak terlalu menikmatinya."

"Kenapa kamu tidak menikmatinya?" Kaki Nicholas menyentuh kaki Seila di bawah meja. Seila sampai kaget dan nyaris memekik.

"A-aku... Ehm, ya begitulah. Aku diganggu oleh sesuatu yang kutinggalkan di sini."

"Apa? Pekerjaan?" Laura menebak. Dan lagi, dengan pikirannya yang murni. "Atau hukuman Nicholas?" selorohnya kemudian sambil tersenyum.

"Mungkin keduanya," sahut Seila.

"Dengar, Nick, dia mencemaskan hukumanmu. Berbaik hatilah sedikit padanya."

Nicholas mengangkat kedua bahunya. "Tergantung caranya bersikap. Kita lihat nanti."

"Aku akan menebus semuanya," Seila menimpali.

"Semangat," seru Laura, memberi dukungan pada wanita ular yang dia anggap sebagai sahabat.

Selesai makan siang, Seila langsung berpamitan pulang.

"Kenapa cepat sekali," protes Laura.

"Aku lelah sekali, tubuhku butuh istirahat, Sayang," Seila membujuk dengan wajah memelas.

"Kamu bisa istirahat di sini. Aku masih merindukanmu."

"Besok kita bertemu. Aku janji akan menemuimu."

"Ehm, baiklah." Laura berkata dengan berat hati.

"Terima kasih untuk makan siangnya," Seila mencium pipinya saat Laura mengantarnya sampai ke pintu utama. Taksi yang mereka pesan juga sudah datang.

"Aku lah yang berterima kasih. Berkat makan siang buatanmu, Nick pulang dan makan dengan lahap. Aku tidak ingat kapan kami terakhir kali duduk berdua sambil berbincang saat makan bersama. Tadi itu menyenangkan. Terima kasih, Seila," Laura memeluk tubuh manusia hina yang ia anggap sebagai sahabat.

Seila membalas pelukan itu, tapi tidak mengatakan apa pun.

Setelah Seila pergi, Nicholas pun berpamitan untuk kembali ke kantor.

"Apa pekerjaanmu masih banyak?" tanya Laura.

"Aku tidak bisa bersantai, Laura."

"Kamu akan lembur lagi?"

"Mungkin," Nicholas menyalakan mesin mobil setelah memberi jawaban singkat, lalu melajukan mobilnya begitu saja.

***

Di sebuah apartemen, Nicholas dan Seila sama-sama tertawa. Menertawakan kepolosan Laura.

"Kenapa dia lugu sekali." Ucapan Seila condong ke menghina.

"Bodoh," sahut Nicholas dengan jengah. Sepertinya, segala sesuatu yang berhubungan dengan Laura, sungguh membuatnya malas. Satu-satunya yang membuatnya bertahan adalah harta Laura.

"Kamu tidak kembali ke kantor lagi?" Ya, dari rumahnya, Nicholas mengejar taksi yang dinaiki Seila. Rupanya wanita itu juga turun di tengah jalan untuk menunggunya. Keduanya menuju apartemen Seila.

"Kamu ingin aku kembali ke kantor?"

Seila menggeleng. "Aku ingin kamu menginap!"

1
lyani
bang iky...vote nya k lau aja y ....elara ngga usah?
lyani
semoga max tak jauh beda dengan Nic.
apakah seila narik uang sepengetahuan Nic?
lyani
korban lagi... kalian mgkn senasib
lyani
nahhhh betul
lyani
paman Robert bukan si yg nyuruh
lyani
pasti
lyani
nahhhh
lyani
sdh menduga ada org dibalik max....nah siapakah?
lyani
ahhhh akhirnya setelah sekian lama terlihat
lyani
nahhhh betul
lyani
kesalahan Laura saat memegang perusahaan sepertinya Krn jebakan
lyani
hati2 dengan dokumen lau
lyani
max ini teman kecil Laura mgkn?
lyani
betul
lyani
ooooooooooo
lyani
max....mata2 ayah Laura kali.....maximal bener penasarannya dahhhhhhh
lyani
seila dan ibunya?
lyani
msh seribu tanya....
lyani
hidup si pilihan lau...
istri itu hrs patuh sama suami tp patuhnya atuh jangan kebangetan. diselidiki dl kek ntu suami
lyani
meninggalnya ortu Nic ada hubungannya dengan ortu Laura atau mungkin dengan Laura sendiri ngga si?
malangnya Laura
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!