Neta arinza Baskoro, seorang siswi tahun ketiga di SMA Sentosa terpaksa menikahi seorang CEO yang berusia jauh di atasnya akibat kelalaian sang sepupu yang menghilang sejam sebelum upacara di mulai. Bagaimanakah kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lozeanet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kelembutan yang membuat shock.
Perkenalan pertama mereka terjadi saat keduanya masih setinggi betis orang dewasa. Saat itu Kania hanyalah sosok gadis kecil bergaun pink cerah yang menyilaukan, yang bahkan tak berani beranjak dari sisi kedua orang tuanya. Mata bulat besarnya menatap ragu-ragu pada Adrian kecil pun ketika ia mengulurkan tangan sebagai salam perkenalan. Gadis itu tampak malu-malu khas anak-anak pada umumnya. Kania kecil mungil dan cantik tanpa perlu usaha banyak. Ia terlahir dengan semua keindahan seorang gadis.
Ayah Adrian langsung terpukau pada kecantikan lembut yang terpancar darinya dan mendeklarasikan ingin memiliki anak perempuan serupa. Namun bagi Adrian ia hanya gadis kecil menjengkelkan, berisik dan menyusahkan. Penilaian Adrian tidak sepenuhnya salah karena Kania terus menyusahkan dirinya. Entah itu dengan teriakan kecil saat ia melihat sesuatu yang menurutnya menakutkan atau tangisan ketika lututnya berdarah.
Adrian selalu mencari cara untuk menjauhkan gadis itu dari kehidupannya sampai pada insident naas yang menewaskan sang ibu. Adrian kecil terpuruk dan di sanalah Kania kecil mulai mengubah pandangannya. Bersama sang mama, Kania terus berada di sampingnya, merangkulnya di saat terkelam dalam hidupnya. Sejak saat itu Adrian berpikir bahwa ia tidak akan bisa bertahan tanpa Kania di sisinya. Oleh karenanya ia mati-matian mempertahankan Kania di sisinya bahkan setelah bertahun-tahun. Semuanya benar-benar sempurna jika saja Leo tidak hadir ke dalam lingkaran mereka.
Pemuda teladan yang tabah, lembut, dan baik. Orang yang berhasil membuat Kania berlari dari sisinya. Adrian membenci pemuda itu sampai ke tulang-tulangnya. Setiap hari berpikir bagaimana cara menghilangkannya dari pandangan Kania. Namun Leo, bukan hanya seorang pemuda, ia benar-benar merepresentasikan namanya. Ia kuat sebagaimana raja rimba bahkan ketika mereka melakukan tindakan tak pantas padanya semasa SMA. Pemuda itu mampu bertahan dan terus saja membuat kania jatuh hati hingga pada akhirnya Adrian harus mengakui kekalahannya saat keduanya mengumumkan hubungan secara resmi.
Adrian merasa dipecundangi menjauh dari semua orang. Jika saja ia tidak melihat Kania begitu bahagia bersama pemuda itu Adrian yakin Leo hanya tinggal sejarah sekarang. Sebesar apapun kebencian Adrian pada Leo ia masih kalah, tak sampai hati untuk menyakiti Kania dan terpaksa merelakan semuanya.
Terkadang ketika Adrian menghabiskan malam panas bersama wanita bayaran, ia hanya memikirkan Kania. Jika diibaratkan sebuah bangunan Kania adalah rumahnya tempat di mana ia bisa kembali dari penat dunia. Ia masih terlalu egois untuk melepaskan perempuan itu sepenuhnya karena itulah Adrian sulit percaya Kania mampu melakukan hal dalam video. Kania yang ia kenal sangat lembut, hangat, dan selalu bersinar dalam cinta jadi mana mungkin akan melakukan hal serendah itu. Tidak Adrian tak bisa percaya ...
Adrian mengerang pelan menggerakkan otot-ototnya yang kaku karena posisi berbaring yang salah. Matanya menyipit menyadari keadaan sudah sangat terang. Setelah berdebat sengit dengan Deandra semalam Adrian nyaris tak bisa tidur dan baru terlelap pada dini hari. Sekarang sekujur tubuhnya terasa ngilu. Menarik napas dalam Adrian memijit keningnya, telinganya tidak menangkap suara apapun selain bunyi jam dinding. Semua orang sudah pergi pikirnya lelah.
Bangkit dari berbaring, Adrian berjengit kaget jelas akan mengeluarkan teriakan jika saja ia tak pandai mengatur diri. Dahinya berkerut menatap sosok yang ada di kursi seberang. Duduk manis menatap dirinya seolah sengaja menunggunya bangun.
"Neta?" Tanyanya memastikan. Oke Adrian tampak bodoh sekarang, tapi bagaimana bisa dirinya tidak menyadari gadis itu tadi.
"Mengecewakan," balas Neta kecil, memiringkan kepala polos. "Kupikir akan mendapatkan sesuatu tadi. Sayang sekali tuan Adrian itu sempurna, bahkan ketika bangun tidur."
Nadanya ringan seperti anak kecil yang bercerita tentang bagaimana indahnya warna pelangi. Hal yang mau tak mau membuat Adrian mengerutkan kening heran. Apa-apaan? Pikirannya masih terhuyung-huyung antara mimpi dan nyata. Apakah dia benar-benar gadis yang seperti patung semalam?
Adrian memicingkan mata mencari sosok menyedihkan yang sudah membuat kemarahannya memuncak itu. Namun betapapun Adrian menatapnya hanya wajah polos yang ia temukan seolah gadis menyedihkan semalam cuma halusinasinya yang mabuk.
"Memang apa yang kau harapkan?" Adrian mendengus, menyadari Neta sudah rapi. Sesaat matanya teralihkan oleh memar keunguan yang mengintip dari ujung baju lengan panjang krem yang terbuka.
"Sesuatu yang bisa kugunakan untuk mengejekmu." Neta tersenyum kecil sebisa mungkin bersikap normal kendati sebenarnya ia risih dengan sorot mata Adrian. Ia tahu ke mana mata itu menatap sekarang. "Aku tidak apa-apa Adrian, terima kasih sudah menolongku semalam."
Cara bicara dan nadanya yang kelewat santai entah bagaimana menimbulkan perasaan aneh di dalam diri Adrian. Bagaimana bisa gadis itu bersikap seolah moment pelecehan yang menimpanya cuma pertunjukkan rumah hantu dan begitu ia keluar semua selesai. Adrian belum pernah bertemu orang dengan sifat secepat itu dalam melupakan sesuatu.
Apakah gadis itu benar-benar manusia?
Melihat ekpresi Adrian yang seperti anak kecil kebingungan Neta jadi tersenyum geli. Baginya raut wajah yang dipasang Adrian ketika menatapnya sangat menghibur. Lihat pria ini pikirnya menahan tawa. Sepertinya membuat orang shock tidak mesti harus dengan cara kekerasan atau menakutkan. Duduk diam setelah dipukuli pun ternyata sangat efektif.
"Aku pernah mengalami yang lebih buruk dan di usia yang sangat muda." Neta berbicara ketika Adrian menatapnya tanpa berkedip." Saat itu tidak ada yang datang. Kalau kau benar-benar mengganti bajuku saat malam pertama kita. Kau pasti melihat bekas luka di pinggangku, itu sisah dari moment buruk masa kecilku."
Neta tersenyum mengingat memori kelam saat pinggangnya berdarah dan ia harus berjalan sejauh lima kilometer untuk mencapai klinik terdekat. Bagi Neta kejadian semalam memang menakutkan, ia juga cukup terguncang, tapi hanya itu. Seperti setiap luka yang terasa perih tapi tak lebih dari itu. Ia akan menghilang setelah beberapa hari.
Di tempatnya Adrian terpaku mendengar pengakuan itu kehilangan kata-kata. Sebenarnya jenis kehidupan macam apa yang ada di masa kecil gadis itu sampai-sampai pelecehan pun tidak membuatnya trauma.
"Kau jadi benar-benar banyak bicara." Adrian tidak tahu bagaimana menanggapinya. Perasaanya campur aduk antara kagum dan miris.
"Ya, untuk mengimbangimu yang jadi pendiam." Neta bangkit berdiri. "Aku ingin meminta tolong sesuatu tapi sebelum itu, tolong bersihkan dirimu. Kau bau."
Gadis itu menggeleng kecil berjalan menuju dapur. Di belakangnya Adrian menatap punggung rapuh itu dalam sebelum beranjak ke kamar mandi.
Sepuluh menit kemudian ia sudah berdiri di meja, yang mana Neta sedang makan saat ini. Alis Adrian bertaut masam menyadari hanya satu piring yang tersedia di sana.
"Kau hanya membuat untuk dirimu sendiri?"
"Belajar dari pengalaman, aku tidak ingin membuat makanan yang berakhir di tempat sampah." Neta melanjutkan makan sementara Adrian mendengus mendekati mesin pembuat kopi.
Gadis itu sudah kembali mendebatnya dengan pedas seperti biasa. Itu artinya ia benar-benar telah pulih.
"Jadi apa yang kau inginkan?" Adrian meletakkan cangkir kopi hitam minim gula yang uapnya mengepul. Duduk berhadapan dengan Neta yang sudah makan setengah jalan.
"Aku sudah dengar dari yang lain." Jedah pendek oleh tarikan napas. Neta tampak ragu-ragu untuk melanjutkan. "Aku ingin bertemu para pelakunya."
"Apa? Tidak." Adrian menolak cepat. "Itu berbahaya, biarkan saja polisi yang mengurusnya."
Adrian menyeruput kopinya guna menenangkan sarafnya yang mendadak tegang gara-gara permintaan ekstrem itu. Ia selalu lupa Neta punya sisi itu.
"Kalau begitu aku akan menghubungi keluargaku."
Neta menjawab tenang. Tampak sudah menduga penolakan Adrian dan telah menyediakan rencana cadangan. Ia sudah mendiskusikannya dengan Deandra sebelum temannya itu pulang tadi.
Adrian mencengkram erat gagang gelasnya sebagai pelampiasan frustasi. Neta tidak akan mundur, Adrian bisa melihat itu jelas dalam sorot matanya. Namun Adrian juga merasa berat menyanggupi permintaanya.
"Apa kamu sadar dengan permintaanmu? Apa kau tidak merasa ..."
"Aku baik-baik saja Adrian," Neta menyelah lembut. "Kau tahu aku lebih berhak dari siapapun untuk menghukum mereka."
TBC.
Apa mungkin sebenarnya neta anak dari wanita yang dicarinya dan bisa jadi neta anak kandung HAZAR dengan wanita lain?????
CEO nya mendesahcoba🤣🤣🤣🤣
Semoga neta bisa ikhlas menerimamu
Semua serba mungkin kan semoga bahagia menjelang🙂🙂🙂
Akhirnya semua jadi korban
Menyesalpun tak ada gunanya adrian
Menjaga neta saja belum sanggup kamu lakukan
Gangguan mental ini kania!!!!
oh neta bagaimana dg dirimu apakah km cidera/amnesia nantinya? oh tambah miris lg nasibmu setelah bersuami...ho ho adrian bisa menggila dg kejadian ini
ntar si rubah buat ulah lagi tahu rasa looo
tapi adrian sudah klepek"jatuh terpesona sama neta,,,,,,,
lepas ni vita hidupnya bakalan senen kamis mati tak mati dibuat ama si adrian muaaantaaapp0
Taro tuh sepatu dekat dengan mereka, kalau sdh tinggalin aj mereka terserah deh siapa yg nolongin vita leo atau adrian
up
up 🤣