Perkenalan Mia dan Asril berawal dari sosmed dan tidak butuh waktu lama, mereka pun menikah tapi sayang pernikahan mereka hanya seumur jagung itu disebabkan oleh hadirnya Ida mantan istri dari Asril. yang sedang hamil dari laki laki lain namun laki laki itu tidak mau bertanggung jawab sehingga Ida menjebak Asril agar bisa menikah dengannya. apakah nantinya kebusukan Ida terbongkar? dan apakah Asril dan Mia bersatu kembali? yuk kita baca bersama sama kelanjutan cerita ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur leli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak diberi restu
"aku tidak suka dengan sikap orang tuamu itu, mas!" Ida menekuk wajahnya sambil bersedekap dada.
"jangan begitu sayang, kamu itu harus sabar sedikit mengahadapi sikap kedua orang tuaku. bagaimana pun mereka itu orang tuaku dan akan menjadi orang tuamu juga kan?" tutur Asril lembut.
"ala mas dari dulu dari aku jadi istri kamu dulu, mereka juga sudah tidak suka dengan ku, apa sih yang kurang dari aku dibanding si Mia itu?"
"kenapa kamu jadi membanding bandingkan Mia, di pembicaraan kita ini jangan libatkan Mia karena dia tidak tahu menahu dan dia korban bukan pelaku" Asril sedikit meninggikan suaranya.
"oh jadi yang menjadi pelakunya itu, aku!" tunjuk Ida pada dirinya sendiri.
"bukan begitu maksud mas, sudahlah kita jangan berdebat lagi, lebih baik kita pergi ke mall saja, bagaimana?" Asril lebih memilih meredam amarahnya dia sangat takut kalau Ida merasa paling di sudutkan.
"aku ngak mau ke mall" Ida melengos begitu saja dari hadapan Asril.
"sayang .... tunggu kamu mau kemana?" gegas Asril membuntuti Ida yang keluar dari rumahnya.
"aku mau pulang! dan jangan ikuti aku, aku bisa pulang sendiri" Ida gegas pergi tanpa mendengarkan perkataan Asril.
Asril tidak lagi mengejar Ida, ia hanya memandangi Ida yang terus berjalan menjauh dari rumahnya. Asril sangat tahu kalau Ida sudah marah dia tidak akan langsung luluh pasti akan luluh dengan keesokan harinya.
Asril kembali masuk ke dalam rumah dan duduk termenung di ruang tamu. "mengapa perasaan ini ada di hatiku? aku masih mencintai Ida dan sangat menyayangi Mia, mengapa aku tidak bisa melepaskan salah satunya?"gumamnya.
"aaahhh sial" Asril benar benar berperang hebat oleh hati dan isi pikirannya sendiri.
"aku tidak boleh seperti ini, aku yang ingin memutuskan untuk berpoligami dan aku harus bisa berlaku adil" bermonolog sendiri.
"lebih baik aku kerumah ibu saja, aku akan membicarakan masalah pernikahanku, aku akan bujuk ayah dan ibu agar memberi restu untuk kami" ucapnya yang lalu bergegas pergi ke rumah ibunya.
sesampainya di rumah orang tuanya, Asril sudah di hadapkan dengan tatapan sinis ayah dan ibunya.
"Tara cucuk nenek, pergi main ke teras depan ya, nenek dan kakek ingin bicara dengan ayah" pinta bu Nur yang tidak ingin Tara mendengar pembicaraan mereka.
"iya nek" sahut Tara singkat.
"Bu, yah, Asril ingin membicarakan hal pernikahan kami" terlihat Asril mengucapkan dengan wajah yang benar benar tenang.
"tidak perlu kamu bicarakan ini lagi, kami orang tuamu tidak merestuinya" ucap ketus pak Ari.
"Asril datang ke rumah ini dengan tujuan baik yah, Asril ingin meminta restu untuk menikah lagi."
"sudah ayah katakan kamu tidak perlu meminta izin atau restu kami tetap tidak memberikan izin dan restu itu!" sentak pak Ari yang mulai geram dengan perkataan Asril.
"baiklah, kalau itu sudah keputusan ayah dan ibu. namun Asril tetap menikahi Ida meskipun tanpa restu Ayah dan ibu."
"kamu akan menyesal, nak!" sahut bu Nur.
Asril tidak mengindahkan perkataan kedua orang tuanya. baginya menikahi Ida kembali itu sudah benar.
"Tara .... ayo kita pulang!" ajak Asril yang sudah berada di teras rumah orang tuanya.
"tapi.... Tara masih mau main yah."
"sudahlah lain kali nanti kamu main ke sini lagi ya."
"baiklah yah." Tara langsung masuk kedalam dan berpamitan kepada nenek dan kakeknya.
Pak Ari dan bu Nur berdiri di teras rumahnya sembari melihat kepergian anak dan cucunya.
"entah apa yang ada di pikiran si Asril itu? bisa bisanya dia mau berpoligami, dengan si Ida pula itu" keluh bu Nur.
"ayah juga heran sama dia bu, padahal sudah pernah di khianati oleh Ida masih juga mau rujuk lagi"
"hhhuuuuuu" pak Ari membuang nafas dengan kasar.
"sore ini kita kerumah besan kita yah, ibu mau melihat keadaan Mia, pasti sangat hancur hatinya."
"iya kita nanti sore pergi kesana, semoga saja mereka tidak membenci kita."
Di perjalanan Asril berniat untuk menemui Ida, tapi Asril yakin dia masih marah padanya. karena Asril bimbang dengan pikirannya dia memutuskan untuk pulang saja kerumahnya dengan Tara.
"yah, bener ayah mau nikah lagi dengan ibu? bagaimana dengan ibu mia apa ayah dan ibu Mia akan berpisah?" tanya Tara setiba di rumah.
"emmm, benar ayah akan menikah lagi dengan ibumu dan ayah tidak akan berpisah dengan ibu Mia" jelas Asril perlahan.
"tapi, lihatlah sekarang ibu Mia saja tidak mau tinggal bersama kita, bukan berarti itu pertanda kalau ayah dan ibu Mia sudah pisah" ucap Tara terdengar sendu.
Asril langsung menuntun Tara untuk duduk di kursi ruang tamu dan mencoba menyakinkan Tara kalau dia dan Mia tidak akan berpisah.
"kamu jangan cemas, ayah dan ibu Mia tidak akan berpisah. bagaimana kalau nanti sore kita kerumah ibu Mia? pasti kamu rindukan dengan ibu Mia?"
"mau, mau .... Ayah. bener ya nanti sore kita pergi ke rumah ibu Mia" ucap Tara dengan tersenyum sumringah.
"iya benar" sahut Asril cepat.
"hore, hore,hore nanti sore ketemu ibu dan bang Andi" Tara bersorak gembira sangking senangnya bisa bertemu dengan Mia.
Lain halnya di rumah bu Nur, lagi sedang asyik membuat kue tiba tiba Mia mendadak merasa pusing dan mual mual.
"huek, huek,huek" Mia menutup mulutnya dan segera berlari ke kamar mandi. Lisa dan bu Nur saling tatap satu sama lain.
"jangan jangan Mia hamil" celetuk Lisa.
"deg" bu Nur hanya terdiam dia tidak mengerti takdir apa yang sedang anaknya jalankan. sementara anaknya ingin menggugat cerai tapi saat ini anaknya sedang hamil.
Gegas bu Nur menghampiri Mia di kamar mandi di susul oleh Lisa di belakngnya, karena dia ingin mengetahui benar atau tidak kalau Mia sedang hamil.
"Mia apa kamu hamil?" bu Nur bertanya dengan nada serius.
"hamil" Mia menatap ke arah ibunya dan dia mengingat kalau mereka melakukan hubungan suami istri itu sewaktu lagi masa suburnya.
"aku ngak tahu Bu, yang jelas sewaktu hari pernikahan kami aku lagi datang bulan" tutur Mia.
"aku beliin tespek saja ya, agar bisa kita mengetahuinya" sela Lisa.
Lisa langsung bergegas pergi ke apotik yang tidak jauh dari rumah Mia. dia membeli tiga tespek dengan beraneka harganya.
"bagaimana kalau benar aku hamil Bu?" terlihat raut cemas di wajah mia.
"kalian tidak bisa bercerai" balas bu Nur.
"tapi aku tidak mau dimadu" lirih Mia.
"Asril harus memilih antara kamu atau Ida" bu Nur memberikan saran agar Mia sedikit tenang.
"ini aku sudah membeli tespek nya" Lisa memberikan tespek yang dia beli ke Mia.
Mia dengan cepat mengambil tespek tersebut dan langsung pergi ke kamar mandi. di luar kamar mandi sudah ada bu Nur dan Lisa yang menunggu Mia.
Selang sepuluh menit Mia keluar dari kamar mandi dan memberikan ke tiga tespek itu kepada Lisa.
"positif" Lisa menatap ke arah bu Nur.
Mia hanya terdiam dan menatap ke tiga tespek yang bergaris dua itu. dengan cepat bu Nur mendekati Mia dan memeluknya.
"selamat ya nak, kamu akan jadi ibu lagi" ucap bu Nur dengan ramah.
"tapi Bu ...." perkataan Mia menggantung dan terlihat Mia meneteskan air matanya.
"sudah jangan menangis, anak yang ada di dalam perut mu itu tidak tahu tentang masalah kamu dan Asril. dia berhak bahagia" bu Nur mengelus perlahan punggung Mia.
"iya selamat ya Mia, aku bakalan punya ponakan lagi nih" ucap Lisa.
Mia tidak tahu sekarang ini dia harus bersedih atau bergembira. dan tidak mungkin juga dia menggugurkan kandungannya karena anak yang ada di perutnya tidak bersalah.
Nah kira kira gimana kedepannya apakah Mia akan memberitahu Asril tentang kehamilannya atau Mia menyembunyikannya dari Asril?