Setelah menikah, Laura baru tau kalau suaminya yang bernama Brian sangat posesif, bahkan terkadang mengekang, semua harus dalam pengawasannya.
Apakah Laura bahagia dengan Brian yang begitu posesif? akankah rumah tangganya bisa bertahan? sejauh mana Laura tahan dengan sikapnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon israningsa 08., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My posesif husband. 35. Masuk Rumah sakit
Dalam perjalanan kerumah sakit, kedua tangan Laura sudah mulai kram, beberapa kali mulutnya mendesis diam-diam tanpa sepengetahuan Brian yang kini menyetir dengan kecepatan tinggi.
Ia ingin memanggil Mila agar bergantian menggendongnya, tapi saat dirinya melirik Mila yang kini duduk dikursi tengah, fikiran itu sirna.
Laura malah merasa sedikit iba padanya, apakah mungkin dia benar-benar syok? Terlihat Mila masih terdiam, tatapannya kosong menatap keluar jendela mobil.
"Sayang... Ada apa?" Tanya Brian.
"Eehg? Nggak ada apa-apa kok mas!" Jawabnya sambil tersenyum.
"Pasti tanganmu kram ya?"
"Hm... Sedikit, tapi nggak masalah!"
"Sabar yah... Sebentar lagi kita sudah sampai rumah sakit!" Ucapnya menenangkan.
Laura mengangguk. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.
***
Saat tiba dirumah sakit, baby Khanza langsung di bawa keruangan dokter anak untuk diperiksa lebih lanjut.
Dokter itu mengernyit saat mulai memeriksa baby Khanza, "Walaupun jatuh dari kasur itu terlihat ringan, tapi kita harus tetap waspada. Apalagi usianya masih segini, tengkoraknya masih lunak, kita harus lakukan observasi CT scan kepala minimal 24 jam!" Kata dokter tersebut pada Mila dan Brian.
"Apa kepalanya pecah dok?" Tanya Mila.
"Saya lihat tidak ada benjolan, hanya kemerahan di area kepalanya saja! Nanti kita lihat hasilnya setelah CT scan ya bu!"
"Iya dok! Karena anak saya jatuhnya sama selimut bayinya jadi mungkin cuman kemerahan aja!" Tambah Mila.
"Iya bu! Sust tolong siapkan ruang rawat sekarang!" Suruh dokter tersebut pada salah satu perawat.
Laura, Brian dan Mila keluar dari ruangan pemeriksaan itu. Tampak Mila begitu gelisah, tangannya tak tenang, bahkan untuk duduk pun ia segan.
"Pasti nggak ada masalah serius Mil, kamu tenang saja!"
"Gimana mau tenang mas! Aku cuman punya Khanza didunia ini! Jadi wajar dong kalau aku khawatir!" Jawab Mila dengan nada kesal.
"Kita serahkan sama dokternya, jadi jangan panik dulu mbak! Mending kita berdoa semoga hasilnya baik-baik aja!" Kata Laura.
Meskipun begitu, Mila tampaknya tidak tenang, sekitar sejam berlalu mereka menunggu hingga seorang perawat memanggil mereka untuk masuk menemui dokter anak.
Dokter tersebut menyipitkan mata menatap layar monitor yang menampilkan gambar hitam putih struktur otak bayi milik Khanza.
Ia menarik nafas lebih dulu sebelum berbicara kepada Mila yang kini duduk dihadapan dokter tersebut.
Sementara Laura dan Brian berdiri dibelakang Mila karena tidak tersedia 3 kursi, jadinya Brian memilih untuk berdiri menemani istrinya saja.
"Saya lihat ada sedikit pembengkakan disisi kanan kepala anak ibu! Dan ini membutuhkan pengawasan ketat!" Ucapnya pelan tapi tegas.
Mila kembali terisak, air matanya mengalir deras dipipi,, "Terus gimana dok?"
"Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, jadi kami rawat dulu anak ibu diruang observasi anak! Ini bukan kasus yang berat kok bu! Tapi nggak boleh dianggap enteng juga, karena setiap cedera pasti berdampak panjang!" Tutur dokter itu.
Mila mengangguk paham, mereka kemudian pergi melihat baby Khanza yang terbaring kaku diatas ranjang bayi.
Tangan mungil itu kini tertanam jarum infus, Laura merasa iba, matanya berkaca-kaca melihat Khanza.
"Mas aku keluar dulu yah!" Ucapnya terburu-buru keluar karena tak tahan lagi ingin menangis.
Ternyata Brian menyusul dan melihat Laura duduk di kursi pojok ruangan, tertunduk dengan isak tangisnya.
"Kenapa sayang?" Tanya Brian duduk disamping Laura sambil mengelus punggungnya.
"Sedih aja mas... lihat kondisi Khanza, kok mbak Mila jadi orangtua bisa seteledor itu sih?"
"Katanya dia nggak sadar tidurin Khanza itu dipinggir ranjang terus kemungkinan Khanza aktif banget geraknya sampai-sampai terguling jatuh kelantai!"
"Apa iya mas? Tapi kok aku nggak percaya ya?"
"Ustt... Nggak boleh berfikiran aneh!"
"Tapi jujur, aku emang nggak percaya sama mbak Mila mas! Kayak nggak masuk akal aja gitu! Gini ya mas... Andaikan itu aku, kalau aku kebelet mau ke kamar mandi aku pasti ambil tempat tidur Khanza yang kecil itu terus aku tidurin ke lantai, baru deh aku tidurin dia disitu, nggak usah diatas kasur karena resikonya. Iya kan?" Ujar Laura menjelaskan.
"Mungkin aja Laura nggak sempat mikir kesana sayang!?"
"Iya juga sih mas!" Jawab Laura seraya menghela nafas berat.