Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Leona menatap kediaman Castallio dengan datar. Sudah lama dirinya pergi dari kediaman ini. Dia menatap beberapa penghuni kediaman yang menyambut Emillio, termasuk Calvian dan Iris yang menatapnya dengan tatapan mengejek yang tentu saja disadari oleh tim Leona.
"Ah, kalian dari akademi Moon Shadow, ya? Silahkan masuk." Calvian menyambut mereka dengan ramah.
"Guru, aku tidak ikut. Aku pergi ke penginapan saja." Tolak Leona terang-terangan. Terlihat jelas ekspresi gadis itu yang tidak nyaman. Sepertinya Leona mengalami hal sulit di rumahnya sendiri pada masa lalu. Ketiga pemuda yang menjadi rekan Leona mengerti jika gadis itu tengah menyembunyikan luka.
Seketika penolakan Leona membuat Calvian merasa malu sekaligus bersalah. Sementara Iris menatap Leona tak percaya sekaligus senang karena siswa dari Mage and Knight Blackmoon tidak seharusnya bersama akademi buangan seperti Moon Shadow.
"Hei, bocah! Jangan seenaknya begitu, dong! Bagaimana nanti jika aku kena masalah di kediaman ini?" Protes Carl yang di balas dengan anggukkan kepala dari tiga pemuda di hadapannya.
"Itu urusanmu. Kami pergi dulu, Guru. Selamat bersenang-senang! Kei, Kaze, kita pergi." Pamit Leona yang sudah menjauh dari sana sambil melambaikan tangannya.
"Hei, Leona! Dasar kau kurang ajar! Tunggu kami!" Teriak Eura dan segera berlari menyusul Leona.
"Kami pergi dulu, Guru. Anda bisa menyusul kami jika sudah selesai. Saya harus mengawasi mereka, takutnya mereka membuat ulah di luar sana." Pamit Wei Tao dan segera menyeret Iven begitu saja.
Carl hanya bisa tertawa canggung dengan tingkah murid-muridnya dan meminta maaf pada penghuni Castallio. Dalam hati berbagai sumpah serapah terucap dari pria berkepala tiga itu.
"Awas saja kalian! Setelah misi ini selesai, aku akan memberikan sesuatu yang spesial untuk kalian, murid-murid kurang ajar!"
💠💠💠💠
"Saya Carl Hyoon Woo, perwakilan akademi yang akan menjalankan misi bersama ke empat muridnya saya yang sekarang entah dimana di bawah perintah Anda selama beberapa waktu, Duke." Carl memperkenalkan diri di depan Calvian, Ellios dan Iris yang sukses membuat Iris merasa malu.
Siapa yang tidak mengenal Carl Hyoon Woo ini? Terkenal dengan keganasannya dalam pertarungan. Dia bahkan sanggup mengalahkan ribuan monster seorang diri dalam seminggu penuh tanpa istirahat dan berhasil membunuh pemberontak serta musuh yang menyerang Kekaisaran di perbatasan dalam usia muda. Selain itu dia adalah adik dari Grand Duke Markian Hyoon Woo yang merupakan tangan kanan Kaisar.
"Terimakasih telah menghadiri permintaan saya, Tuan Muda." Ucap Calvian canggung. Dia tidak menyangka jika pria muda ini adalah adik dari seorang Grand Duke.
"Ahaha, saya minta maaf atas ulah anak didik saya, Duke. Nanti saya akan memberikan hukuman yang cocok untuk mereka." Tukas Carl merasa tidak enak hati mengingat kelakuan ke empat muridnya itu.
"Tidak apa-apa. Saya tidak mempermasalahkan hal itu." Sahut Calvian canggung. Dalam hati dia sudah ketar ketir duluan saat mendapati Iris melihat mereka dengan tatapan merendahkan.
Iris hanya menundukkan kepalanya saat menyadari jika pria di hadapannya ini adalah adik dari seorang Grand Duke. Seketika rasa malu menghampiri dirinya.
"Kalau begitu saya akan menjemput mereka. Kemungkinan mereka sedang berlatih tak jauh dari sini. Setelah itu kita baru membahas tentang misi kami." Pamit Carl dan segera pergi dari sana saat samar-samar mendengar ledakan kecil dari sana.
Sontak Iris malu sendiri. Dia bahkan sangat jarang berlatih di Akademi selain teori yang mereka pelajari. Apalagi dia hanya menghabiskan waktu untuk bermalas-malasan dan berfoya-foya tanpa pernah melatih sihirnya yang dibanggakan orang-orang.
💠💠💠💠
Leona dan Eura saling beradu pedang. Sesekali mereka menangkis dan menghindari serangan. Lalu Leona melayangkan sebuah tendangan yang berhasil di hindari oleh Eura.
'BRAAKK'
Sebuah pohon tumbang akibat tendangan Leona yang sukses membuat ketiganya merinding ngeri. Astaga, kekuatan fisik gadis itu sangat mengerikan.
Wei Tao tak ingin ketinggalan. Dia segera melayangkan sebuah serangan sihir yang berhasil dihindari dengan mudah oleh gadis itu. Leona berlari sambil melemparkan beberapa shuriken kearah Wei Tao dan melayangkan tendangan ke arah Iven.
Wei Tao menggunakan sihir pertahanan untuk menghalau serangan Leona, sementara Iven menghindari tendangan Leona dengan mudah.
'BOOMM'
Tempat Iven sebelumnya kini hancur, membuat ketiganya merinding disko. Jika saja dia terlambat menghindar, maka nasibnya akan menjadi seperti pohon yang telah di tumbangkan oleh Leona.
Kei dalam wujud panther hitam menyerang Leona sambil melayangkan cakarnya. Segera Leona menghindari sabetan cakar Kei dengan mudahnya. Leona melayangkan tinju yang berhasil dihindari oleh Kei dengan mudah. Pertarungan sengit terjadi di antara mereka membuat ketiga pemuda itu menatap Leona tak percaya. Astaga, gadis itu terlalu mengerikan.
Kei yang kewalahan segera berubah menjadi manusia yang sukses membuat ketiganya menatap horor. Ternyata panther hitam itu seekor suka yang telah punah?
Belum lagi seekor tupai yang ikut bertarung bersama Leona dan segera berubah menjadi seorang gadis cantik dengan fitur wajah Thailand. Lagi-lagi pemandangan di hadapan mereka membuatnya melongo.
"Aku pikir mereka hanya hewan biasa. Siapa sangka mereka itu siluman." Celetuk Iven.
"Iya. Setidaknya keberadaan mereka bisa membantu kita untuk melacak target." Wei Tao menimpali.
"Lihatlah pertarungan mereka. Astaga! Aku tidak percaya jika Leona sangat mengerikan." Seru Eura heboh saat melihat hasil pertarungan ketiganya. Tempat itu telah luluh lantak.
"Apa yang kita tunggu? Sebaiknya kita ikut bergabung." Iven segera kembali ikut bertarung melawan Leona. Wei Tao dan Eura saling tatap dan memutuskan untuk bergabung.
Skip
Setelah beberapa saat, terlihat empat remaja tengah duduk bersandar di pepohonan dengan sedikit lebam menghiasi tubuh mereka. Mereka menatap sekitarnya yang telah hancur lebur dengan keringat dingin mengalir di pelipis ketiga remaja itu.
"Aku tak menyangka fisikmu sangat mengerikan." Celetuk Iven.
"Aku tak pernah melihatmu ikut berlatih saat stimulasi pertarungan selain memperhatikan dari bawah pohon." Wei Tao angkat suara.
"Aku berlatih diam-diam." Sahut Leona santai sambil bersandar manja pada Kei yang kini kembali ke wujud hewannya.
"Oh, ya. Apakah mereka itu siluman?" Tanya Eura membuat Leona dan Kei menatapnya tajam.
"Aku mendengar mereka sudah lama punah dan tak menyangka bisa melihat mereka. Leona, aku ingin meminta tanda tangan dari kedua silumanmu itu!" Seru Eura berapi-api dengan wajah memelas. Tidak lupa dia membuka pakaiannya, memamerkan roti sobek tepat di hadapan gadis itu.
"Apa yang kau lakukan, bodoh?! Pakai pakaianmu!" Seru Leona kesal. Mau tidak mau Eura memakai pakaiannya kembali dan langsung mendapatkan jitakan dari Wei Tao.
"Orang akan salah paham melihatmu seperti itu, dasar bodoh! Kau akan dikira hendak memperkosa seorang gadis!" Omel Leona kesal.
"Kami juga ingin meminta tanda tangan. Kalau tidak bisa, cap tangan pun boleh." Pinta mereka dengan mata berbinar.
Kei dan Kaze menatap Leona seakan meminta persetujuan dari gadis itu.
"Kau mau memberikan tanda tangan mu?" Tanya Leona pada mereka yang dibalas gelengan kepalanya.
"Bagaimana jika cap tangan atau bersalaman?" Kedua hewan itu langsung berdiri menghampiri mereka dan melakukan tos. Seketika ketiga pemuda itu berbinar senang penuh haru.
"Aku tidak akan mencucinya seumur hidupku!" Seru Eura yang dibalas dengan ekspresi jijik dari Leona dan kedua hewannya.
"Aku akan mengingat momen berharga ini." Iven menimpali.
💠💠💠
Carl mencari asal suara ledakan itu yang lokasinya cukup jauh dari pintu gerbang Castallio. Dia merasakan sisa sihir itu milik salah satu muridnya, khawatir terjadi sesuatu pada ke empat anak didiknya, pria itu memutuskan pergi ke arah sana.
Saat tiba di sana, Carl hanya bisa melongo kaget. Bagaimana tidak, tempat itu hancur lebur dengan tanah retak dan berlubang, pepohonan yang tumbang serta ke empat muridnya berkumpul tengah mendiskusikan sesuatu. Bahkan dia melihat seekor tupai dan panther hitam bertos ria kepada tiga pemuda yang berada di sana.
"Waw~ Kalian terlihat babak belur. Apa yang terjadi?" Tanya Carl dengan nada mengejek membuat ke empat anak didiknya menatap pria itu dengan kesal.
"Aku ingin sekali menghajarnya." Batin keempatnya kesal.
"Kami baru saja selesai latihan." Sahut Leona ketus.
"Baiklah, kita berkumpul untuk membicarakan misi kita. Aku tunggu kalian di ruang kerja Duke." Dan Carl pergi begitu saja meninggalkan mereka.
Seulas ide muncul di kepala Leona. Dia membisikkan sesuatu kepada ketiga rekannya dan langsung di anggun oleh mereka dengan wajah penasaran.
Leona menduduki Kei dan ketiga pemuda itu saling berpegangan tangan lalu menghilang dari sana dan muncul di depan gerbang Castallio dengan tiba-tiba.
"Ukh~ Kepalaku pusing." Keluh mereka sambil berusaha menenangkan diri. Sementara Leona hanya tersenyum tanpa dosa.
Mereka segera pergi ke ruang tamu yang telah di sediakan oleh pelayan untuk membersihkan diri lalu mereka segera berkumpul di ruangan Duke, yang ternyata telah di sambut oleh Carl dengan wajah menjengkelkan nya dan Duke serta tuan muda Castallio.
"Wah, wajah kalian terlihat lebih baik." Ejek Carl yang membuat mereka kesal seketika.
"Apakah wajah penuh plester ini terlihat lebih baik, Guru?" Tanya Leona kesal.
"Apa-apaan maksud perkataan mu itu, Guru? Kau mengejek kami yang babak belur begini?" Eura menyalak tak terima.
Carl hanya terkekeh melihat ekspresi mereka lalu memasang mode seriusnya untuk membahas misi mereka.